Devil's Fruit (21+)

Tertunda Oleh Badai Salju



Tertunda Oleh Badai Salju

0Fruit 660: Tertunda Oleh Badai Salju     

Hari itu, para dewasa menikmati segala kesenangan bersama pasangannya masing-masing.      

Dan di Minggu malam, Andrea memulangkan semua yang pergi ke Alam Cosmo, kembali ke Alam Schnee.      

"Gimana, Jo? Beres semua?" tanya Andrea pada putra sulungnya.      

"Masih belum bisa bikin pedang bahan titanium, Mom. Jadinya, aku cuma belajar rune saja." Jovano berjalan letih ke kamarnya yang dia tempati bersama Gavin dan Zevo.      

"Rune apa saja yang sudah bisa kamu bikin?" Andrea ingin tau.      

"Rune api, rune petir, rune penahan air, juga satu lagi… rune pengubah." Jovano mengingat-ingat apa saja yang sudah berhasil dia ukir selama ini.      

"Rune pengubah?" Kening Andrea berkerut.      

Putranya mengangguk. "Iya, Mom. Itu bisa bikin kita mengubah wajah dan penampilan kita, seperti untuk penyamaran gitu, Mom. Tapi aku belum ke tahap tinggi."     

Alis Andrea naik tinggi-tinggi sembari dia mengantar anaknya ke kamar. "Oh ya? Untuk menyamar!"     

"Tahapku belum cukup tinggi di rune pengubah itu, Mom. Aku baru bisa mengubah warna rambut saja, belum terlalu ahli untuk mengubah wajah." Jovano tersenyum masam.      

Nyonya Cambion menepuk pundak putranya seraya berkata, "Gak usah sedih gitu. Udah bisa kuasai banyak rune dalam waktu sebentar itu udah pantas dibilang hebat, oi! Cheer up, son!"      

Anaknya memberikan senyum diagonal seraya berhenti di depan kamarnya. "Aku harus bisa memecahkan rekor sebagai ahli rune termuda sepanjang sejarah yang ada, Mom! Kau juga pasti akan bangga kalau dikenal sebagai ibu dari bocah termuda ahli rune, iya kan? He he…"     

Saking gemasnya akan ucapan seenaknya sang putra, Andrea pun menggusak rambut depan Jovano. "Belagunya amit-amit sekarang kamu, yak!"     

"Ha ha ha… udah, Mom! Kau ini sudah mengacak-acak kegantenganku!" Usai bicara demikian, Jovano lekas lari masuk ke kamarnya dan mengunci dari dalam hingga Gavin dan Zevo yang sudah berada di kamar sampai terheran-heran.      

Tapi melihat wajah nakal Jovano yang terkekeh disertai teriakan kesal suara Andrea di luar kamar, mereka pun paham apa yang telah terjadi.      

-0-0-0-0-0-     

Esok harinya di Alam Schnee, ternyata terjadi badai salju. Ini menyebabkan Myren membatalkan pelatihan di hari ini. Mereka semua juga tidak akan bisa berbuat apa-apa di saat badai salju begini.      

Meski ada rasa gembira karena mereka bisa bersantai seharian lagi, namun sebagian lainnya merasa jenuh karena harus berdiam diri saja di benteng.      

Akhirnya, Myren mengumumkan bahwa hari ini benar-benar tidak ada latihan secara total.      

Karena Myren sudah membuat keputusan, maka para prajurit Iblis dan Gazum pun segera berangkat tidur lagi. Sedangkan Tim Blanche lainnya hanya bisa menghabiskan waktu di Alam Cosmo daripada tidak melakukan apa-apa.     

Ini tentu disambut gembira oleh Jovano, karena berarti dia bisa melanjutkan lagi pembelajaran yang sedang dia kejar.      

Kali ini, Andrea turut menyertai sang putra ke Pondok Alkimia untuk ikut berlatih mengukir rune. Ini memang sudah menjadi cita-cita Nyonya Cambion sejak lama, mengenai penguasaan rune.      

Ternyata badai salju terus berlanjut hingga keesokan harinya, sehingga lagi-lagi Myren tetap mengumumkan tidak adanya latihan seperti kemarin.      

Di hari berikutnya, meski hanya turun salju biasa, tidak lagi ada badai, namun akibat badai dua hari, salju sudah sangat menumpuk di halaman kastil dan benteng.      

Myren tidak bisa lagi membuat ini hari libur latihan. Maka, setelah mengumpulkan semua anggota tim, dia menginstruksikan agar mereka semua melenyapkan tumpukan salju pada radius 10 km dari benteng menggunakan cara apapun.     

Para serdadu Iblis mulai mengaktifkan kekuatan elemen mereka untuk menyingkirkan salju yang menumpuk.      

Tim Blanche juga tidak mau kalah. Para pengguna elemen api yang kuat dan angin, mereka ada di garis depan untuk melenyapkan salju setinggi pinggang orang dewasa.      

