Devil's Fruit (21+)

Hasil Pengujian oleh King Zardakh



Hasil Pengujian oleh King Zardakh

0Fruit 649: Hasil Pengujian oleh King Zardakh     

Terdengar bunyi logam beradu di dalam Pondok Alkimia. Bunyinya cukup nyaring dan jelas terdengar jika berdiri di depan pondok hunian.      

Sekali lagi, Andrea tidak mengijinkan siapapun mengganggu Jovano dalam masa-masa krusial begini.      

Pedang beradu itu sudah memasuki hitungan pada pukulan kelima puluh dua. Kemudian senyap.      

Andrea yang khawatir, dia berlari mendekat ke Pondok Alkimia dan berdiri diam dengan hati berdebar-debar di depan pintunya yang tertutup.      

"YIIHAA!" Seketika, terdengar suara dari dalam Pondok Alkimia.      

Langsung saja napas lega terhembus dari sang Cambion. Apalagi seruan setelahnya lebih terdengar sarat akan kegembiraan.      

Tidak sabar, Andrea masuk ke pondok kerja tersebut dan di sana ada Jovano beserta wajah sumringah secerah mentari tengah hari, begitu terang dan cemerlang.      

"Mom! Berhasil! Sepertinya aku berhasil!" Putranya berteriak sambil melonjak-lonjak senang. Kemudian, Andrea juga ikut menggila, tenggelam dalam selebrasi itu.      

Dante dan Giorge bergegas masuk ke Pondok Alkimia dan mereka tersenyum senang mengetahui keberhasilan Jovano. Rogard juga masuk ke sana dan ia mengangguk bangga pada putra dari majikannya.      

Tapi Jovano tidak ingin besar kepala dan bersenang hati lebih tinggi. Dia meminta kakeknya datang untuk ikut memeriksa pedang buatannya.      

Sembari menunggu kedatangan sang kakek, Jovano pun membuat gagang pedang dari campuran tulang dan baja. Tak berapa lama, gagang cantik dihasilkan.      

"Apa kau akan membuat sarung pedangnya juga, Jo?" tanya Dante ingin tau.      

Jovano menggeleng. "Tunggu keputusan dari Opa dulu, jika pedang ini lulus pengujian Opa, maka aku akan membuatkan sarungnya dari tulang beast.      

Semua orang mengangguk setuju.      

Tidak berapa lama, King Zardakh muncul dan wajahnya gembira mendapatkan kabar cucunya berhasil membuat pedang dan tinggal menunggu pengujian darinya.      

"Ha ha ha! Coba biar Opa liat pedangnya, Jo!" King Zardakh mulai tertawa senang sambil mengelus jenggot imajiner kesukaan dia.      

Jovano mengabaikan sikap halusinasi sang kakek akan jenggotnya dan serahkan bilah ramping dan cantik yang bergagang tidak kalah indah.      

King Zardakh mengendus bilah itu dari pangkal sampai ujung, lalu dia menatap tajam bilah. Terakhir, dia mengeluarkan pedang serupa dengan buatan Jovano.      

Trang!      

Dang!      

Trang!      

"Ha ha ha!" Tawa King Zardakh membahana di Pondok Alkimia tanpa mengabaikan tatapan penasaran orang-orang di sana. Ia mengembalikan pedang itu ke cucunya.      

"Gimana, Opa? Apakah lulus?" Jovano berdebar-debar. Ia harus menyiapkan mental seandainya kakeknya berkata bahwa pedang buatannya masih memiliki cacat ataupun kekurangan.     

"Hm…" King Zardakh mengelus lagi dagu plontosnya seakan di sana ada jenggot. Benar-benar orang tua halu.     

"Babeh buruan ngomong, napa?!" seru Andrea kesal melihat ayahnya mengulur-ulur waktu.      

King Zardakh mendecih kecil, "Tsk! Ini kan biar mirip seperti pengumuman pemenang lomba di televisi itu, loh! Kalian biar deg-degan dulu."     

"Beh, minta tusuk kanan apa tusuk kiri?" Andrea mengeluarkan duri besar berselimut api Cero. Wajahnya sudah suram gara-gara ucapan sembrono ayahnya.      

King Zardakh pun tersenyum kecut menelan ludah membayangkan duri sebesar itu mengecup tubuhnya. Apalagi pan—     

"A-Andrea… belajarlah bersabar lebih banyak." King Zardakh menampilkan wajah memohon beserta aura bijaksana yang dipaksakan.      

"Buruan…"     

"Oke, oke, ya ampun kau ini, Nak…" Sudah jelas, King Zardakh lemah hati jika berhadapan dengan Putri Cambion, karena Andrea adalah anak dari wanita yang paling dia cintai diantara jutaan wanita yang pernah bersamanya.      

