Devil's Fruit (21+)

Dasar Iblis Jahil



Dasar Iblis Jahil

Fruit 666: Dasar Iblis Jahil     

Kriminal iblis itu bangkit dan menatap sengit ke Zevo dan Noir yang baru saja muncul. "Bocah keparat! Kau berani mengganggu kesenanganku, heh! Akan aku hancurkan kau dengan kucing jelekmu itu!"      

Kriminal itu kembali maju cepat dan menerjang Zevo. Lekas saja Zevo memunculkan tembakan petirnya, namun kriminal itu berhasil menghindari dengan gesit dan ia pun berhasil memukul Zevo hingga Zevo terbang dan punggungnya menabrak dinding batu.      

Setelah itu, kriminal itu menyerang Noir. Si singa hitam berusaha berkelit sambil berikan serangan petir.      

Shona melirik ke arah kakaknya yang muntah darah akibat hempasan dari kriminal tadi. Sabrina pun sedang terkulai tak berdaya.      

Hanya Noir harapan mereka.      

Namun, ketika Noir juga berhasil dipukul keras oleh si iblis jahat, mereka tak tau harus berharap pada apa lagi.      

Kriminal iblis itu tertawa terbahak-bahak. "Kita memang sudah berjodoh, manisku!" Ia menatap Shona yang masih diam berlutut menyembuhkan Vargana. "Sekarang tidak akan ada lagi yang akan mengganggu kita! BWAHAHAHA!"     

SWOOSSHH!     

DHUAARR!     

Tubuh kriminal iblis itu terpental oleh sebuah pukulan keras hingga menabrak tembok batu di belakangnya dan muntah darah cukup banyak.      

"Kau ingin berjodoh dengan putriku?" Muncullah Pangeran Djanh dari atas benteng dan turun perlahan-lahan menghalangi pandangan si kriminal pada Shona.      

"K-kau!" Si kriminal iblis mengusap darah di tepi mulutnya dengan gerakan sengit.      

"Ya, aku adalah ayah dari gadis itu. Dan karena kau tidak bisa mengalahkanku, kenapa aku harus menerimamu menjadi menantuku? Pfftt!" Dengan gerakan tangan yang sederhana, tubuh kriminal iblis itu terangkat meski Pangeran Djanh tidak menyentuhnya.      

"Krrhhh! Krgkkhh… jangan… jangan bunuh aku…" Suara cekikan dari si kriminal mengiba memohon pada Pangeran Djanh. Ia sadar, lawannya terlalu kuat.      

"Ohh, kenapa kau sekarang mencicit seperti tikus? Kenapa tidak segarang tadi? Ayolah… kau terlalu mengecewakan aku kalau begini…" Pangeran Djanh masih menjulurkan tangan kanannya ke depan, tanpa menyentuh si kriminal, namun kriminal itu dicekik oleh tenaga Pangeran Djanh.      

"Tidak! Aku… tidak berani…! Ampuni aku!" Si kriminal bersusah payah memohon pada Pangeran Djanh. Jika saja dia tau siapa ayah dari Shona, tentu dia akan memilih untuk hengkang secepatnya dari tempat ini.      

Sayangnya, kesempatan kedua itu biasanya jarang terjadi.      

"Umm… bagaimana, yah?" Pangeran Djanh seolah sedang bermain-main dengan lawannya yang dia angkat dari tanah dan dia cekik menggunakan tenaga khusus dari jauh. "Selain kau terlalu percaya diri ingin menjadi menantuku, kau juga melukai putraku." Ia melirik ke Zevo yang sudah bangun dan berjalan tertatih ke adiknya.      

Kriminal iblis itu lemas karena sadar, tidak akan ada kemungkinan nyawanya selamat. Ia sudah menyinggung sebuah entitas tingkat tinggi. Kebodohan dan napsu laknatnya mengakibatkan dia celaka.      

"Sampaikan salamku pada Raja Hades di neraka sana, tanyakan padanya, kapan akan mampir ke Istana ayahku di Huvro untuk minum teh lagi…"      

Sang kriminal iblis mendelik. Akhirnya dia mengetahui latar belakang Pangeran Djanh. Ia berontak berusaha lepas dari cekikan jarak jauh sang pangeran.      

Reputasi Pangeran Djanh dan kerajaan Huvro sudah terlalu terkenal di iblis manapun meski mereka belum pernah melihat wajah asli sang pangeran.      

"Krrhkkhh! Krrkkhh!"     

"Ups, maaf… sepertinya kau tak perlu menemui Raja Hades, karena aku ingin kau tidak lagi memiliki jiwa."     

Kriminal itu mendelik ketakutan. Jika jiwa dimusnahkan, maka tidak akan ada kesempatan mereka bisa terlahir kembali.      

