Devil's Fruit (21+)

Keluar Dari Bak



Keluar Dari Bak

0Fruit 674: Keluar Dari Bak     

Jovano tersenyum singkat meski masih terdapat gurat kesakitan yang dia tahan. Tentu saja, karena dia belum sembuh sempurna di bagian luka dalamnya. "Hai semua." Ia menyahut dengan suara lemah.      

"Tsk! Gak usah sok kuat pake nyapa segala, Jo!" Andrea tersenyum kecut, membayangkan keadaan sakit putranya. Ia bisa merasakan bahwa sang putra memang masih menahan sakitnya. Jika dia mendapatkan luka seperti Jovano juga pasti dia akan sangat kesakitan.      

Memikirkan rasa sakit yang ditanggung oleh putranya, rasanya Andrea ingin menghidupkan lagi Iblis Boronez lalu membunuhnya, dan hidupkan dia lagi untuk kemudian dia bunuh lagi, begitu seterusnya sampai dia bosan dan tebarkan jiwanya ke alam raya.      

"Fu hu hu…" Jovano mendengus geli melihat muka cemas ibunya yang dibungkus kekesalan. Ia kemudian menoleh ke Shona. "Hai, Sho."     

"Sini, aku bantu kamu." Shona langsung saja maju mendekat ke bak mandi dan tidak menunggu respon Jovano, dia segera keluarkan cahaya hijau dari telapak tangannya yang dia arahkan ke pundak Jovano.      

Sebenarnya Jovano ingin menolak, tapi tidak mengira bahwa Shona sudah maju begitu saja untuk menyalurkan tenaga Healer ke pundaknya.      

Kenzo menatap ke Andrea, "Tuan Putri, perlukah kita bawa keluar Pangeran Muda Jo keluar dari bak?"      

Andrea mengulurkan tangan untuk mengambil tangan kiri anaknya dan memeriksa nadi di pergelangan tangan Jovano. Ia diam sejenak untuk mengetahui detak jantung sang putra dari pemeriksaan itu dan sekaligus bisa mengerti hal-hal lain di dalam tubuh Jovano.      

"Belum bisa. Mungkin besok aja. Yeah, besok kayaknya dia udah bisa dikeluarkan dari bak dan gak usah berendam lagi." Andrea yakin mengenai ini.      

"Sho, kamu mau salurkan Healer kamu sampai nanti malam?" tanya Myren ke Shona.     

Gadis kecil itu mengangguk.      

"Gimana kalo kamu kelelahan? Kan kamu baru saja sembuhkan Vargana." Myren masih ingin membujuk, andaikan gadis itu sudah kelelahan, mana mungkin mereka masih memaksanya? Kalau terjadi sesuatu pada Shona, bagaimana mereka akan memberitau Pangeran Djanh?     

"Vargana terluka?" Jovano bertanya dengan nada cemas.      

"Jangan khawatir, Jo. Dia sudah sembuh." Shona tertunduk sambil terus salurkan healer dia melalui sentuhan di pundak Jovano. Lalu gadis itu terpejam.      

"Nanti aku rutin kasi Shosho buah energi roh ama inti Kristal. Gimana?" Andrea hanya bisa memberikan solusi itu untuk Shona agar tidak sampai ambruk karena lelah.      

Bagaimanapun, bocah sekecil Shona sudah beberapa hari ini membantu mengobati banyak orang, itu tentu saja sangat menguras energinya.      

"Itu juga bisa, Aunty." Shona menjawab tanpa membuka mata. Dia sudah menyamankan duduk di tepi bak.      

Maka, sudah diputuskan bahwa Shona membantu Jovano hingga besok sampai Jovano bisa lebih sembuh banyak.      

Myren dan Kenzo pun keluar dari kamar mandi untuk beristirahat, sedangkan Andrea akan ganti menjaga putranya.      

Begitulah adanya. Shona terus ada di samping bak mandi dan salurkan healer melalui pundak Jovano, sedangkan Andrea menunggui di dekat mereka.     

Jika air mulai agak dingin, Andrea akan menyalurkan api dia untuk membuat air kembali pada hangat yang tepat sambil mengganti rempah perendam.      

Apabila Andrea hendak ke Pondok Alkimia untuk membuat ramuan obat lagi, ia akan memanggil Dante atau Giorge agar menggantikan dia menjaga dan menunggui Jovano.      

Ramuan obat cepat habis karena banyak orang yang menggunakannya. Selain membuat rempah untuk berendam, dia juga membuat pil obat dan juga pasta herbal.      

