Devil's Fruit (21+)

Calon Istri Impian Jovano



Calon Istri Impian Jovano

0Fruit 650: Calon Istri Impian Jovano     

Pagi jam 6 lebih sedikit, di Alam Cosmo, lagi-lagi Jovano sudah terbangun tanpa alarm. Ini seperti tubuhnya sudah memiliki alarm alami yang bisa membangunkan dia di jam tersebut.      

"Pagi, Jo," sapa Shelly. Dia terbiasa bangun jam 5 atau setengah 6 untuk menyiapkan berbagai minuman serta camilan untuk penghuni pondok ini.      

"Pagi juga, Aunty Shel," balas Jovano. "Aunty selalu saja rajin di manapun juga."     

Shelly terkekeh. "He he… sudah terbiasa begini, Jo."     

"Semoga istriku nanti juga serajin dan sebaik Aunty." Jovano berucap acak.      

"Semoga terkabul, Jo." Shelly tersenyum meski sempat kaget sebentar sebelumnya. "Tapi kau harus benar-benar memilih calon istri dengan sebaik-baiknya, yah! Jangan sampai memilih perempuan yang tidak baik untukmu dan keluargamu."     

"Ya, makanya aku bilang semoga seperti Aunty."     

"Ahh, Jo bisa aja…"      

"Pagi!" Kenzo muncul di ruang makan. Ia mengecup kening Shelly sambil menyapa Jovano.      

"Pagi, Uncle." Jovano membalas.      

"Dear, Kiran masih tidur, tadi bangun tapi setelah kuberi botol susunya, dia akhirnya tidur lagi sesudah menghabiskannya." Kenzo berkata ke istrinya.      

"Oke, Ken." Shelly tersenyum bahagia memandang suaminya.      

"Ehh, kalian sedang mengobrol apa, nih?" tanya Kenzo.      

"Aku barusan bilang ke Aunty, kalau aku berharap istriku nanti serajin dan sebaik Aunty Shel." Jovano tidak menutupinya.      

Kenzo terbahak kecil. "Aku benar-benar suami yang beruntung hanya dari mendengar itu saja." Ia memeluk penuh bangga ke istrinya.      

Meskipun Shelly tidak memiliki power iblis atau magis apapun, namun di mata Kenzo, ia tetaplah perempuan hebat dan penuh dengan kasih sayang. Oleh karena itu, Kenzo bersedia setia pada Shelly.     

Ini hal yang sangat amat langka pada Incubus. Karena, dunia dan semua orang sangat mengetahui tipikal sifat dan kelakuan dari Iblis Incubus.      

Kesetiaan pada Incubus adalah mitos. Hanya sangat segelintir saja yang bersedia setia dengan pasangannya. Misalnya Kenzo, Pangeran Djanh, dan Ronh. Lupakan King Zardakh.     

Sangat langka wanita yang bisa mengikat kesetiaan para lelaki Incubus.      

Lebih langka lagi jika itu adalah manusia. Sepertinya Shelly patut berbangga karena dia manusia yang tergolong langka, mampu membuat pasangan Incubus dia setia hanya padanya.      

"Jo akan ke Pondok Alkimia lagi?" tanya Kenzo sambil mengambil segelas kopi yang sudah disiapkan istrinya.      

Jovano mengangguk setelah meneguk jus buahnya. "Rencananya sih begitu, Uncle. Aku ingin mencoba membuat lagi satu pedang dengan bahan yang lebih tinggi mutunya."      

"Ohh, apa itu?" Kenzo ingin tau.     

"Karena kemarin aku sudah memakai bahan besi baja damaskus, kali ini aku ingin memakai baja diamond Underworld." Jovano kini sudah mengosongkan gelasnya. "Tapi, aku agak merasa bersalah karena terus mengurung diri di Pondok Alkimia berhari-hari tanpa berlatih dengan teman-temanku."     

"Jangan khawatir, Jo. Mereka sangat paham akan situasimu. Mereka tidak mempermasalahkan itu. Akhir-akhir ini mereka berlatih dengan Rogard dan aku. Terkadang daddy-mu juga ikut menjadi mentor."      

"Beneran, Uncle?" tanya Jovano.     

Kenzo mengangguk. "Maka dari itu, jangan khawatir. Kamu lebih baik fokus ke usaha kamu belajar menempa senjata dan rune. Itu akan menjadi hal yang sangat bagus untuk masa depan kamu nanti, Jo."      

Putra sulung Cambion pun mengangguk, hatinya sekaligus merasa lega karena teman-teman dia bisa mengerti dan mendukung yang dia kerjakan saat ini.      

