Devil's Fruit (21+)

Mulai Mempraktekkan Rune



Mulai Mempraktekkan Rune

0Fruit 651: Mulai Mempraktekkan Rune     

Andrea duduk tenang sambil terus menyaksikan putranya memukul dan menempa lempengan baja Underworld yang lebih keras ketimbang baja damaskus sebelumnya.      

Bisa dia lihat, keringat putranya sudah meleleh membanjiri tubuh. Kaos Jovano telah basah seluruhnya oleh peluh. Tapi, bocah itu seakan tidak terganggu dan terus saja memukulkan palu tempanya ke lempengan baja yang dibaluri bubuk tulang beast.      

Suhu di dalam Pondok Alkimia sudah begitu panas akibat tungku tempa setinggi pinggang Andrea sudah diisi api milik Jovano.      

Penempaan berhenti ketika hari sudah mulai memasuki jam 3 sore lebih, hampir jam 4.      

Andrea bisa melihat betapa kuat anaknya. Padahal bocah itu baru berumur 11 tahun. Namun dia tidak melupakan asal usul Jovano kenapa bisa memiliki kekuatan sebesar itu.      

Jika diamat-amati, Jovano terlihat lebih dewasa. Atau ini hanya perasaan Andrea saja?     

Ketika bilah pedang berwarna hitam itu dicelupkan ke dalam bak air tak jauh dari tungku tempa, Andrea berkata, "Tidak ingin mandi atau berendam sebentar, Jo?"     

"Berendam di mana, Mom? Kamar mandi?" Jovano menghapus peluh di pelipis menggunakan lengan kaosnya meski itu sebenarnya percuma karena sudah sama-sama basah.      

"Di kolam panas yang pernah kau datangi." Andrea menjawab.      

"Apakah tidak apa-apa jika aku masuk ke sana dalam kondisi kotor berkeringat begini?" Jovano mencium ketiaknya sendiri dan mengernyit.      

Ibunya terkekeh melihat kelakuan putranya. "Asal kau tau, air di sana itu aneh, bisa memurnikan dirinya sendiri sehingga air itu seperti baru dan baru usai digunakan."     

"Wah, kolam yang keren!" Jovano berseru takjub. "Tidak perlu dikuras, yah Mom!"      

"Ha ha ha, iya." Andrea tergelak lepas. Dia juga baru mengetahuinya setelah dua kali memakai kolam itu dulunya ketika masih terjebak di Alam Feroz milik Pangeran Djanh.      

"Baiklah, aku akan berendam dulu sembari menunggu pedang ini kering." Jovano mengambil pedang yang sudah direndam sebentar di bak air, lalu diletakkan di atas sebuah handuk di meja di depan Andrea.     

Dua ibu dan anak itu pun sama-sama berjalan ke arah kolam misterius. Setelah Jovano berendam usai memakai handuk yang dililitkan di pinggang, para bocah juga berdatangan setelah tau ada Jovano di kolam.     

Mereka ikut berendam. Jovano senang mereka masih sama memperlakukan dia, tidak menjauh atau kesal karena diabaikan selama beberapa hari oleh Jovano.      

Dengan para bocah berendam bersama-sama sore itu, maka ini dimanfaatkan Jovano untuk bercengkerama dan mengobrol asik dengan mereka.      

Weilong masih sibuk berkultivasi dengan kakaknya, Raja Naga Iblis Heilong, di salah satu gua di gunung Cosmo sejak kemarin. Mereka minta untuk diberitahu jika waktunya kembali ke Alam Schnee tiba.      

Usai berendam dan makan malam, Jovano memutuskan untuk kembali ke Pondok Alkimia didampingi Andrea dan Rogard.      

Jovano ingin mempraktekkan rune yang dia pelajari sebelumnya sesudah dia menguji pedangnya. Jika yang ini juga lulus dari pengujian, maka dia bisa mengatakan bahwa dia telah menemukan formula untuk membuat senjata yang cocok bagi dirinya sendiri.      

Tidak lupa, King Zardakh dipanggil melalui cincin khusus di ibu jari Jovano.      

Setelah sang raja Incubus muncul, Beliau segera menguji pedang buatan Jovano dengan pedang buatan manusia biasa.      

Dalam pukulan kedua belas, pedang biasa patah menjadi dua. Jovano sangat senang melihatnya. Itu menandakan pedang miliknya memang kuat.      

Kini, King Zardakh mengeluarkan pedang hasil dari tempaan api magis juga dan memukulkannya ke pedang milik Jovano.      

