Devil's Fruit (21+)

Kau Selamanya Anakku



Kau Selamanya Anakku

Fruit 1070: Kau Selamanya Anakku     
1

"Pergilah." Suara Ivy berbaur lirih dengan isakannya yang samar, berusaha ditahan agar tidak perlu diketahui, meski sang ibu sudah mengetahuinya. "Pergilah dan tak perlu kembali. Juga, tidak usah mencariku lagi. Anggap aku bukan anakmu, anggap kau tak pernah memiliki anak sepertiku. Anggap saja aku sudah mati!" teriaknya di ujung kalimat.     

"Ivy!" Andrea berteriak dengan suara bergetar karena menangis pula. "Kau selamanya anakku, kau selamanya keluarga kami! Kau bersama kami! Kau memiliki kami! Dan itu tidak akan berubah sampai jaman apapun!"      

"Pergi! Pergi!" Ivy menimpali dengan suara teriakan yang bercampur tangis dan juga amarah. "Aku tidak ingin melihatmu lagi, aku tidak ingin bertemu kalian lagi! Jangan ganggu aku! Jangan ganggu hidupku! Aku sudah memilih ini, maka jangan menggangguku!"      

Kreekk ... kreekk ...      

Ketika Ivy berteriak nyaring barusan, dinding di ruangan itu menerima imbas dari kekuatan suara Ivy dan berderak saat munculnya retakan-retakan halus di sepanjang dinding.      

Melihat apa yang terjadi pada dinding tersebut, Andrea membelalakkan mata meski hanya sekejap, tidak pernah menyangka kekuatan putrinya bisa mencapai tahap demikian. Hanya dengan suara, sebuah dinding bisa sampai retak, bukankah ini sebenarnya terlalu mengerikan? Padahal Ivy tidak muncul nyata namun suaranya saja sudah memberikan efek destruktif pada sekitarnya meski tidak secara fantastis.      

Namun, sebagai seorang vampir, mampu merusak sesuatu di dekatnya tanpa menyentuh dan hanya mengandalkan energi suara saja. Bayangkan sudah seperti apa kekuatan Ivy jika dia benar-benar menjatuhkan perlawanan hidup dan mati?     

Apakah ... Andrea harus memaksa sang anak untuk pulang ketika keadaan sudah berubah makin panas?     

"Ivy ..." Suara Andrea masih bergetar, pelan menggumamkan nama putrinya. Teringat dulu bagaimana dia bahagia ketika Ivy lahir, bagaimana dia gembira memilihkan nama untuk sang bayi, bagaimana dia bangga dan penuh syukur ketika Ivy tumbuh menjadi bocah lucu menggemaskan dan sangat cantik, bahkan sering disamakan dengan boneka Jepang.      

Tetapi, anak itu sekarang ... sungguh berbanding terbalik dengan apa yang ada di masa itu. Andrfea bertanya-tanya, apakah penculikan ras vampir kuno yang telah mengubah sang anak menjadi seperti ini? Menjadi begitu sengit dan penuh kebencian begini? Sungguh, Andrea sungguh mengutuk tanpa henti para vampir kuno yang menculik Ivy.      

Janin Nevimbi. Andrea teringat akan istilah itu. Dan sebutan itu yang dilekatkan pada Ivy, dijadikan landasan pembenaran untuk menculik, menyiksa dan hendak melenyapkan si gadis remaja.      

Gara-gara sebutan janin nevimbi itulah dia dan timnya nekat berperang melawan kerajaan vampir kuno dengan pasukan besarnya, membabat habis mereka dan hanya menyisakan sangat sedikit saja. Semuanya demi Ivy, demi menyelamatkan hidup Ivy.      

"Antar mereka keluar, Leon." Ivy mulai pulih dari tangisnya dan suaranya telah kembali normal meski ada sisa isak yang coba dia sembunyikan.      

Leon yang hanya diam sebagai penonton sejak kemunculan suara Ivy, langsung tanggap dan berjalan ke muka untuk berkata pada Andrea dan Dante, "Silahkan, Tuan dan Nyonya sekalian." Ia bahkan rela membungkuk bagaikan kepala pelayan sebuah kerajaan yang mempersilahkan tamu untuk datang ke pintu dan pergi dari rumah itu.      

"Ivy-"     

"Perdana menteriku sudah mempersilahkan kalian pergi dengan sikapnya yang baik." Ivy memotong ibunya yang hendak bicara. "Apakah kalian hendak mempermalukan martabat kalian dengan masih bersikap keras kepala?"     

