Devil's Fruit (21+)

Berlibur Lagi ke Cosmo



Berlibur Lagi ke Cosmo

0Fruit 658: Berlibur Lagi ke Cosmo     

Setelah selama sebulan semua tim digembleng dalam porsi latihannya masing-masing, mereka menjadi lebih tangguh dan lebih percaya diri pada kekuatan mereka.      

Terutama para bocah, mereka merasa ketrampilan bela diri mereka terus meningkat dalam bimbingan Panglima Kenz untuk melampaui kelemahan masing-masing.      

"Jo! Langsung tegakkan kepalamu! Ya, begitu! Jangan beri kesempatan lawanmu untuk mengincar kepalamu setelah tidak berhasil menyerang perutmu!" teriak Kenzo sambil dia terus melakukan serangan-serangan mematikan pada putra sang Cambion.      

Jovano juga kini lebih gesit. Dia tidak lagi banyak-banyak merunduk ketika mendapatkan serangan di perutnya, namun mulai belajar menghindarinya dengan cara berkelit ke samping atau salto ke belakang saja.      

"Wuaahh! Tadi nyaris saja pedang Panglima merobek perut Jo!" seru Kuro yang menonton pertarungan Kenzo dengan Jovano.      

Setelah petang menjelang, mereka pun mulai masuk ke benteng.      

Jovano berjalan menuju ke ibunya dan berkata, "Mom, bisakah nanti malam sesudah mandi, aku kau transfer ke Cosmo?"      

Andrea paham kenapa putranya menginginkan hal itu, karena besok adalah libur akhir pekan. "Ohh, oke. Kau mau ke Pondok Alkimia, yah?"     

Putranya mengangguk.      

Malamnya sebelum tidur, Jovano ditransfer ke Alam Cosmo oleh ibunya bersama dengan Kenzo, Kyuna, Rogard dan juga tiga beast (Sabrina, Noir dan Gazum).      

Namun, tak disangka-sangka, para bocah lainnya juga ingin pergi ke Cosmo untuk berlatih dan bersantai. Mereka sudah merasa jenuh seminggu lamanya dalam udara super dingin Schnee, dan merindukan kehangatan cuaca di Cosmo.      

Maka, pada akhir pekan itu, suasana benteng benar-benar sunyi. Para prajurit Iblis memilih menghabiskan libur dengan mutiara ilusi mereka, sedangkan para dewasa di Kastil Blanche tentu saja bersenang-senang dalam cara mereka sendiri.      

Di Alam Cosmo, Jovano dan yang lainnya tiba ketika malam sudah larut di sana. Mereka lekas masuk ke pondok hunian dan tidur.      

Besok, mereka akan memulai kegiatan sesuai keinginan mereka masing-masing. Yang ingin bermain bisa bermain sepuasnya. Yang ingin berlatih pun bisa berlatih hingga lelah.      

Dan Jovano tentu saja akan sibuk seharian bekerja di Pondok Alkimia.      

Benar saja, tepat jam 6 sesuai dengan alarm yang Jovano pasang, dia terbangun dan meloncat dari tempat tidur, sementara Zevo dan Gavin memilih tetap di dalam selimut, tidak ingin terburu-buru bangun di hari libur ini.      

Jovano membersihkan badan dan cuci muka dulu sebelum keluar dari kamar di pondok. Dan setelah itu, seperti biasa, dia bertemu dengan Shelly yang menyiapkan segala sesuatu untuk para tamu yang datang ke Cosmo.      

"Morning, Aunty…" sapa Jovano sambil meraih buah energi roh untuk sarapan.      

"Morning, Jo! Kau langsung ke Pondok Alkimia?" Shelly baru saja menuang bubuk kopi ke teko, siap diproses menjadi wedang.      

"Umh!" Jovano mengangguk sambil mengunyah buah di tangan kanannya, lalu mengambil 3 buah lagi untuk dia bawa ke Pondok Alkimia. "See ya soon, Aunty!"      

"Oke!" Shelly menyahut sambil melirik sebentar anak dari sahabatnya.     

Sepeninggal Jovano, Shelly tersenyum sendiri sambil menuang air panas ke beberapa cangkir.      

Melihat Jovano yang kian tumbuh tinggi dan kuat, Shelly tidak bisa tidak mengingat sang sahabat, Andrea. Rasanya mereka baru kemarin saja memakai seragam abu-abu, namun kini mereka sudah memiliki anak-anak yang mengagumkan.      

Meskipun dia mengikuti Andrea dan memutuskan untuk melepaskan masa sekolahnya di SMA bersama sang Cambion, ia tidak merasakan keberatan sama sekali.      

Apalagi, orang tuanya juga sangat percaya bahwa Andrea dan Kenzo selalu bisa menjaga putri mereka, Shelly. Bagi kedua orang tua Shelly, cukuplah anak mereka berbahagia dalam hidupnya, itu sudah lebih dari cukup.      

Oleh karena itu, orang tua Shelly tidak keberatan meski putri mereka putus sekolah di tahun terakhirnya. Toh, ternyata kehidupan putrinya jadi lebih bahagia setelah keluar dari rumah untuk membangun keluarga sendiri.      

Walaupun kedua orang tua Shelly tidak mengetahui latar belakang Kenzo, mereka percaya pria itu tidak akan menyakiti putri mereka. Terlebih lagi, hadirnya cucu-cucu lucu yang mengunjungi mereka, itu sungguh memberikan kedamaian bagi dua orang tua Shelly.      

Hanya, mereka tidak tau bahwa anak cucu mereka datang, itu bukan dengan penerbangan pesawat manusia, namun melalui teleportasi magis ala Iblis yang dilakukan Kenzo. Oleh karena itu, wajar jika Shelly bersikeras dia yang mengunjungi orang tuanya saja daripada sebaliknya.      