Setelah pamit ke Kenzo dan Shelly, Jovano berlari tak sabar masuk ke Pondok Alkimia. Hari ini dia menjadwalkan untuk membuat pedang lagi menggunakan baja Underworld, jika itu berhasil, maka sisa waktu hari ini akan dia gunakan untuk mencoba mempraktekkan rune yang dia pelajari.      

.     

.     

.     

Menjelang tengah hari, para bocah lainnya sudah bermain dan berlatih di area lembah dekat dengan pondok hunian. Ada yang berlatih pedang, ada juga yang asik bermain dengan anak-anak Sabrina.      

Vargana sangat menginginkan salah satu anak Sabrina bisa menjadi Beast kontraknya.     

"Mereka masih terlalu kecil, Vava." Andrea menatap anak-anak Sabrina generasi pertama yang berlarian sambil dikejar oleh bocah-bocah cilik lainnya seperti Voindra, Alyn ataupun Kevon.      

"Aunty, berapa tahun lagi mereka bisa dikontrak?" Vargana memandang bibinya, Andrea.     

"Mungkin jika sudah terlihat dewasa." Andrea sendiri kurang paham.      

"Sekitar sepuluh hingga dua puluh tahun lagi, Nona Va." Sabrina tiba bersama suaminya, Noir.      

"Mana bocah generasi keduamu, Bree?" tanya Andrea.      

"Mereka baru saja tertidur setelah aku susui, Nyonyaku." Sabrina berdiri di samping Andrea. Tinggi punggungnya bahkan lebih tinggi dari tubuh Sang Cambion.      

Noir bahkan lebih tinggi dan besar lagi dari Sabrina.     

"Bree, kau yakin di usia itu mereka dianggap dewasa?" Andrea ingin memastikan.      

"Sebenarnya harus lebih tua lagi seperti sekitar 30 tahun ke atas, namun jika mereka rajin berlatih dan sering mengonsumsi inti Kristal, mereka akan lebih cepat kuat dibandingkan beast seusia mereka." Sabrina memberi penjelasan.      

Andrea dan Vargana mengangguk.      

"Kalo gitu, tolong minta mereka rajin makan inti Kristal, yah Bree, Noir." Andrea menepuk bahu kuat Sabrina.      

"Sesuai keinginanmu, Nyonyaku." Sabrina mengangguk. Anak-anak generasi pertamanya kini sudah sebesar kambing dewasa. Corak di tubuh mereka sangat cantik dan berbeda-beda, membuat siapapun pasti gemas jika melihat.      

Kemudian, Andrea menoleh ke tempat anak-anak lainnya berlatih bersama Rogard dan Kenzo. "Aku ke pondok dulu. Titip mereka di sini, yah Bree, Noir."      

"Baik Nyonyaku."     

"Jangan khawatir, Nyonya."     

Dua pasangan big cat itu menyahut hampir bersamaan.      

Kemudian, Andrea kembali ke pondok hunian sebentar dan akhirnya ia pergi ke Pondok Alkimia. Kali ini dia masuk ke dalam dan duduk tenang memperhatikan anaknya membuat pedang.      

Saat Andrea datang ke Pondok Alkimia, Jovano baru saja selesai membentuk potongan besi baja Underworld menjadi sebuah lempengan tipis.      

Namun, meskipun terlihat lebih tipis dari bentuk asalnya, justru lebih kuat dan lebih berat. Jika bisa mencapai hasil seperti itu, maka proses penempaan bisa dikatakan berhasil.      

Menempa secara teknik kuno dan menggunakan api magis berbeda dengan penempaan normal ala manusia. Dari segi api saja sudah berbeda, maka hasil juga tentu berbeda.      

Sama halnya dengan pil obat buatan Andrea, sudah pasti jelas berbeda dengan pil obat buatan manusia biasa. Ini karena dari api yang berbeda.      

Maka dari itu, jika pil biasa di dunia manusia, apabila dimakan, butuh air atau bahan lain untuk membantu agar pil bisa masuk dengan mudah ke tenggorokan. Namun, pil alkimia, begitu masuk ke mulut, langsung lumer dan tidak memerlukan bahan lain memasuki tenggorokan. Bahkan pil alkimia yang besar sekalipun!     

Sama juga dengan pedang hasil dari api biasa dan api magis. Pedang biasa, hanya berbobot sesuai dengan bobot bahan asalnya saja.      

Namun, pedang dari api magis, bobotnya lebih berat dari bahan asal meski lebih tipis atau lebih kecil setelah ditempa.      

Meski lebih tipis dan kecil, namun kekuatannya bisa lebih besar dari pedang biasa.      

Apalagi jika dibubuhi rune.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.