Devil's Fruit (21+)

Evaluasi (2)



Evaluasi (2)

0Fruit 657: Evaluasi (2)     

Di kumpulan satunya, tim para bocah, Kenzo juga mulai memilih secara acak siapa yang akan menjadi lawan latih tanding dia.      

"Vargana." Kenzo memanggil lawan pertamanya.      

Vargana maju dan tidak lama kemudian, keduanya mulai bertarung tangan kosong. Pertarungan berlangsung selama hampir setengah jam dan setelah itu Vargana mundur kembali ke barisan.      

Lalu Kenzo memanggil lawan kedua dia. "Zevo."      

Zevo maju dan mempersiapkan dirinya. Mereka bertarung dalam waktu yang hampir sama dengan Vargana tadi.      

Setelah itu, Kenzo memanggil satu demi satu bocah dan terus menganalisis pergerakan mereka masing-masing. Setiap dia selesai bertarung, dia akan memunculkan lempengan tipis dan menuangkan pemikiran dia di lempengan batu tersebut.      

Melalui latih tanding melawan para bocah ini, Kenzo sekaligus menyerang berdasarkan apa kelemahan yang dimiliki oleh para bocah.      

Seperti ketika dia bertarung dengan Voindra, Kenzo akan terus memberikan serangan yang menyasar bagian kiri dari bungsu Myren.      

Itu akan terus menerus dilakukan sampai Voindra akan kelelahan dan Kenzo menghentikan pertarungan.      

Semua dia serang menggunakan titik lemah mereka masing-masing.      

Hingga tiba giliran Jovano, Kenzo agak kesulitan melawan putra sulung Andrea.      

Seperti yang dia duga akan Jovano, bocah jenius ini susah dicari kelemahannya. Namun, semalam dia sudah berdiskusi dengan Myren dan Ronh mengenai Jovano.      

Maka, Kenzo terus mencari peluang untuk menyerang titik lemah Jovano. Ia menyerang area perut si bocah dan ketika Jovano menunduk untuk menghindar, Kenzo menggunakan kesempatan ini untuk lekas mengalihkan serangannya ke bagian kepala Jovano.      

Dhuak!     

Jovano benar-benar terpukul ke belakang. Namun, mereka tidak akan menyalahkan Kenzo jika sang panglima berhasil memukul mereka. Toh nanti ada pil obat untuk menyembuhkan memar atau apapun.      

Setelah terkena pukulan, Jovano kaget. Namun, dia tidak bisa berlama-lama memikirkan terkejutnya, karena Kenzo sudah menyerang lagi.      

Jovano sebisa mungkin menghindar dan memberikan serangan balasan. Tapi, karena dia jauh kurang berpengalaman dibandingkan Kenzo yang terbiasa ada di medan perang, bocah itu agak kewalahan juga menghadapi Kenzo.      

Di dalam hati Jovano, dia mengakui kehebatan serdadu yang terbiasa bertempur di medan perang sesungguhnya. Meski dia merasa dirinya kuat disbanding bocah lainnya, namun dia seperti bukan apa-apa di depan Kenzo.      

Dhuakk!     

Lagi-lagi Jovano kena pukul di pipinya setelah dia menunduk untuk menghindari serangan yang diarahkan ke perutnya.      

Begitu terus selama hampir setengah jam.      

Setelah semua bocah selesai bertarung melawan Kenzo, mereka dikumpulkan membentuk lingkaran dengan Kenzo berdiri di tengah mereka.      

Kenzo sudah memunculkan balok kayu seperti biasa untuk tempat duduk bagi mereka agar pantat tidak membeku kena salju.      

"Apakah yang kalian rasakan setelah bertarung denganku tadi?" tanya Kenzo.      

"Panglima Kenz ternyata sangat kuat!"     

"Kupikir Panglima Kenz sangat terampil kemampuan bela dirinya."     

"Ya, benar! Tapi, bayangkan… jika Panglima Kenz saja sekuat ini, lalu bagaimana dengan Jenderal Myren?"      

"Woahh… pasti sangat susah dihadapi!"      

Masing-masing dari kumpulan bocah mulai beropini mengeluarkan pendapat mereka dan secara otomatis, banyak dari mereka yang menoleh ke arah kumpulan dewasa yang sedang bertarung dengan Myren tidak jauh dari tempat mereka.      

Dalam hati mereka, mereka iba melihat para dewasa yang kebagian bertarung melawan Myren.      

Panglima Kenz bisa meraba apa yang ada di pikiran para bocah. Dia tersenyum kecil.      

"Hanya itu saja?" tanya Kenzo pada mereka. "Hanya mengenai aku kuat atau aku jago dalam bela diri saja?"     