Tapi, itu pun harus menyesuaikan jadwal dari orang tua Shelly yang sibuk berkeliling dunia untuk bisnis.      

Mengingat kehidupan lalu dia bersama Andrea, Shelly mengulum senyumnya.      

"Kenapa senyum-senyum sendiri, hm?" Kenzo sudah hadir di belakang Shelly sambil membelitkan dua lengan pada pinggang sang istri.      

Shelly menoleh ke belakang dan segera mendapat kecupan lembut pada pipinya. Ia terkekeh. "Kok kepo, sih?"     

"Bukan membayangkan lelaki lain, kan?" Kenzo mengeratkan pelukannya.      

"Ha ha… jangan ngaco, ah Ken." Shelly menepuk ringan tangan suaminya yang merayap ke dadanya. "Ken!"     

"Kenapa?" Kenzo bersikap seolah tidak melakukan apa-apa.      

"Semalam kan udah…" erang Shelly ketika tangan suaminya semakin berani.      

"Semalam yah semalam, pagi ini yah pagi ini, dear…" bisik Kenzo dengan nada seduktif.      

"Ha-anghh… Ken, stop… nanti kalau ada yang datang ke sini… mgghh…" Shelly makin tidak berdaya ketika pucuk dadanya dipilin meski masih terhalang kain.      

"Kenapa repot memikirkan itu, hm?" Seketika saja Kenzo membuat penghalang yang melingkupi mereka, sehingga mereka jadi transparan tidak terlihat dan juga tidak terdengar.      

Shelly merutuki kecurangan suaminya. Kalau begitu, Kenzo pasti akan 'menghabisi' dia sesukanya.      

Benar saja, dalam waktu singkat, Kenzo sudah meniadakan pakaian mereka berdua, telah saling mempertemukan organ intim masing-masing dalam posisi Shelly masih berdiri memunggungi sang suami, dan Kenzo terus menghentakkan miliknya kuat-kuat ke tempat intim istrinya.      

Belas menit berikutnya, satu kaki Shelly diangkat dan ditaruh pada meja granit di dapu, meja yang biasa digunakan Shelly untuk meracik bahan-bahan makanan.      

Dengan pose begitu, Kenzo bisa lebih menenggelamkan miliknya dalam-dalam sambil tangannya bebas merajai dada penuh istrinya.      

"Haanghh.. Keennhh… mmhhh…" Shelly berpegangan erat-erat pada tepi meja granit, hingga akhirnya dia menyerah dan tidak bisa menolak ketika tubuhnya diputar menghadap ke sang suami.      

Dua bibir pun dipertemukan dalam cumbuan lembut sambil Kenzo mengangkat tubuh sang istri agar duduk di meja granit tersebut. Untung saja Shelly tidak sedang meracik apapun pagi ini.      

Setelah Shelly duduk di atas meja granit, Kenzo kembali memasukkan miliknya yang masih menegang arogan ke dalam lubang intim sang istri dan segera memompanya hingga tubuh Shelly terayun-ayun ke depan dan ke belakang sambil dia berpegangan pada leher Kenzo.      

"Duh, haus…" Tiba-tiba saja muncul Voindra yang berjalan terhuyung masih mengantuk, masuk ke ruang dapur. "Aunty Shel udah membuat jus belum, yah?"      

Shelly terkejut bukan kepalang mendapati Voindra muncul. Ia menunjukkan wajah panik sambil memukuli bahu suaminya.      

Namun, Kenzo malah terlihat santai seolah tidak perduli akan kehadiran Voindra.      

Voindra berjalan mendekat ke Shelly yang sedang dihentak oleh Kenzo. Kebetulan lemari es memang ada di sebelah Shelly.      

Shelly makin panik dan terus memukuli suaminya agar Kenzo berhenti.      

"Kenapa, dear? Orrghh, ini enak sekali… orrghh…" Kenzo makin seenaknya mengerang keras-keras.      

Tangan sang istri lekas mendekap mulut Kenzo. "Ssshhh!" Shelly tak mau suaminya berbicara terlalu keras. "Ada Voi!"      

Kenzo terkekeh. "Khu hu hu… yah biar saja, OORRGHH… ENAAKKK!!!" Kenzo makin berteriak, padahal Voindra ada di sebelah mereka.      

Shelly makin panik namun tidak bisa turun karena ditahan Kenzo.      

Melihat sikap belingsatan sang istri, Kenzo malah tertawa sambil terus memompa liang hangat istrinya. "Kenapa sih, dear? Ha ha… kenapa panik? Kan dia tidak akan bisa melihat kita."     

"Iya, aku tau itu, Ken!" seruan tertahan keluar dari bibir Shelly. "Tapi dia bisa dengar kita!"      

Kenzo menyeringai nakal. "Apa aku lupa memberitahumu… kalau dia juga tidak akan bisa mendengar kita…"     

Shelly melongo. Dan setelah sadar bahwa dia dikerjai sang suami, ia makin memukuli Kenzo penuh semangat gemas.      

Kenzo terbahak-bahak sambil membiarkan istrinya melampiaskan kesal pada bahu dan dadanya.      

Namun, itu tidak lama karena akhirnya mereka kian merasakan denyut nikmat akibat dari sodokan beringas Kenzo yang tidak berjeda, membuat Shelly akhirnya tanpa malu-malu mengerang keras.     

"Dear, gak khawatir ada yang dengar?" goda Kenzo usai sang istri orgasme lagi.      

Gemas, Shelly menjewer pipi suaminya sambil melotot kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.