Devil's Fruit (21+)

Sampai di Orbth



Sampai di Orbth

2Fruit 972: Sampai di Orbth     

Sesampainya di pintu masuk wilayah Kerajaan Orbth, Andrea dan lainnya segera disambut oleh para penjaga gerbang di sana. "Salam hormat pada Tuan Putri, Pangeran, Pangeran Muda dan Panglima!" Mereka membungkuk hormat.      

Nyonya Cambion dan lainnya melihat di dekat mereka ada banyak mayat bergelimpangan, menandakan itu adalah bekas area perang.     

Andrea dan lainnya mengangguk. "Mana yang lain? Kenapa mendadak tidak ada apa-apa di sini?"     

"Lapor, Tuan Putri, semenjak para iblis tau mengenai kekuatan Anda dan Pangeran Muda, mereka yang tadi bertempur di area ini langsung menghilang pergi begitu saja," jawab salah satu penjaga.      

"Ehh? Ha ha ha!" Andrea dan yang lainnya mulai tertawa geli atas apa yang disampaikan oleh penjaga tadi.      

"Ternyata memang ampuh cara yang aku pake tadi, yah!" Andrea berkata seperti itu setelah selesai tertawa. "Hebat. Anak Mama satu ini memang luar biasa, deh!" Dia menepuk-nepuk sang anak di sebelahnya.      

"He he ... kalau gak hebat, bukan anak Mommy, dong!" sahut Jovano membuat hidung Andrea langsung kembang kempis senang.      

"Dasar lidah gula." Andrea berlagak mencibir si anak meski sebenarnya dia menyukai ucapan Jovano.      

"Ayo kita masuk." Dante pun berkata sambil dia menggamit pinggang sang istri. Rombongan kecil itu pun mulai masuk ke area Kerajaan Orbth.      

"Apakah sampai sekarang masih ada perang besar di sini? Apa ada kerajaan lain yang memerangi kita?" tanya Kenzo pada pengawal yang menyertai mereka.      

"Lapor, Panglima, sudah tidak sebanyak sebelumnya. Semenjak terbentuk aliansi dari beberapa kerajaan besar, serangan dari kerajaan-kerajaan kecil sudah berkurang."      

"Sebenarnya apa tujuan mereka hanya ingin menjadi sebuah kerajaan besar menggantikan yang sudah ada?" tanya Andrea.     

"Iya, Tuan Putri. Kata mereka begitu, karena mereka merasa kerajaan-kerajaan besar terlalu seenaknya pada mereka dan mereka sudah tidak kuat."     

"Lalu, apakah mereka, si kerajaan kecil ini, memiliki pemimpin yang menyatukan mereka?" Giliran Dante yang      

"Hal ini masih menjadi polemik, Pangeran. Ada yang mengatakan mereka memiliki pemimpin, ada pula yang berkata bahwa gerakan mereka murni ingin menurunkan kekuasaan kerajaan-kerajaan besar."      

"Aku tidak percaya mereka tidak memiliki seseorang yang memimpin atau setidaknya ada provokator yang menggerakkan mereka." Jovano berpendapat.      

"Betul, Jo. Aku juga mikirnya gitu." Andrea setuju akan pendapat sang anak. "Kalo memang mereka pengen gusur kekuasaan kerajaan besar, mestinya kan udah dari dulu-dulu ngelakuin ini."     

Akhirnya mereka tiba depan gerbang istana Orbth. Sudah ada banyak rakyat kerajaan Orbth yang berkumpul di sana untuk berlindung dari serangan-serangan yang datang ke wilayah di luar istana. Dengan berkumpul di dalam area pelataran istana, mereka merasa lebih aman.     

Ketika mereka melihat rombongan Andrea, banyak yang mengenali sang pewaris Orbth. Segera saja mereka berteriak memanggil sang Cambion.      

"Putri!"     

"Tuan Putri Andrea!"     

"Putri Andrea, tolong kerajaan ini menumpas musuh!"     

Para pengawal lekas memblokir siapapun yang ingin mendekat ke Andrea.      

Andrea yang merasa dirinya dianggap sebagai tumpuan harapan para rakyat Orbth pun tersenyum dan melambai pada mereka yang berteriak untuknya. "Aku akan berusaha untuk kerajaan ini, semoga saja segera datang kedamaian di sini seperti biasanya."     

Lalu setelah itu, rombongan kecil Andrea pun melanjutkan perjalanan ke istana utama, tempat King Zardakh bersemayam.      