Segera setelah mengucapkan itu, Pangeran Djanh menyalurkan tenaga aneh yang membuat kulit kriminal itu memerah dan semakin merah dari dalam bagai dipenuhi oleh lava panas hingga tampak urat-urat merah membara.      

Seluruh urat dan dagingnya mendadak transparan dengan semburat merah terang yang kian lama kian jelas dan akhirnya…      

DHUAAR!!!     

Kriminal iblis itu pun meledak hingga ke jiwanya, sesuai dengan apa yang dijanjikan Pangeran Djanh.      

Sang pangeran Incubus terkekeh senang ketika melihat iblis jahat itu meledak dan langsung menjadi kabut merah yang menghilang di udara.      

Kemudian, Pangeran Djanh berbalik untuk melihat ke anak-anaknya. "Apakah kalian baik-baik saja?" Ia memandangi mereka semua.      

"Aku baik saja, Pa. Vargana yang parah." Zevo menjawab sambil duduk menenangkan diri di dekat sang adik bersama Sabrina dan Noir.      

Mata Pangeran Djanh tertuju ke perut Vargana yang belum menutup, namun kondisinya sudah lebih baik dari sebelumnya.      

"Pa, apa kau—" Belum sempat Zevo melengkapi kalimatnya, tiba-tiba muncul lagi dua kriminal iblis dari pintu gerbang benteng.      

"Wah… mangsa datang lagi…" Pangeran Djanh menjilat bibirnya sendiri dengan tatapan psikopat ke dua kriminal iblis.      

Tanpa banyak menunggu menit berlalu, kedua iblis sudah bernasib sama dengan kriminal sebelumnya.      

Setelah itu, Pangeran Djanh pun berdiam diri di sudut gerbang benteng, untuk memergoki para kriminal iblis yang berhasil masuk ke benteng.      

Tentu saja Myren dan Ronh yang mengawasi dari atas langit, sangat senang dan tenang, karena Pangeran Djanh sudah melindungi putri mereka. Keduanya sangat lega akan kehadiran sang pangeran.     

Setelah berhasil membunuh banyak kriminal iblis yang masuk ke benteng, Zevo bertanya ke ayahnya, "Pa, kau tidak menemani Mama?"     

Ayahnya terkekeh sebagai respon awal atas pertanyaan sang anak, kemudian melanjutkan dengan berkata, "Tidak perlu khawatirkan mamamu, Zev. Mama kalian itu wanita perkasa, lebih ganas dari ratu Amazon! Yakinlah…"     

Zevo dan Shona hanya putar bola mata mereka.      

Lalu, Zevo teringat bahwa Sabrina juga terluka dan Noir pun demikian. Ia menekan anting komunikasinya, menghubungi Andrea.      

Tak berapa lama setelah Zevo menghubungi, sang Cambion pun muncul, dan bertanya, "Bagaimana Breed an Noir?"      

"Nyonyaku…"     

"Nyonya…"     

Kedua big cats menyapa Andrea. Kemudian, pandangan Andrea sampai pada Vargana yang duduk lemah sambil ditopang dada Zevo dan Shona terus alirkan tenaga Healer berwarna hijau ke perut putri Myren.      

"Vava!" Andrea berlari memburu ke dekat Vargana. "Kamu… astaga perutmu, Vava!" Ia lekas mendongak untuk menemukan pandangan sang kakak di angkasa. Melalui tatapan, dia bisa melihat sang kakak yang menatap penuh kecemasan ke anaknya yang sedang diobati Shona.      

Andrea pun memakai anting komunikasinya untuk berbincang dengan kakaknya setelah dia menyerahkan pil obat tingkat tinggi ke Zevo, Sabrina dan Noir, menjadikan ketiga orang itu lebih cepat sembuh dari semua luka.      

Putri Cambion juga memberikan buah energi roh untuk Vargana dan Shona, menjadikan dua gadis remaja itu lebih kuat dan mendapat tambahan tenaga.     

Sesudah Andrea berbincang dengan Pangeran Djanh, ia menyerahkan area itu pada sang pangeran untuk berjaga di sana, sementara dia bisa kembali ke medan peperangan.      

"Gavgav, Voivoi!" panggil Andrea pada dua bocah yang terus mengeluarkan Kristal tajam sebagai senjata kolaborasi, dan berkata, "Kalian mundurlah sampai ke depan gerbang benteng!"      

Andrea wajar jika menyuruh dua bocah paling muda di tim untuk mundur ke depan gerbang benteng, karena selain agar mereka berdua lebih aman, juga bisa mengawasi agar tidak ada kriminal iblis yang mencoba menyelinap masuk lagi.      

Pangeran Djanh hanya mengerang karena itu berarti dia tidak bisa lagi mengagetkan kriminal yang masuk ke benteng. Dasar pangeran jahil!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.