Devil's Fruit (21+)

Perubahan Fisik



Perubahan Fisik

0Fruit 682: Perubahan Fisik     

Pagi ini, King Zardakh sudah berada di depan para prajuritnya ketika matahari baru saja muncul di langit.      

Kenzo sudah membuat selubung penghalang agar orang lain, terutama manusia biasa tidak bisa melihat ataupun mendengar apapun dari mansion Andrea.      

Parajurit iblis sudah didatangkan dan itu berjumlah seribu dengan mengganti sekian ratus yang mati sewaktu ujian terakhir Alam Schnee.      

Para anggota Tim Blanche juga sudah siap berbaris rapi di halaman belakang mansion bersama prajurit iblis.      

"Kalian semua! Sudah siap?!" tanya King Zardakh dengan suara lantang.      

"Sudah, Raja!" serempak seribu prajurit iblis ditambah Tim Blanche.      

"Sebentar lagi, kita akan sama-sama menggempur lawan di Kutub Selatan. Di sana mungkin udaranya lebih gila daripada di Alam Schnee, yang pernah berlatih di Schnee pasti tau bagaimana menyiksanya dingin di sana." King Zardakh menatap semua orang.     

Prajurit iblis dan Tim Blanche yang pernah berbulan-bulan di Alam Schnee hanya bisa mengiyakan dalam hati, sementara prajurit baru tidak memiliki gambaran tepat mengenai itu. Mereka hanya mengira-ngira saja berdasarkan cerita rekan prajurit lainnya.      

"Nanti, sebelum ke Kutub Selatan, Andrea dan Jenderal Myren akan membagikan pil pemanas tubuh agar kalian tidak membeku sesampainya di sana. Pil itu hanya bisa bertahan selama sehari semalam saja. Jadi, gunakan waktu kalian seefisien mungkin untuk menggempur lawan." King Zardakh masih berbicara.      

"Di sana, konon kita sebagai Iblis, tidak bisa dengan mudah melakukan teleportasi karena adanya penghalang untuk kekuatan kita. Maka, aku minta kalian berhati-hati, waspada, dan terus berjuang untuk nama kalian dan nama kerajaan kita, mengerti?" seru King Zardakh.     

"Mengerti, Raja!" teriak seluruh serdadu.      

"Aku akan menghadiahi kalian yang berhasil membunuh banyak vampire dan tetap hidup sampai pertempuran berakhir dan cucuku selamat. Kalian tidak akan dirugikan dengan hadiah dariku." King Zardakh memberikan iming-iming yang misterius.      

Meski pun misterius, namun itu membuat mental para prajurit naik tinggi dan penuh antusias. Bagi raja yang kaya seperti King Zardakh, memberikan hadiah dan kompensasi pada para prajurit usai berperang, itu hal yang remeh.      

"Baiklah, kalian bisa bersiap-siap dengan barang kalian, sambil kalian memakan pil penghangat tubuh terlebih dahulu, setelah itu aku akan mengirim kalian semua ke sana." King Zardakh pun berjalan meninggalkan para prajurit.      

Andrea dan Myren lekas mengambil alih momen untuk membagikan pil penghangat tubuh dan juga beberapa buah energi roh dan beberapa inti Kristal.      

Ketika sang raja sedang berjalan masuk ke dalam rumah inti, Jovano mencegah langkahnya sebelum Beliau benar-benar menghilang dari taman belakang.      

"Opa." Jovano berdiri di depan kakeknya, berusaha menghalangi sang kakek agar tidak masuk dulu.      

"Ada apa, Jo?" King Zardakh menatap mata cucunya, merasa pasti akan ada yang diminta Jovano padanya setelah ini.      

Sepertinya tebakan sang raja tepat, karena setelah itu, Jovano berkata, "Opa, buat aku menjadi lebih dewasa."     

"Hah?" King Zardakh sampai memajukan wajahnya ke sang cucu, berharap dia salah dengar.      

"Buat aku tampil sedewasa terakhir aku di Alam Schnee." Jovano mengulangi dengan memberikan lebih detil apa yang dia inginkan.     

"Membuatmu seperti terakhir kau di Alam Schnee?" ulang sang raja, dan ketika cucunya mengangguk, Beliau melanjutkan, "Itu berarti… waktu kau tampil di umur… lima belas tahun?"     

"Benar, Opa." Jovano mengangguk lagi.     

