Devil's Fruit (21+)

Sang Perawat Cantik



Sang Perawat Cantik

3Fruit 988: Sang Perawat Cantik     

Raja Naga Heilong hanya bisa pasrah jika sebentar lagi dia akan menjadi seonggok abu. "Bai Mei sayank, tunggu aku ke sana," lirih Raja Naga Heilong. Dia memejamkan mata sembari membayangkan sosok mendiang istri tercinta.      

Namun, betapa anehnya ketika Raja Naga Heilong merasakan sepertinya dia masih saja melesat ke belakang melebihi waktu yang seharusnya dia tersentuh api hitam neraka.      

"Hei! Kau curang!" teriak si iblis lawan Raja Naga Heilong.      

Raja Naga Heilong pun membuka matanya dan dia terkejut karena kini dia sudah berada di luar kurungan bola anyaman itu.      

Jovano tersenyum diagonal sambil berkata, "He he he ... apa kau lupa bahwa kita ini keturunan iblis? Untuk apa aku berlaku adil padamu?" Rupanya, saat dia melihat Raja Naga Heilong hendak menyentuh api hitamnya, Jovano lekas membuat lubang di arah lesatan Raja Heilong sehingga si raja naga iblis pun langsung keluar dari kurungan tersebut dan selamat.     

Wajah si iblis pun jatuh suram dan mulai memaki-maki Jovano, sementara itu kurungan bola api hitam itu kian mengecil dan mengecil, membuat iblis itu menjerit mulai panik.      

Namun, sebelum dia berhasil berteleportasi, bola api hitam yang mengurung dia sudah menciut cepat mengepung dirinya. Dalam satu detik berikutnya, dia menjerit sebelum berubah jadi onggokan abu.      

Jovano segera menghampiri raja naga iblis itu dan menepuk bahunya. "Paman, lebih baik pulihkan dulu tenaga Paman di dalam Cosmo. Ayo." Dia menghubungi ibunya dan Andrea segera gunakan kekuatan pikiran dia untuk menghisap Raja Naga Heilong masuk ke Alam Cosmo.      

Sementara itu, Kuro dan Shiro sudah pulih dan sudah kembali ke medan perang untuk bertarung. Andrea memberi perintah pada dua anak hybridnya agar mereka menyerang iblis tingkat menengah saja yang ada di situ.      

Karena Andrea bisa melacak tingkat kekuatan lawan, dia pun memilihkan lawan untuk Kuro dan Shiro basmi. Berkat itu, duo hybrid bisa lebih percaya diri kembali dan bertarung secara yakin.      

Sementara itu, di alam pribadi Jovano, Shona sedang berupaya menyembuhkan Pangeran Zaghar. Kondisi si pangeran incubus memang sudah begitu parah. Terdapat lubang menganga yang berisi tonggak es runcing pada dada kiri dan perutnya. Namun, sungguh beruntung sekali tonggak es itu tidak menyentuh jantung sang pangeran.     

Pangeran Zaghar disandarkan pada sebuah gundukan berumput yang nyaman, sementara Shona terus alirkan energi healing dia ke tonggak itu. Pertama-tama, dia harus meniadakan tonggak itu terlebih dahulu sebelum nantinya dia akan menutup luka sang pangeran.      

Shona yang memiliki kekuatan elemen air, tentu saja berharap dia bisa melumerkan es tersebut. Es adalah elemen lanjutan dari penguasa elemen air yang berbakat. Shona hanya bisa berusaha agar dia bisa secepatnya melenyapkan pancang runcing es di tubuh Pangeran Zaghar.      

"No-Nona ... urrghh ... tak usah paksa dirimu." Pangeran Zaghar jadi tak enak hati melihat dari tadi Shona terus berusaha untuk melumerkan es di tubuhnya. Darah hitam sudah ada di sekujur tubuh, termasuk di mulut dan mengalir ke dagunya.      

"Shona."     

"Apa?"     

"Shona. Namaku Shona." Gadis itu terus berkonsentrasi untuk meniadakan tonggak es runcing di tubuh Pangeran Zaghar.      

"Ohh, Nona Shona, terima kasih atas usaha kerasmu, tapi aku rasa aku-"     

"Diamlah dulu, jangan ganggu konsentrasiku." Shona pun memotong ucapan Pangeran Zaghar dan kembali fokus pada es itu.      

Pangeran Zaghar pun tidak berani berbicara lagi dan hanya diam sambil memandangi gadis di dekatnya. Gadis itu berambut pirang keemasan dan rautnya cantik. Yah, wajar saja demikian karena dia adalah keturunan dari pangeran incubus paling rupawan di Underworld. Pangeran Zaghar sudah mengetahui identitas Shona sebagai putri dari Pangeran Djanh, namun tidak mengetahui namanya.      