"Hmmfhh…" Jovano mengambil napas sambil mengulum senyum. Dia benar-benar sudah siap kecewa. Sangat siap! Ini tantangan untuknya.      

Kegagalan adalah sebuah tantangan, bukan akhir dari segalanya. Jovano meyakini kalimat itu.      

"Pedang ini…" King Zardakh menjeda untuk melirik ke arah cucu kebanggaannya. "…lulus uji dariku."     

"YATTAAAA!!!" Jovano karuan saja berteriak segirang mungkin. Ia kembali melompat-lompat sambil acungkan kepalan tangannya.      

Andrea dan dua suaminya tersenyum lega. Orang lain di sana juga menghela napas senang setelah mendengar ucapan dari raja Incubus tersebut.      

"Selamat, Jo!" King Zardakh menepuk-nepuk pundak cucunya ketika Jovano sudah berhenti melompat-lompat untuk selebrasi.      

"Terima kasih, Opa!" Jovano memeluk kakeknya. Ia hanya setinggi diafragma King Zardakh saja. Bisa dibayangkan seberapa tinggi dan perkasanya tubuh Tuan Raja.      

"Hmm…" King Zardakh mengangguk-angguk kecil, matanya menyiratkan rasa bangga pada Jovano. "Opa menanti senjata buatan kamu lainnya. Dan sedikit tips dari Opa, bubuhi rune untuk membuat senjatamu… spesial."     

Jovano mengangguk mantap. Ia tau bahwa mulai kini, ia juga harus mempelajari aksara rune jika ingin menjadi ahli persenjataan yang kuat.      

"Nanti, Opa kan beri lagi bahan-bahan lain untuk kau tempa. Misalkan kau memiliki keinginan akan suatu bahan, jangan sungkan untuk hubungi Opa dan katakan apa saja yang kau perlukan, oke?" King Zardakh memberikan sebuah cincin hitam berornamen tengkorak kecil. "Usap saja itu dengan membayangkan Opa, maka Opa akan lekas datang padamu."     

Mata Jovano berbinar senang menerima cincin tengkorak hitam itu dan segera memasangnya di ibu jari dia.      

Uniknya, cincin yang tadinya longgar di ibu jari Jovano, begitu dipasang di sana, cincin itu mengecil menyesuaikan lingkar ibu jari Jovano.     

Setelah Jovano mengucapkan terima kasih sekali lagi pada kakeknya, King Zardakh pun menghilang.      

"Ayah Mertua cepat sekali pergi." Giorge berkomentar dengan nada heran.      

"Halah, kayak nggak tau aja dia biasa sibuk ngapain." Andrea menepuk perut suami keduanya.      

.     

.     

Malam itu, Dante membuatkan pesta daging untuk semua penghuni pondok. Ini adalah sebagai rasa syukur dan perayaan atas keberhasilan Jovano membuat pedang yang kuat untuk pertama kalinya.      

Dan atas saran Andrea, Jovano istirahat saja malam itu. Putra sang Cambion mengangguk patuh dan masuk ke kamar yang dia huni bersama Gavin dan Zevo usai pesta daging, namun ia tidak langsung tidur.     

Duduk tenang di kursi kamarnya, Jovano mengeluarkan buku tentang rune yang dia dapat dari ibunya, dan melanjutkan membaca dari bab terakhir yang i abaca sebelumnya.      

Gavin dan Zevo memutuskan untuk tidak mengganggu Jovano dan mereka mengobrol berdua saja.      

Tengah malam, Jovano menghentikan bacaannya dan hendak beranjak dari tempatnya untuk tidur. Ketika dia menoleh ke ranjang, sudah ada Gavin dan Zevo yang tidur di ranjang mereka masing-masing.      

Kamar itu cukup luas dan diisi 3 buah ranjang ukuran single.      

Jovano mendesah melihat kedua temannya. Ia merasa bersalah sudah mengabaikan mereka semua selama beberapa hari ini.      

Tapi, mau bagaimana lagi? Ia benar-benar menenggelamkan diri untuk menguasai pembuatan senjata.      

Ia berharap teman-temannya di Tim Blanche bisa mengerti ini.      

Sebelum tidur, Jovano memandang ke langit yang penuh akan bintang. Ia memikirkan adiknya, Ivy, yang pastinya menderita di tempat penyekapannya.      

"Ivy sayank, sabar, yah! Sebentar lagi Kakak akan datang untuk menyelamatkan kamu. Yang tabah di sana, yah Ivy! Kakak sayang kamu…"     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.