Setelah pukulan ke duapuluh sembilan, pedang yang dikeluarkan King Zardakh ternyata berhasil retak, meski tidak patah.      

"Wow! Pedangmu luar biasa, Jo." King Zardakh memuji hasil karya cucunya. "Bahkan pedang magis juga kalah meski ini tidak patah, tapi lihat, dia retak di sana dan sana, kau bisa lihat, ya kan?"      

Jovano, dan juga Andrea serta Rogard meneliti badan pedang yang dipegang King Zardakh dan mereka mengangguk mengiyakan.      

Di sana memang terdapat retakan sebanyak 3 tempat. Mungkin jika dipukul lagi sekitar 10 kali, akan patah.     

"Ini menandakan kau berhasil membuat pedang yang kokoh, Jo." King Zardakh makin bangga pada sang cucu. Hanya dalam hitungan hari saja, Jovano sudah bisa menemukan cara tersendiri untuk membuat pedang yang kuat.      

"Terima kasih, Opa. Ini juga berkat semua orang yang terus menyemangati aku." Jovano tersenyum lebar saking senangnya mencapai hal tersebut tanpa menghabiskan waktu yang lama.      

"Anakmu benar-benar jenius, Andrea sayank." King Zardakh manggut-manggut ke putrinya.      

Hidung Andrea kembang kempis dipuji meski bukan untuk dirinya. "Tentu aja, dong Beh! Anak siapa dulu, coba…"     

"Benih siapa dulu awalnya, coba?" King Zardakh tidak mau kalah. "Kalau tidak dariku, kau tidak ada, dan tidak akan muncul Jovano, he he…"     

"Gak mutu…" rutuk Andrea. "Terus aja dirunut ampe ntar ke Pithecanthropus erectus."      

King Zardakh tertawa lepas. "Percayalah, orang itu tidak ada hubungannya dengan aku! Dia bukan leluhurku! Ha ha ha!"      

Nyonya Cambion mendecih. Ia terlupa bahwa ayahnya ini bukan manusia tapi Iblis. Tentu saja leluhur sang ayah adalah Iblis Asmodeus.     

"Nah, Jo…" King Zardakh mulai menarik kursi untuk dia duduki. "Sekarang coba belajar rune. Kau sudah menghafal rune sederhana?"     

"Tumben dia gak buru-buru minggat." Andrea menyindir dengan suara setengah berbisik. "Kayaknya hari ini dia kagak ada jadwal kencan."     

Ayahnya mengabaikan sindiran sang putri dan menatap cucunya.      

"Aku sudah menghafal beberapa rune sederhana, Opa." Jovano sangat senang karena sang kakek masih tinggal dan sepertinya akan melatih Jovano untuk belajar rune. "Opa, apakah Opa juga tau rune?"     

King Zardakh diam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Opa tau sedikit. Meski begitu, Opa sering melihat orang mengukir rune saat Opa masih muda."     

Berdasarkan ini saja, Jovano sudah senang. Ia akan mendapat bimbingan dari kakeknya yang lebih berpengalaman dalam rune meski tidak melakukan sendiri, tapi setidaknya pasti memahami.      

"Perlu kertas jimat, Beh?" tanya Andrea. Dia punya banyak kertas jimat di RingGo-nya.      

"Belum perlu." King Zardakh menyahut. "Coba Jo tulis lebih dulu rune di kertas biasa. Jika sudah benar, kau bisa menuliskannya di sebuah kertas jimat. Nanti kita uji kekuatan rune-nya."      

Jovano mengangguk. Ibunya segera mencarikan kertas biasa untuknya.      

"Jika pada kertas jimat nanti rune hasil ukiranmu bisa berfungsi dengan baik dan efeknya hebat, maka kau bisa belajar mengukir rune pada kulit binatang yang telah disempurnakan. Minta tolong pada mamamu untuk menyempurnakan kulit beast agar bisa dijadikan lembaran yang bisa diberi ukiran rune," imbuh sang raja Incubus pada cucunya.     

Andrea menyahut tanpa diminta, "Iya, iya, nanti bakalan aku buatin lembaran kertas dari kulit beast. Serahin aja itu ke aku. Jo tinggal terima beres ntar."     

Karena sang Cambion sudah terbiasa memurnikan kulit beast sejak lama, maka pekerjaan menyempurnakan itu adalah hal yang sangat mudah bagi Andrea.      

"Ayo kita mulai, Jo."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.