Devil's Fruit (21+)

Sudah Tidak Seperti Itu Lagi



Sudah Tidak Seperti Itu Lagi

0Fruit 1082: Sudah Tidak Seperti Itu Lagi     

"Jangan ganggu anak buahku!" teriak Ivy dari dalam bola kristal hitam yang sedang melayang di depan grup Myren.      

"Ivy ..." Gavin memanggil penuh rindu. Sudah begitu lama dia tidak melihat Ivy, betapa dia memendam kerinduan pada adik sahabatnya itu. "Ivy ... Ivy!"     

Mendengar suara Gavin yang terus memanggilnya, Ivy mendecih tak senang. Tapi, alih-alih dia menanggapi Gavin, dia malah berbicara akan hal lainnya. "Kalian selalu merusak rencanaku! Apa kalian ingin mendesak kesabaranku?"     

Myren merasakan sudut mulutnya berkedut mendengar ucapan keponakannya. Benarkah gadis cilik itu bisa berbicara seangkuh itu bahkan di depan dia yang merupakan bibinya? "Ivy ... cobalah untuk keluar dan bicara tatap muka pada kami."     

"Untuk apa aku menuruti kalian?" jawab Ivy dengan intonasi suara tinggi. "Memangnya kalian siapa bisa memerintah aku?" imbuhnya.      

"Ya ampun, Ivy ... apa kau sadar apa yang kau ucapkan?" Myren sungguh tidak mengira keponakannya bisa bicara searogan itu padanya.      

"Apa kau pikir aku sedang pingsan ketika bicara begini?" sahut Ivy penuh percaya diri.      

"Kau? Kamu memanggil aku, bibimu, dengan kata 'kau'?" Myren sampai tak tahu harus berkata apa lagi.      

"Kenapa? Kenapa aku tak boleh menyebutmu demikian?" Ivy semakin angkuh. Dagunya naik terangkat tinggi meski tidak terlihat oleh grup Myren di depannya. Bola kristal itu masih melayang.      

"Sepertinya aku harus memberimu pelajaran cara menghormati yang lebih tua, mewakili mama kamu, Ivy." Myren mengepalkan tangannya dan dia melesat mencoba untuk meraih bola kristal itu, namun Ivy dengan sigap menggerakkan bola kaca tersebut sehingga lolos dari sergapan Myren.      

"Mewakili mama aku?" Ivy seperti sedang mengejek di dalam bola kristal itu. "Bahkan dia juga tidak memiliki hak untuk melakukan itu padaku!"      

Myren melirik ke Ronh, dan mereka berdua lekas saja menerjang maju untuk menangkap si bola kristal. Sayang sekali, Ivy sudah siap dan dia malah membuat bola kristalnya menjadi transparan.      

Ivy tertawa mengejek atas kegagalan Myren dan Ronh untuk menangkap alam pribadinya. "Kalian kira kalian bisa bertindak sesuka hati padaku? Kalian mulai sekarang harus camkan dalam pikiran kalian, bahwa aku tidak selemah yang kalian kira!"     

"Astaga ... kenapa bocah satu ini jadi gila, yah?" Voindra memutar bola matanya. Secara sekilas, dia melirik ke arah Gavin, seakan hendak berkata: apa gadis seperti itu yang menjadi pujaanmu selama ini?     

Gavin tahu arti dari lirikan Voindra. Ia bicara pada Ivy, berharap Ivy bisa meluluhkan hatinya yang keras. "Vy ... Himechan ... ayo kembali ke rumah. Kak Jo sangat mengkhawatirkan kamu. Mama dan papa kamu juga cemas akan keadaanmu di luar begini."     

"Diam kau anak pembantu!" bentak Ivy dan sepertinya ditujukan ke Gavin. "Huh! Papa? Papaku apanya? Dia bukan papaku. Aku hanya punya satu papa dan dia bernama Giorge. Dan kalian berkomplot untuk menipuku menutupi keadaan sebenarnya dari papa! Kalian menipuku mengatakan papa berada di alam lain untuk berobat!" raung Ivy.      

"Yah, kan memang benar dia sudah di alam lain." Voindra menggumam. "Alam roh ... itupun kalau ada ..."     

"Apa katamu?!" teriak Ivy geram ketika dia menangkap ucapan Voindra. "Kau bedebah kecil sialan! Akan kubuat kau nanti merasakan apa yang aku rasakan!"      