Jovano mengangkat tangan kanannya.      

Kenzo segera mempersilahkan Jovano untuk berbicara menyampaikan opininya.      

"Menurutku…" ucap Jovano. "…Panglima Kenz hari ini sengaja bertarung melawan kami satu demi satu karena ingin menunjukkan sesuatu pada kami."     

"Apa itu?" Kenzo bertanya lagi.      

"Sepertinya… kelemahan kami?" Jovano menjawab meski nadanya agak ragu. Kepalanya sekarang dia miringkan dengan kening berkerut.      

Kenzo terkekeh, dalam hati dia merutuk kejeniusan Jovano yang terkadang membuat dia kagum. "Fu fu fu… begitu, yah Jo?"     

"Apakah tebakanku keliru, Panglima?" Jovano balik bertanya.      

"Tidak," jawab Kenzo lugas. "Kau benar, Jo. Aku memang sengaja menyerang kalian di titik lemah kalian masing-masing."     

"Ohh! Pantas saja Panglima Kenz terus menerus menyerang bagian kiriku!" seru Voindra sambil mengelus lengan kirinya yang mulai lebam akibat dari pukulan Kenzo tadi.      

Sedangkan Shona juga sedang menyembuhkan beberapa lebam yang dia dapatkan usai bertarung dengan Kenzo. Selesai mengurus dirinya, dia beralih menyembuhkan bocah-bocah lain yang kena pukul.      

"Jadi… Panglima sengaja menyerang titik lemah kami agar kami menyadari bahwa itu kelemahan kami, begitu kan?" Zevo menyimpulkan.      

Kenzo mengangguk. "Benar. Dengan begini, kalian bisa mengetahui apa kelemahan kalian masing-masing, dan kalian harus memikirkan sendiri bagaimana cara mengatasi kelemahan kalian."     

Setelah memahami tujuan Kenzo bertarung dengan mereka, para bocah pun mulai merenung sendiri-sendiri untuk mencari jawaban bagaimana mengatasi kelemahan mereka.      

Memiliki ketrampilan bela diri itu bukanlah sesuatu yang buruk. Terlebih, mereka adalah ras Iblis dan Beast. Hidup mereka cenderung lebih sering menemui musuh dan mengharuskan mereka bertarung untuk nyawa mereka sendiri.      

Karena tuntutan keselamatan nyawa itulah, maka bela diri dan bertarung adalah sesuatu yang sulit mereka hindari dalam kehidupan mereka sebagai ras Iblis dan Beast.      

Mereka tidak bisa terus hidup nyaman layaknya manusia biasa. Mereka tidak mungkin mengabaikan latihan bela diri dan hanya bersenang-senang saja.      

Dalam kehidupan iblis dan beast, yang berhasil bertahan hidup adalah yang lebih lama hidup.      

Maka, tidak heran Iblis seperti King Zardakh atau Raja Naga Iblis Heilong termasuk orang-orang yang berusia sangat tua, mencapai jutaan bahkan bisa juga ratusan juta tahun. Jika mereka tidak kuat, mereka tidak akan mencapai kehidupan selama itu.      

Bahkan di alam manusia pun, namanya kejahatan dan pertarungan juga ada. Manusia juga terkadang dibunuh oleh sesama manusia juga.      

Tidak selamanya hidup hanya berisi bunga-bunga dan mentari terus. Hidup lebih sering berisikan batu cadas dan badai, yang ironisnya… justru itu yang akan menempa mereka menjadi lebih tangguh.      

Namun, bagi manusia yang tidak bisa mengambil hikmah dari segala badai yang dia terima, maka tempat mereka hanyalah di bagian paling bawah dari rantai makanan.      

Melalui pelatihan ini, para bocah yang masih sangat belia jadi menyadari akan pentingnya bela diri. Tidak mungkin mereka beralasan mengenai usia muda mereka untuk menghindari penempaan bela diri.      

Berpikir tentang ini, beberapa bocah seperti Zevo, Vargana dan Gavin… mereka akhirnya bisa mengakui kejeniusan Jovano dalam berpikir jauh ke depan.      

Awalnya, mereka hanya heran kenapa Jovano seperti maniak bela diri yang setiap hari mengisi jadwalnya dengan klub-klub bela diri berbagai macam usai sekolah, bukannya santai-santai di rumah dan bersenang-senang.      

Setelah digembleng di Alam Schnee, kesadaran para bocah mulai tumbuh.      

Masing-masing dari mereka berjanji di dalam hati mereka, bahwa jika nanti mereka kembali ke Alam Bumi Manusia, mereka akan mengikuti langkah Jovano, masuk ke klub-klub bela diri meski usia mereka masih sangat belia.      

 -0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.