Devil's Fruit (21+)

Aku Puaskan Rindumu



Aku Puaskan Rindumu

0Fruit 1078: Aku Puaskan Rindumu     

Ketika Tim Blanche sedang mendiskusikan mengenai api hitam, Shiro sempat bertanya apakah dia sebagai hewan iblis bisa memunculkan api hitam layaknya ras iblis. Kemudian, hadirlah ayahnya, Raja Naga Iblis Heilong dari dalam Alam Cosmo, keluar ke hadapan mereka.     

"Kukatakan sekali lagi, hewan iblis bisa pula mengeluarkan api hitam seperti halnya para iblis. Karena ... yah, nama iblis yang disematkan pada kami ini kan tidak bisa sia-sia saja, ya kan?" Ia menaikkan dagu penuh rasa bangga.     

"Lalu ... apakah Paman Heilong bisa memunculkan api hitam?" tanya Vargana pada Raja Naga Iblis di dekatnya.      

"Errr ..." Raja Naga Iblis Heilong agak tersendat ketika dia hendak menjawab pertanyaan Vargana. Sungguh merupakan pertanyaan yang sangat amat sulit dijawab bagi sang raja naga. "Anu ... itu ..."     

Dari jawaban yang ragu saja sudah bisa disimpulkan semua orang bahwa Raja Naga Iblis Heilong ternyata belum bisa memunculkan api hitam tersebut. Mereka pun menampakkan wajah kecewa. Mereka kira, karena Heilong sudah dinobatkan menjadi seorang raja naga iblis, maka akan mampu mengeluarkan api hitam.      

Ternyata belum.      

"Haahh ... Ayah, kau ini ternyata payah ..." Kuro secara blak-blakan menyampaikan apa yang ada di benaknya.      

"N-Nak ... jangan begitu ..." Raja Naga Heilong terlihat putus asa tak berdaya menghadapi ejekan putrinya.      

"Yah, habisnya ... Ayah berlagak bicara besar seperti tadi, ternyata tidak ada apa-apanya." Kuro kecewa, dia mengira ayahnya bisa bicara penuh percaya diri mengatakan hewan iblis juga bisa mengeluarkan api hitam karena sang ayah juga mampu melakukan itu. Ternyata tidak.      

"Ayah sudah hampir! Sudah hampir dulunya waktu ayah membantai klan ayah untuk menyelamatkan ibumu." Raja Naga Iblis Heilong tidak boleh kehilangan muka di hadapan anaknya.      

"Baru hampir, Ayah! Hampir tetap saja hampir, berarti tidak!" Kuro menegaskan. "Hghh! Sudahlah ... aku kecewa punya ayah sepertimu." Wajahnya langsung ditekuk cemberut.      

Andrea menggapai putri hybridnya dan belitkan satu lengan ke leher Kuro, "Hei, hei, hei ... anak Mama ini tidak boleh bicara begitu ke ayahnya, oke?"     

"Habisnya, Ma ..." Kuro berusaha mengelak.      

"Tidak boleh nakal, Kuro sayank. Hormati orang tuamu, seperti apapun dia." Andrea mendelik jenaka ke Kuro.      

"Berarti Mama juga tidak boleh lagi memarahi kakek angkat, yah!" Kuro pasrah lehernya dijepit lengan Andrea dan dia melirik ke atas menatap mata ibu angkatnya.      

Ucapan Kuro bagai sebuah tohokan untuk Andrea. "A-anu ... kalo dia itu memang musti dimarahi! Kalo kagak diomelin, bisa tambah gak beres kelakuannya!" kelit Andrea.      

"Sudah, sudah, jangan malah melebar bagitu, sayank." Dante mengingatkan istri dan anak angkatnya.      

"Oke, jadi ini ... aku balik ke Cosmo, nih?" Andrea bersiap-siap.      

"Kayaknya harus begitu, Aunty ..." Vargana agak tidak rela berpisah lagi dengan bibi tersayangnya.      

"Jo, mau ikut lagi, gak?" ajak Andrea.      

"Kayaknya kali ini aku mo tetep di bumi dulu, Mom." Jovano menjawab.      

Andrea memutar matanya mendengar jawaban dari putra sulungnya. Dia paham kenapa Jovano menjawab demikian. "Dasar bucin ..." desahnya sambil bersiap kembali ke Cosmo. "Dante, kamu di sini aja, bantu mereka karena yang kancut tipe dedengkot kekuatannya gede, kalian harus saling kerja sama, jangan nekat lawan sendirian, oke! Tunggu aku bawa mantra yang bisa sobek-sobek tuh kancut dedengkot!" Kemudian, Andrea pun masuk ke Cosmo, kali ini hanya sendirian saja.      