"Heh, kau ... kau ini hanya putri manja yang terus saja merasa sebagai korban." Voindra malah tidak gentar dan terus bicara. "Apa kau hanya bisa menangis dan menyalahkan orang lain atas semua yang tidak sesuai dengan keinginanmu? Apa kau lupa bahwa kami ini sudah berdarah-darah menolongmu ketika kau hampir dijadikan serpihan-serpihan daging cincang oleh para vampir di kutub selatan! Apa kau lupa, siapa orang yang sebenarnya menyebabkan papanya mati?"     

"DIAM!!!" teriak Ivy makin emosi.      

"Apa? Memangnya kau siapa menyuruhku diam, heh? Kau hanya gadis manja yang sama sekali lemah! Hanya bisa menangis dan marah-marah, sok berlagak bagai putri kerajaan. Huh! Sini kau keluar dan coba hadapi aku! Aku ingin lihat seberapa hebat kau ini!" Voindra makin memprovokasi Ivy.      

Gavin menggeleng terus ke Voindra, tidak ingin adanya pertengkaran antar saudara. "Voi, jangan terlalu kejam begitu bicara pada Ivy," bisiknya.      

"Apa!" Dagu Voindra makin terangkat ketika Gavin masih saja membela Ivy. "Kau ini buta atau apa, sih Gav? Apa kau tidak dengar apa saja yang dia bilang sejak tadi? Apa kau pikir dia bicara sopan pada kita? Untuk apa kita terus merendah di hadapan dia jika dia terus berusaha menginjak kita? Sadar dong, Gav!" Ia jengkel sendiri sampai-sampai menghentakkan kaki ke tanah.      

Bzztt - dhuaarr!     

Ronh lekas menarik putrinya sebelum sebuah energi kilat muncul dari kristal transparan itu hendak menghantam tubuh Voindra.      

Voindra terkejut. Jika ayahnya tidak lekas bergerak menariknya, entah dia akan terluka seperti apa terkena energi petir yang dihantamkan Ivy dari dalam kristal. "Kau! Kau pengecut! Bisanya sembunyi di bola!"      

Di dalam bola kristal, Ivy begitu geram mendengar ejekan dari Voindra. Ia hendak melancarkan serangan lagi, namun dicegah oleh salah satu anak buah terpercaya dia di dalam alam pribadinya.      

"Ratu, jangan ladeni mereka. Lebih baik Ratu berkonsentrasi mengumpulkan anak buah saja."     

Ivy menatap anak buah tadi dengan mata menyala. Lalu dia menghela napas, mengakui kebenaran dari perkataan si anak buah. Ia pun berkata dengan nada pongah ke grup Myren. "Aku terlalu sibuk untuk mengurusi orang tak penting macam kalian."     

Setelah itu, Ivy pun menghilang bersama bola kristalnya. Voindra gertakkan gerahamnya menahan kesal. Ia belum puas menghina Ivy. Setidaknya dia bisa melampiaskan kekesalan dan cemburu dia selama ini dalam kalimat yang dilontarkan ke Ivy.      

"Apakah kalian baik-baik saja?" Jovano mendadak muncul di dekat mereka.      

"Tidak, aku tidak baik-baik saja sebelum aku cekik bocah sok itu!" gerutu Voindra gamblang pada saudara sepupunya yang baru datang.      

"Heh? Ada apa? Apakah tipe dedengkot muncul di depan kalian?" Jovano tak paham.      

"Ivy tadi muncul, Kak Jo." Gavin menjawab pertanyaan Jovano.      

"Ivy? Muncul?" Jovano terlihat antusias, senang.      

"Tidak muncul secara fisik, tapi melalui bola kristal." Zevo menambahkan. "Sepertinya itu alam pribadi dia, Jo."     

"Ivy punya alam pribadi? Jadi itu benar ... sepertinya memang itu sesuai yang mom katakan." Jovano jadi bergumam sendiri sambil berpikir.      

"Ayo kita lanjutkan patroli saja." Myren segera mengubah topik percakapan, dia sendiri sangat kesal akan cara bicara Ivy pada dia dan grupnya. Ivy benar-benar tak tahu berterima kasih sesuai dengan yang Voindra katakan sebelum ini.      

Daripada kesal berkepanjangan, Myren pun terbang untuk meneruskan patroli diikuti Ronh. Kemudian, semua anggota grup pun mengikuti dia.      

Zevo menceritakan pada Jovano mengenai apa saja percakapan Ivy dengan mereka tadi. Jovano melongo tak percaya. Adiknya bisa seperti itu?      

Yah, mungkin Jovano harus mulai menepis figur sang adik yang manis dan imut. Ivy sudah tidak seperti itu lagi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.