Ia memberi pil obat level tinggi ke para prajurit agar mereka lekas sembuh setelah mereka selesai berendam. Tidak lupa asupan buah roh energi dan inti Kristal tidak ketinggalan untuk diberikan.      

Mereka sedang berkejaran dengan waktu agar bisa sembuh sebelum batas waktu penyerangan ke Kutub Selatan minggu depan.      

Esoknya, Jovano sudah bisa dikeluarkan dari bak mandi dengan diangkat Dante dan Giorge secara hati-hati, meletakkan putra mereka di ranjang setelah menyeka dulu tubuh telanjang Jovano agar ranjang tidak perlu basah kuyup.      

Shona masuk ke kamar setelah Jovano selesai dipakaikan pakaian semacam kimono tipis sederhana.      

Melihat kondisi Jovano, Shona hanya bisa menggigit bibirnya dan membayangkan andai dia yang terluka begini, pasti dia akan menangis berhari-hari karena kesakitan.      

Bayangkan saja tulang kaki remuk, patah dan hancur, serta organ-organ dalam yang bagai bergeser dari tempatnya saking kerasnya pukulan-pukulan kejam dari Boronez.      

Shona mulai arahkan telapak tangan kirinya ke kaki Jovano, dan tangan kanan ke atas perut Jovano. Perlahan-lahan, cahaya hijau Healer muncul dan menerangi area yang dituju tangan Shona.      

Andrea melihat itu dan hampir menangis. Jovano mengatakan, bahwa dia belum begitu sanggup menggerakkan kakinya, hanya sebatas gerakkan jari saja.      

Meski begitu, Andrea masih merasa Jovano beruntung karena kakinya diremukkan tanpa diledakkan oleh Boronez. Jika diledakkan, akan lebih lama lagi mengobatinya karena harus menumbuhkan tulang.      

Jika remuk di dalam daging dan kulit, atau patah di sana, masih bisa disambungkan menggunakan obat Jiwa Dewa lebih cepat jika harus menumbuhkan tulang dan daging sekaligus.      

Putri menggenggam tangan putranya sambil menahan tangisnya. Ibu mana yang bisa tahan melihat kondisi anaknya seperti itu?      

Tidak lupa, Nyonya Cambion memberikan buah energi roh pada Jovano dan juga Shona. Andrea berpikir bahwa lebih baik putranya diberi buah itu dulu ketimbang makanan manusia biasa.      

Beberapa bocah mengintip di ambang pintu yang tidak tertutup.      

"Apakah kami sudah boleh masuk?" tanya Voindra.      

"Kami boleh menjenguk Kak Jo?" Gavin juga ikut bertanya.      

Semua yang di kamar pun menoleh ke beberapa bocah tersebut.      

"Masuklah." Andrea memperbolehkan.      

Wajah gembira dan lega terbias dari para bocah yang segera masuk ke kamar dan berlutut mengitari ranjang Jovano.      

Mereka bergantian menanyakan keadaan Jovano, dan sang putra Cambion menjawab dengan suara lirih. Dari situ, mereka pun tau Jovano masih lemah. Tapi, mereka memutuskan untuk tetap di kamar itu dan berjanji tidak akan terlalu berisik dan juga tidak akan memaksa Jovano mengobrol dengan mereka.     

"Pokoknya nanti malam aku ingin tidur di sini! Di sofanya pun tidak apa, kok!" Gavin bersikeras.      

"Aku juga mau!" Voindra ikut bersuara.      

Kamar itu tadinya ada 3 ranjang, sekarang semenjak Jovano dirawat di sana, 2 ranjang lainnya disimpan di cincin ruang Andrea.     

Mengetahui keinginan para bocah yang kukuh ingin ikut menunggui Jovano, Andrea pun keluarkan dua ranjang lainnya dari cincin ruang RingGo dia.      

"Aku dan Kak Va di sini!" Voindra langsung saja menduduki salah satu ranjang.      

"Oke, yang ini aku dan Kak Zevo." Gavin mengambil pilihan ranjang satunya lagi.      

"Lalu aku di mana?" Kuro kecewa karena tidak mendapatkan tempat. "Ohh! Aku bisa di sofa!" Ia pun segera menduduki sofa panjang di dekat jendela.      

Mereka semua bersikukuh ingin menunggui Jovano sampai besok. Alasan lainnya, karena ingin menemani Shona juga agar tidak jenuh.      

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.