Garis wajah Shona lembut namun gadis itu sepertinya jarang tersenyum jika melihat raut wajah serius yang ditampilkan. Biasanya, gadis yang murah senyum pasti akan menampilkan senyumannya meski dalam kondisi mengobati. Mana ada perawat yang bermuka tanpa senyum?     

Pangeran Zaghar malah terus menerus memandangi Shona, karena dia juga tidak tau harus melakukan apa selain itu. Toh, Shona tidak buruk sebagai tambatan mata daripada menatap luka-lukanya, dia hanya akan makin frustrasi nantinya.      

Rambut pirang sedikit ikal milik Shona terlihat sangat lembut dan pasti halus jika dipegang. Mata gadis itu biru laut dan hidungnya kecil serta mancung indah, tidak berlebihan. Garis pipinya sangat lembut dengan dagu yang berbentuk V mempesona. Pahatan rahangnya yang lembut dengan ujung V itu sangat menarik dan terlihat sempurna.      

Belum lagi ketika mata Pangeran Zaghar menatap ke bibir Shona. Bibir itu sepertinya jarang terpulas lipstik karena saat ini, bibir itu terasa alami dengan warna kemerahan. Bibir itu terlihat kenyal dan pasti menyenangkan ketika dicium dan dilumat.      

Astaga! Kenapa otak Pangeran Zaghar malah berlari ke arah sana? Segera saja si pangeran lekas memejamkan mata karena merasa dirinya sudah keterlaluan begitu lancang berimajinasi akan bibir Shona. Tapi ... tapi ... bibir itu memang menggoda hati, kekenyalannya menggiurkan dan sangat membuat penasaran untuk mengetahui bagaimana rasanya ketika disesap.      

Arrghh! Pikiran Pangeran Zaghar kian kacau!      

"Pangeran, kenapa denyut jantungmu jadi secepat ini?" tanya Shona dengan tatapan serius pada dada kiri si 'pasien'.      

"Ehh?!" Pangeran Zaghar segera membuka mata dan mempertemukan pandangannya dengan Shona. "Ja-jantungku?" Ia segera meneguk salivanya. Mana mungkin dia berkata jantungnya begitu karena memikirkan dan berimajinasi gila akan Shona? Apa dia minta dibunuh Pangeran Djanh?      

"Apakah kau merasa sakit di sini?" Shona memegang area dada di mana jantung Pangeran Zaghar berada.      

Sentuhan sederhana dari Shona membuat suhu Pangeran Zaghar menjadi tak karuan. "Aku ..."     

"Pangeran, suhu tubuhmu, kenapa begini?" Shona bingung karena suhu tubuh Pangeran Zaghar jadi berubah-ubah secara cepat. Panas-dingin-panas-dingin. "Apakah ini pengaruh es ini?" Shona segera merobek pakaian atas si pasien dan mulai lebih intens menyalurkan tenaga healing dia di kulit langsung.      

"Pu-Putri Sho ..." lirih Pangeran Zaghar.      

"Diam dulu, Pangeran. Aku pasti akan menyelamatkanmu." Shona menatap tajam secara serius ke dada si pasien.      

Pangeran Zaghar mengulum bibirnya secara kelu karena dia sebenarnya malah membuat semakin runyam keadaannya sendiri dan mengakibatkan Shona jadi lebih susah.      

Shona pun menghubungi Jovano dan menanyakan apakah ada dari mereka yang mempunyai kekuatan elemen es yang kuat.      

Tak berapa lama, masuklah dua pedang Andrea, Bara dan Fro ke alam pribadi Jovano. "Putri, ayo aku bantu lumerkan es sialan itu." Bara langsung maju mendekat ke Pangeran Zaghar.      

"Hei! Jangan sembarangan!" Tangan Fro terentang di depan Bara agar si pedang api tidak seenaknya melakukan sesuatu pada Pangeran Zaghar.     

"Huh? Memangnya kenapa? Aku ini terkenal bisa melumerkan apapun! Apalagi hanya es seperti itu!" Bara menatap kesal ke Fro.      

"Biar aku saja." Fro pun melangkah maju. "Aku pengendali es, maka akan lebih mudah dan aman jika aku yang melakukannya."     

Bara melipat kedua lengan di depan dadanya sambil berkata, "Huh! Awas saja jika kau tidak berhasil, akan aku botaki rambut kebanggaanmu yang jelek itu!"     

Fro tidak menggubris ucapan Bara dan dia sudah berlutut di hadapan Pangeran Zaghar. "Tahan sebentar, Pangeran. Akan aku coba tarik ini dari tubuhmu. Harus ahlinya yang melakukan ini atau nyawamu bisa dalam bahaya, Pangeran."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.