Devil's Fruit (21+)

Malam Menjelang Hari H



Malam Menjelang Hari H

0Fruit 681: Malam Menjelang Hari H     

Ini adalah H – 1 mengenai misi penyelamatan Ivy. Semua orang di mansion Andrea terlihat tegang, kecuali para bocah cilik seperti Kevon, Alyn, dan Kiran.      

Sejak pagi, Jovano tidak berhasrat untuk berangkat sekolah. Ia sudah meminta ijin pada gurunya. Dan karena Jovano termasuk bocah yang jenius di sekolahnya, selalu menduduki peringkat 1 di seluruh kelas, maka dia agak mendapatkan kemudahan asalkan tidak mempengaruhi nilainya.     

Sepanjang pagi hingga siang, Jovano hanya diam dan duduk santai di tepi kolam renang, sedangkan Kuro dan Shiro terus asik bermain di kolam tersebut bersama dengan Kyuna dan kedua anaknya.      

Kuro tidak mengusik Jovano lagi begitu bocah 11 tahun itu menggeleng dengan raut wajah serius. Ia bisa mengerti bahwa Jovano sedang menata hatinya untuk misi besok.      

Myren dan keluarganya beberapa kali datang ke mansion Andrea untuk membicarakan sesuatu.      

Seperti petang ini, ketika mereka berkumpul di ruang keluarga, dan King Zardakh sudah hadir pula di sana.     

"Besok adalah penyerangan ke Kutub Selatan. Kuharap kalian semua sudah siap." King Zardakh mengawali pertemuan ini dengan kalimatnya. "Tapi, aku harap, yang berangkat adalah para orang dewasa."     

"Aku harus tetap diikutkan, Opa!" Jovano mengangkat tangan kanannya sambil berseru. "Ingat, aku sudah menang dari Zevo, dan hadiahnya adalah diikut sertakan diriku ke misi untuk Ivy."     

"Bagaimana kalau Opa batalkan kesepakatan itu dan mengurungmu di suatu alam?" King Zardakh menatap ke cucunya sambil menahan tawa.     

"Maka aku akan membenci Opa dan Mommy seumur hidupku dan menganggap Opa dan Mommy musuh besarku." Jovano menjawab dengan lugas dan tegas.     

"Astaga, Andrea!" King Zardakh terbahak sambil menoleh ke putri Cambionnya. "Kau dengar itu, Andrea? Ha ha ha! Anakmu sangat mengerikan jika sudah mengancam! Ha ha ha! Aku sangat takut, Andrea!"     

Putri Cambion mendecih. Percakapan ini hanya dipahami oleh Andrea dan sang ayah. Andrea sebelumnya sudah membujuk ayahnya untuk mengurung Jovano ke sebuah alam saja agar bocah itu tidak perlu ikut dalam misi penyerangan ke Kutub Selatan.     

Dalam hati Andrea, dia memang masih sangat mencemaskan keselamatan sang anak. Meski dia percaya pada putranya, namun sisi hati dia lainnya juga sangat tidak ingin sesuatu terjadi pada sang putra.     

Dan, sepertinya Jovano mengetahui apa yang direncanakan ibunya pada dirinya nanti, makanya dia bisa secara enteng mengatakan ancaman itu.      

Jangan remehkan kejeniusan Jovano. Bocah itu sempat menangkap lirikan singkat sang kakek pada ibunya ketika mengatakan akan mengurung dia di sebuah alam. Dari situ, Jovano langsung paham bahwa sang ibu ingin dia batal ikut misi.     

Mana mungkin Jovano rela dipecundangi demikian setelah dia berhasil memenangkan pertarungan dengan Zevo?! Dia akui dia juga sudah curang sebelumnya dengan merayu sang kakek untuk menyembuhkan luka dalamnya secara sempurna, tapi bagaimana mungkin dia bisa berdiam diri saja sementara semua orang pergi menyelamatkan Ivy?     

Andrea berdehem, "Ehem! Ehem! Yah, untuk menghindarkan Jovano dari menjadi malin kundang yang durhaka pada orang tua dan kakeknya, maka… terpaksa dia memang harus diikutkan dalam misi besok."     

Jovano tersenyum diagonal mendengar ucapan tak berdaya ibunya yang masih berdalih macam-macam membawa malin kundang pula. Tidak apa, yang penting, dia bisa tetap ikut.     