Setelah salju berhasil dilelehkan menggunakan api, maka pengguna elemen air dan tanah yang mulai maju menyingkirkan genangan air yang berlimpah.      

Semua saling berjibaku bersama-sama untuk membersihkan halaman benteng dari salju agar mereka bisa berlatih lagi.      

Sesudah semua salju berhasil disingkirkan, hari sudah menjelang sore. Mereka juga memulai kegiatan ini agak lambat, di siang tadi.      

"Sepertinya hari ini pun kita tidak bisa melaksanakan kegiatan pelatihan yang sebenarnya, Jenderal." Panglima Ronh bergumam lirih di dekat Myren.      

"Hmhh… sepertinya begitu. Tsk!" Myren juga kesal dan menyesali perubahan cuaca yang begitu tiba-tiba mengganggu jadwal mereka.      

Dan akhirnya, Myren hanya bisa menyuruh semua anggota tim untuk masuk kembali ke benteng dan beristirahat.      

"Kita berlatih besok saja." Myren mengatakan itu sebelum semua orang masuk ke hunian masing-masing. Ia juga sudah memerintahkan dua panglimanya untuk membagikan buah energi roh dan inti Kristal pada semua anggota pelatihan.     

Meskipun hari ini mereka tidak berlatih, namun tenaga mereka tetap keluar untuk membuang tumpukan salju.     

-0-0-0-0-0-     

"What the hell!" seru Myren di pagi harinya ketika dia mendapati badai salju datang lagi. Suhu udara turun drastic hingga nyaris sama dengan suhu di Kutub Selatan yang asli.      

Sangat amat dingin!     

Masing-masing orang terpaksa mengeluarkan bola api untuk diletakkan di dalam kamar mereka masing-masing. Ini masih jam 7 pagi, dan badai salju sudah terjadi semenjak jam 6.      

"Jenderal, sepertinya tidak mungkin lagi kita melaksanakan pelatihan di hari ini." Panglima Ronh berbicara di dekat istrinya.      

"Iya, sepertinya tidak mungkin kita memaksakan diri untuk berlatih di situasi seperti ini." Panglima Kenz menambahkan.      

"Tapi… mau sampai kapan kita terus menerus menghindari badai salju?" Myren memijat keningnya karena bingung.      

"Ada apa, Kak?" Andrea muncul di dekat Myren sambil dia menyelubungi tubuhnya dengan selubung api sehingga bisa tetap hangat tanpa memakai baju tebal dan tidak perlu membawa bola api.      

"Andrea, kalau cuaca begini terus, bukankah kita akan terus menunda dan menunda latihan?" Myren tampak kesal, terdengar dari suaranya.     

Sang adik terdiam sejenak sambil terus berpikir. Lalu berkata, "Hm… Kak, yang bisa keluarkan selubung api kayak aku gini, apakah semua Iblis bisa?"     

Myren dan dua panglimanya memperhatikan selubung seperti air namun itu sebenarnya berwarna merah karena dari api.      

"Tidak. Aku yakin tidak banyak yang bisa melakukan seperti kamu ini, Andrea." Myren jujur. "Bahkan aku pun sepertinya tidak mempunyai kekuatan untuk menciptakan selubung api begini."      

"Ciyusan?!" Andrea mendelik kaget. Ia kira kemampuan begini bisa dilakukan semua Iblis. Ternyata tidak.      

"Bagaimana dengan kalian berdua? Kalian bisa lakukan seperti Andrea begini?" Myren menatap kedua panglimanya.      

Dua panglima itu saling pandang dan akhirnya menggeleng bersama-sama.      

"Walah! Seriusan nih cuma aku yang bisa di sini?!" Ini membuat Andrea takjub. Kenapa dia memiliki kekuatan unik yang terkadang tidak dimiliki Iblis lain?      

Ohh, dia lupa bahwa dia bukan iblis murni melainkan campuran.      

"Memangnya kenapa kalau banyak yang bisa mengeluarkan selubung sepertimu, Andrea?" Myren bertanya.      

"Ummhh… tadinya kupikir kalo semua orang di sini bisa keluarin kayak gini, kita bisa tetap tembus badai salju dan cari area yang kagak kena badai. Tapi kalo ternyata yang lain pada gak bisa… malah bahaya kalo menerjang badai gitu aja, ya kan?" Andrea memaparkan pemikirannya tadi, namun itu sudah tidak berguna lagi.      

"Haruskah kita tunda latihan sampai besok, Jenderal?" tanya Ronh.      

Myren terdiam, namun Andrea mengerutkan keningnya dan berkata, "Kok kayaknya aku rada curiga ama nih badai, yah! Gak tau kenapa, tapi perasaan aku rasanya ini bukan badai normal."     

Myren belalakkan mata ke Andrea dan seolah menangkap yang dimaksud adiknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.