"Kenapa kau ingin begitu?" tanya King Zardakh ingin tau apa yang ada di pikiran cucunya.      

"Agar aku lebih kuat dan lebih nyaman untuk bertarung." Jovano memberikan sekelumit pemikirannya.      

"Begitu kah? Kalau kau merasa tidak kuat dan tidak nyaman dalam keadaan kamu yang begini… bocah usia sebelas tahun, lebih baik kau tidak ikut bertempur, iya kan?" King Zardakh memberikan wajah santainya dengan dua tangan di depan dada.      

"Opa, tolonglah… aku butuh agar lawan tidak meremehkan aku dengan kondisi tubuh kecilku begini." Jovano menunjukkan muka memelasnya.      

"Jo, kalau kau tidak percaya diri dengan penampilanmu saat ini, tidak ada gunanya kau memaksa ikut berperang. Lebih baik kau di rumah saja dan tunggu kami membawa Ivy pulang nanti." King Zardakh sebenarnya agak terkejut juga mendengar permintaan cucunya.      

Sesuai yang dia katakan, memang lebih baik bagi Jovano tetap tinggal di rumah saja jika dia tidak cukup percaya diri di medan perang hanya karena tidak ingin dipandang rendah oleh lawannya.     

"Ayolah, Opa… apakah ini terlalu susah untukmu?" bujuk Jovano dengan muka makin memelas.      

"Jo, kau tau Opa kamu ini berhak menentukan semuanya di sini. Maka, kalau sampai Opa jadi mengubah keputusan, jangan salahkan Opa untuk itu." Ucapan King Zardakh cukup terdengar tegas di telinga sang cucu.      

"Kabulin aja apa yang Jo minta, Mbah." Tiba-tiba, putri cambion sudah berada di dekat kedua pria beda usia tersebut.      

King Zardakh menatap putrinya dengan pandangan terkesima. "Putriku sayank, kau sadar apa yang kamu ucapkan?"     

"Iya, sadar, kok! Dan kupikir, aku juga akan lebih tentram kalo anakku lebih besar dari ini. Kalau dia dalam keadaan aslinya begini, aku hanya akan cemas dan khawatir melulu ntar dan itu bisa ngefek ke pertarungan aku, Beh!" Andrea memberikan alasan.     

King Zardakh menghela napasnya dengan berat. "Kalian ini… kenapa selalu saja bisa memaksaku, hah?"     

Andrea dan Jovano saling berpandangan dan mereka pun tersenyum lebar sambil melakukan toss. Mereka paham dari kalimat King Zardakh, bahwa sang raja mengabulkan permintaan Jovano.      

"Pejamkan matamu, Jo." King Zardakh memberikan perintah. Sang cucu segera saja pejamkan mata dan menunggu dengan hati berdebar. "Sekarang… buka, Jo."      

Jovano membuka matanya dan betapa terkejutnya dia setelah melihat dirinya sudah menyerupai bocah remaja umur lima belas tahun, persis seperti terakhir dia di Alam Schnee. "Wohahaha! Terima kasih, Opa!"      

Bocah jenius itu pun langsung memeluk kakeknya. Andrea tersenyum senang, menepuk bahu sang putra.      

"Kakek, kami juga mau diubah seperti itu, dong!" Voindra dan bocah lainnya datang mendekat.      

"Ohh, astaga!" King Zardakh hanya bisa melotot tak percaya jika bocah lainnya malah ingin mendapatkan fisik yang sama seperti terakhir mereka berada di Alam Schnee.      

Setelah mendengar rengekan para bocah yang mengelilinginya, King Zardakh tidak punya pilihan lain selain mengiyakan.     

Para bocah pun berteriak dan bertepuk tangan senang.      

Mereka semua memejamkan mata bersama-sama dan ketika membuka mata, penampilan mereka sudah berubah.     

"Ohh, ini hebat! Fisik abege aku kembali!"     

"Wuhuu! Aku jadi remaja keren!"     

"Yeah… aku suka tampil dewasa begini."     

"Terima kasih untuk raja hebat ini!"     

"Benar! King Zardakh sungguh hebat! Tiada duanya!"     

Hidung King Zardakh kembang kempis mendengar pujian untuknya. Siapa sih yang tidak senang dipuji?      

"Sudah, sudah, sana, kalian berkumpul lagi di barisan untuk transfer kilat!" King Zardakh kibaskan tangan ke para bocah sebelum kepalanya membesar lebih parah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.