"Kalau Kak Jo ikut, aku juga ikut!" Gavin juga mengangkat tangannya dengan keyakinan tinggi.     

"Gav…?" Jovano menoleh ke sahabat yang sudah dia anggap seperti adik sendiri.      

"Tolong jangan remehkan kekuatanku." Gavin menambahkan kalimat. "Jangan pandang hanya karena aku ini masih berusia 7 tahun, aku kalian anggap lemah. Aku tidak selemah itu. Apalagi aku sudah menempa diriku di Alam Schnee."     

"Aku juga ingin ikut!" Vargana ikut acungkan tangan secara tegas.      

"Aku juga!" Voindra tentu saja ingin ikut jika Gavin juga ikut. Dia sudah lebih nyaman berkolaborasi kekuatan elemen dengan Gavin.      

"Kalian…" Jovano menatap bocah-bocah itu. "Bukannya aku meremehkan kekuatan kalian, guys! Tapi ini adalah misi yang berbahaya dan tidak main-main. Bisa jadi ini lebih berbahaya dari ujian terakhir kita di Alam Schnee."     

Vargana, Voindra dan Gavin langsung teringat akan memori beberapa hari lalu ketika mereka harus melawan mati-matian para gerombolan kriminal iblis yang kejam dan ganas.      

Tanpa disadari, Vargana menyentuh perutnya, di sana sempat berlubang seukuran kepalan tangan seorang kriminal iblis. Dan rasanya bagai dia sudah diambang kematian saat itu.      

Jovano melihat sikap Vargana dan berkata, "Va, kau tau sendiri kan bagaimana sakitnya ketika terluka parah? Voi juga, kau pun pernah terluka di lengan memanjang sampai ke tangan, itu pasti sangat sakit, kan?"      

Vargana dan Voindra menelan ludah tanpa sadar dan ingatan mereka dilempar ke masa-masa menyakitkan itu.      

"Oleh karena itu, lebih baik jika kalian tetap di sini saja, tidak perlu ikut. Ini adalah misi hidup dan mati! Semua orang bisa jadi saling egois tidak ingin membantu temannya jika diri sendiri juga dalam bahaya." Jovano terus menyuntikkan sugesti buruk ke mereka.      

"Gav, kau memang kuat meski masih kecil. Tapi bagaimana pun, yang akan kita hadapi ini pasti lebih mengerikan daripada sekedar kriminal iblis. Fisik para vampire juga tidak bisa diremehkan. Kecepatan mereka luar biasa mengerikan. Kalau kau celaka, bisa kau bayangkan kesedihan orang tuamu?" Jovano tatap lekat ke Gavin yang tertunduk.      

Kenzo dan Shelly tidak berkomentar apa-apa. Meski dalam hati Shelly, dia menangis karena cemas jika dia harus kehilangan anak lagi seperti dulu.      

"Aku adalah prajurit, Kak Jo! Aku ini prajurit Schnee! Mana mungkin aku tidak ingin menempa diriku dalam sebuah pertarungan asli?" Gavin mengobarkan tatapan matanya.     

"Benar! Aku adalah seorang prajurit pula yang sudah ditempa berbulan-bulan lamanya dalam medan buruk dan cuaca ekstrim. Mana mungkin aku melarikan diri? Kalau aku celaka, itu berarti aku tidak cukup kuat! Tidak ada yang perlu disalahkan kecuali aku sendiri!" Vargana juga berkata dengan tegas.     

"Meski aku sering terluka dan lemah dibandingkan kalian, tapi Ivy tetap saudara aku! Apakah aku tidak boleh ikut menyelamatkan saudaraku?!" Voindra turut bicara dengan tegas ke Jovano.      

Myren dan semua yang ada di sana merasa hati mereka bagai diremas akan ucapan-ucapan penuh yakin dari ketiga bocah itu.     

"Baiklah, kalah begitu, semua boleh ikut asalkan yakin dan bisa menjaga diri masing-masing." Akhirnya, King Zardakh membuat keputusan demikian.      

Jovano tidak bisa memberi penolakan atau bujukan lainnya, semua sudah dipastikan dan bisa saja ia akan menyakiti hati ketiga bocah tadi jika dia terus membujuk mereka untuk tinggal.     

"Baiklah. Malam ini, lebih baik Myren dan keluarga menginap di sini. Andrea, kau masih ada kamar kosong, kan?" King Zardakh bertanya ke anak Cambionnya.     

Andrea mengangguk. "Masih ada. Ayo."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.