"Oke, sekarang, karena adanya makhluk asap tipe dedengkot, lebih baik kita membagi grup patroli menjadi beberapa dengan 4 sampai 5 orang dalam satu grup." Myren memberikan komando.      

Yang lainnya mengangguk setuju.      

"Kalau kalian nanti bertemu dengan banyak tipe dedengkot waktu patroli, walaupun jumlah kalian 5 atau 6 orang, mendingan kalian mundur dulu, jangan dilawan!" Myren menambahkan perintahnya.      

"Oke."     

"Oke, Ma."     

"Baiklah, Jenderal."     

Grup pun dibagi. Yang pertama berisi Vargana, Pangeran Abvru, Shona, dan Pangeran Zaghar. Grup kedua berisi Myren, Ronh, Voindra, Gavin dan Zevo. Grup ketiga berisi Kenzo, Shiro, Kuro, Raja Naga Iblis Heilong dan Jovano.      

"Ingat, kalau jumlah kalian walaupun seimbang dengan lawan, si dedengkot, jangan nekat bertempur dan langsung lari mundur aja sambil nunggu hasil dari Andrea." Myren kembali mengingatkan semua anggotanya.      

"Ya, Ma."     

"Ya, Jenderal."     

"Ya, Aunty."     

Lalu, semua pun mulai berpencar sesuai dengan kelompok grup masing-masing sambil setiap orang membawa 200 lembar kertas mantra dari hasil buatan Andrea. Mereka tidak mencari tipe dedengkot dan hanya akan membasmi level di bawah tipe dedengkot saja.      

"Anu ... aku mo pergi ke apartemenku dulu, yah!" Jovano malu-malu mengatakan itu ke grupnya.      

"Halah!" Kuro langsung saja mengerti. "Jo, ini sedang genting!"     

"Tidak apa-apa. Pergilah sebentar." Raja Naga Iblis Heilong lekas menimpali sebelum Kuro melanjutkan bicaranya. Ia melirik tajam ke putrinya memberi sinyal padanya agar tidak meributkan Jovano yang merindukan kekasihnya.      

Kuro pun diam dan mendengus. Dia tidak menyukai kekasih Jovano. Baginya, gadis itu sudah menjauhkan Jovano dari mereka. Kuro sebal akan itu.     

Raut wajah Jovano begitu gembira ketika mendapatkan pembelaan dari Raja Naga Iblis Heilong. "Terima kasih, Paman Heilong! Aku akan segera menemui kalian!" Ia pun lekas menghilang dari tempat itu.      

"Hahh ... anak muda ..." desah Raja Naga Iblis Heilong. "Ayo, kita cari musuh kita saja sambil tunggu Jovano." Sang raja naga sudah mengetahui mengenai bencana supernatural yang melanda bumi manusia dan dia juga sudah diberitahu tentang kekuatan dan kemampuan apa saja dari makhluk asap hitam.      

Di apartemen, Jovano masuk diam-diam dari jendela kamarnya dan mendapati kekasihnya sedang sendirian menonton televisi sambil sekotak es krim berada di tangannya.      

Jovano lekas melesat menuju ke depan pintu apartemennya dan menekan bel. Dia berpura-pura baru saja datang.      

Ketika Nadin membuka pintu, dia tertawa riang dan melompat ke pelukan Jovano. "Jov! Aku benar-benar rindu!"     

"Ayo, aku puaskan rindumu malam ini." Jovano menggendong ala bridal ke kekasihnya menuju ke kamar mereka. Dia juga sangat rindu pada sang gadis kepala pink.      

Tak lama, dari kamar mereka pun sudah terdengar bunyi lenguh dan erangan keduanya, berpadu dalam sebuah ritme hentakan yang selaras hingga satu jam berikutnya, kegiatan itu pun selesai.      

Jovano pun meniupkan sebuah mantra yang dia pelajari dari ibunya sehingga Nadin pun tertidur lelap, dan akan tetap lelap sampai nanti Jovano kembali lagi padanya. Menurutnya, lebih aman dan menenangkan perasaannya jika Nadin tetap di apartemen.      

Kemudian, sebelum Jovano pergi, dia membuat array penghalang yang kuat agar tidak ada satupun makhluk supernatural bisa masuk ke apartemennya untuk mengusik Nadin yang ditidurkan. Jika dia memindahkan Nadin ke alam pribadinya, dia khawatir karena alam itu masih digunakan tempat untuk memenjarakan makhluk asap hitam.      

Jovano tidak ingin mengambil resiko apapun dengan menaruh Nadin di sana.     

Setelah beres dengan urusan dia di apartemen, Jovano pun mulai terbang keluar mencari grupnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.