Andrea diterjang dilema atas ucapan putrinya. "Ivy, Mama tidak bermaksud kasar atau tidak sopan di sini. Mama hanya ingin kita pulang. Baiklah, kalau kau memang ingin menganggap ini adalah rumah, silahkan saja, tapi ayo ke mansion dulu dan kita bicarakan apapun yang kau keluhkan."      

Ya, sang cambion berkata seperti itu untuk meluluhkan hati Ivy, agar gadis remaja itu terbujuk untuk pulang bersamanya dan urusan lain bisa ditangguhkan. Yang penting Ivy masuk dulu ke mansion dan mungkin Andrea bisa menidurkan gadis itu lagi. Setidaknya, bagi Andrea, itu akan menjadi sebuah pilihan yang lebih baik ketimbang Ivy mengacau di luar.      

Namun, sepertinya Ivy sadar dirinya hanya akan dijebak saja untuk keluar dari zona aman dia dan nantinya akan diperangkap oleh keluarganya, dan mungkin saja ditidurkan untuk waktu tak terdeteksi kapan.      

Ivy tak mau. Apalagi jika dia harus berpisah dari Danang yang telah dia angkat menjadi suaminya, sebagai raja dari kerajaan yang dia sedang bangun. Terlebih lagi, dia juga tidak ingin segala jerih payah yang telah dia lakukan menjadi sebuah kesia-siaan apabila dia sampai ditidurkan tanpa ada kejelasan waktu.      

Ini adalah pilhan dia, keinginan dia, dan apa yang ingin dia gapai. Dia tidak ingin ini dirusak siapapun, meski itu adalah ibunya sendiri. Dia akan nekat melawan jika memang harus melawan.      

Andrea sudah ingin berkata sesuatu ketika suaminya memegangi lengan dan menggelengkan kepala padanya. Apakah Dante meminta Andrea menyerah pada Ivy?     

"Kita pulang dulu, sayank." Dante membujuk lirih ke istrinya. "Kalian masing-masing bisa tenangkan diri kalian sambil nanti kita bisa mencari Ivy lagi untuk bicara atau berunding. Langit masih biru dan bulan serta matahari dan bintang belum jatuh dari angkasa, jadi tidak perlu memaksakan keinginan."     

Andrea termenung akan ucapan suaminya dan selanjutnya, dia mendongak lagi ke titik di mana dia bisa merasakan hawa energi besar samar yang dia yakini itu adalah Ivy. Mendesahkan napas tak berdaya, ia pun mengangguk lemah dan berkata, "Baiklah, baiklah aku akan mundur dulu dan Ivy ... Mama tetap akan mencarimu, entah kau suka atau tidak suka. Mama tetaplah mama kamu, orang yang mengandung dirimu selama setahun lebih dan orang yang berjuang melahirkanmu dengan taruhan nyawa. Tidak mungkin Mama membiarkan kamu jauh dari Mama."     

Ketika Ivy hendak menyahut ucapan ibunya, Andrea dan Dante melesat pergi dari rumah itu.      

"Wah, sungguh kekuatan mengagumkan ..." Leon bergumam memuji kecepatan yang dimiliki Andrea dan suaminya. "Ratuku ... apakah mereka tergolong bangsawan iblis?" Leon sebagai keturunan iblis jelata tentu saja mendambakan kekuatan semacam itu. Yang dia ketahui, bangsawan iblis bisa dengan mudah mendapatkan kekuatan besar dari berbagai macam cara.      

"Huh! Aku tidak perduli." Ivy mendengus kesal mendengar pertanyaan konyol dari Leon. "Aku perintahkan kalian meratakan rumah ini menjadi gundukan tanah dan nantinya kalian akan pindah ke alamku saja. Di sini sedang dibangun istana dan banyak rumah untuk aku dan kalian semua."     

"Baik, Ratuku, sungguh sebuah kehormatan jika bisa tinggal di kerajaanmu." Seperti biasa, mulut gula-gula Leon memang sangat piawai memburaikan kalimat manis penuh aroma penjilatan.     

"Nanti, perintahkan ke semua yang di luar untuk mengumpulkan bahan-bahan pembangunan agar bisa dikirim ke alamku dan biarlah para pekerja di sini merampungkan membangun rumah dan istana." Suara Ivy terdengar bagai titah absolut.      

"Segera laksanakan, Ratuku. Panjang umur untuk Ratuku terhebat." Leon membungkukkan badan dan menghilang dari rumah itu. Ivy juga mulai meniadakan kehadirannya.      

Sementara itu, di mansion, Andrea masih saja mengurung diri di kamarnya, sesekali akan menangis teringat akan Ivy dan percakapan antara mereka tadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.