Ketika Andrea dan rombongannya tiba, mereka diarahkan ke sebuah aula besar nan luas dimana King Zardakh sedang berunding dengan banyak petinggi kerajaan dan ada beberapa tamu dari aliansi.      

"Putriku!" King Zardakh langsung saja berdiri begitu pintu aula itu dibuka. Dia langsung melayang santai menghampiri putri cambion. "Kalian sudah datang."     

"Huh! Ditungguin nongol, malah kagak pernah keluar sama sekali! Dasar jamet!" rutuk Andrea terang-terangan pada sang ayah.      

King Zardakh termangu sejenak namun dia buraikan tawa pada menit berikutnya. "Ha ha ha! Putriku memang tiada duanya! Ayo, ayo ikut kami berunding di sini."     

"Mana Kak Myren dan Kak Ronh?" tanya Andrea ketika dia berjalan mendekat ke sebuah meja oval yang sangat panjang dimana di sana sudah duduk banyak iblis dengan berbagai bentuk dan kebanyakan memang masih bisa ditolerir wujudnya.      

"Kakak-kakakmu sedang berperang di wilayah perbatasan." King Zardakh berkata.      

"Ya udah, kalo gitu aku mo ke tempat Kak Myren aja." Andrea menyahut.      

"Ei, ei, ei, tunggu dulu, putriku sayang." King Zardakh mencoba menahan kepergian sang cambion. "Kenapa tidak duduk dulu di sini untuk mendengar perundingan kami?"     

Andrea menatap para iblis di sana yang mereka semua serempak memandangi dia dan rombongannya. "Aku kurang paham politik dan strategi, jadi aku percayakan saja masalah itu pada kalian. Aku lebih suka menggunakan otot dan senjataku daripada mengatur siasat di meja. Nanti kalau kalian sudah menentukan langkah, beritahu saja aku."     

"Anakku sayang, kau harus mengetahui beberapa hal yang penting, tidak bisa langsung tabrak ini dan itu." King Zardakh mencoba membujuk putrinya.      

"Aku bisa mendapatkan banyak informasi nantinya di jalan. Apalagi jika bertemu dengan Kak Myren, aku bakalan lebih tau ini dan itunya." Andrea bersikeras.      

"Zardakh, biarkan saja mereka pergi karena mereka adalah tipe prajurit, bukan tipe pemikir." Salah satu raja kerajaan lain yang hadir di situ berkata sambil melengos.      

Seketika Andrea merasakan aura sengit dari raja tersebut. Tapi dia tak ambil perduli. Dia hanya ingin lekas membantu sang kakak di medan peperangan.      

"Ha ha ha, jangan remehkan tim Putri Andrea, Lanoz." Kini yang berkata adalah ayah dari Pangeran Djanh, Baginda King Huvr. "Kau harus tau, dia sudah berhasil menumpas kekuatan besar ras vampir di kutub selatan dan Rumania. Tuan Putri Andrea hanya merendah saja dengan berucap seperti tadi."     

Putri Cambion tersenyum pada King Huvr dan berkata, "Terima kasih atas pujian Baginda Huvr. Andrea merasa tersanjung."     

"Ho ho ho, Putri Andrea, aku banyak mendapatkan cerita menarik tentang kau dan timmu dari anakku." King Huvr mengelus jenggot panjang dia yang berwarna keemasan.      

"Semoga Pangeran Djanh tidak melebih-lebihkan ceritanya dan hanya mengatakan yang baik saja." Andrea masih bersedia jika harus berlidah gula dengan ayahanda Pangeran Djanh. Yang dia tau, hubungan King Huvr dengan ayahnya sangat baik, dan dia juga memiliki hubungan baik pula dengan Pangeran Djanh dan keluarganya.      

King Zardakh tersenyum senang dan berkata, "Yah, karena memang anak dan cucuku sudah di sini, sepertinya aku bisa lebih tenang menyerahkan medan tempur pada mereka. Aku yakin para musuh akan terbirit-birit jika melihat api hitam dan cahaya surgawi milik cucuku."     

"Apa?!" Banyak petinggi iblis di sana yang berteriak kaget mendengar apa yang disampaikan King Zardakh.      

"Ya, cucuku memang memiliki kekuatan api hitam dan cahaya surgawi di kedua telapak tangannya." King Zardakh merangkul bahu Jovano dengan ekspresi bangga.      

Para iblis di sana hanya bisa termangu takjub sekaligus kecut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.