Devil's Fruit (21+)

Jangan Sakiti Rakyatku



Jangan Sakiti Rakyatku

0Fruit 1068: Jangan Sakiti Rakyatku     

Jovano menghela napas mendengar keputusan ibunya. Kalau sang ibu sudah berkata demikian dengan wajah tegas, maka tidak akan ada yang bisa menggoyahkan tekadnya. Dia sudah paham. "Aku akan ke tempat Naru, kalau begitu."      

"Ayo aku temani kau mencari Ivy." Dante memutuskan ikut istrinya. "Kalian semua bisa teruskan pembasmian makhluk asap." Tuan Nephilim mengedarkan pandangan ke anggota Blanche lainnya di sana.      

Mereka pun mengangguk dan melesat satu demi satu ke berbagai arah.      

Kini tinggallah Andrea dan Dante di mansion. Setelah semua orang pergi, Andrea berbalik menghadap ke suaminya, dan dia langsung saja memukuli dada Dante. "Gila kalian! Gila! Kenapa kalian gak kasi tau aku! Kenapa kalian sembunyiin ini dari aku? Kenapa?!" jeritnya histeris sambil terus pukuli suaminya.      

Tuan Nephilim bertahan dan mencoba menangkap tangan istrinya. Pukulan Andrea bukanlah jenis pukulan pada musuh, tapi pukulan kecewa dan sedih. Lalu dia memeluk sang istri yang mulai menangis. "Maaf ... maafkan kami yang tidak ingin mengganggu konsentrasimu. Maaf, sayank ..."     

"Hu hu huuuu ... kalian jahat sembunyiin ini dari aku, hu huuuu ..." Andrea menangis keras di dada suaminya. "Bagaimana aku bisa tanggung jawab ke Gio kalo terjadi sesuatu ke Ivy! Hu huu huuu ... padahal Gio sampai berkorban nyawa demi bisa bebasin Ivy, Dan ... dia sampai korbanin nyawa!" Wajah basah Andrea karena air mata sungguh sebuah sembilu di hati Dante ketika tatapan mereka saling berpaut.      

"Maafkan kami, sayank, iya kami tau seberapa berat Gio dan kita semua melakukan upaya untuk mengambil Ivy kembali. Nanti kita akan lakukan upaya itu lagi, yah! Kita rebut lagi Ivy dari ... dari siapapun itu!" Sang suami hanya bisa berikan kalimat penenang yang bisa menyemangati Andrea.      

"Sekarang, aku bingung, Ivy di mana? Di mana dia? Dia hilang! Dia hilang, Dan! Kita harus cari ke mana?" Andrea hanya bisa tumpahkan tangis dan kebimbangan dia hanya jika tidak ada banyak orang di dekatnya. Dia sudah menahan ini sejak tadi dan menumpahkannya ketika hanya berdua saja dengan sang suami.      

"Iya, iya, nanti pasti ketemu. Kita akan cari bahkan sampai ke ujung dunia pun, kita pasti cari, ya kan? Jangan patah semangat, sayank." Dante tatap lekat mata basah istrinya dan munculkan tisu di tangannya untuk mengelap air mata dan ingus Andrea.      

Setelah agak tenang, Andrea bertanya, "Sebenarnya apa saja yang kalian ketahui mengenai sepak terjang Ivy?" Ia mengusap sendiri air mata terakhir di pelupuk matanya. Dia tahu, menangis tidak akan membawa Ivy kembali. Menangis hanya sebuah sarana melegakan perasaan yang menghimpit.     

"Jo tadi sudah ungkapkan semua yang dia ketahui, sayank, tidak ada lagi yang kami sembunyikan dari kamu." Dante berkata apa adanya.      

Andrea manggut-manggut dan mulai berpikir. "Zizi bilang Ivy berubah jadi kupu-kupu untuk keluar dari mansion. Dan Jo juga Shiro nemui Ivy dalam wujud kupu-kupu di luar mansion. Oke, itu artinya kekuatan Ivy bertambah. Kagak bisa dipungkiri, dia pasti punya peningkatan ability. Bahkan dia bisa nerobos array buatanku!"      

Dante mengangguk. "Apakah kau ada pikiran lainnya mengenai itu?" Ia mengajak sang istri untuk duduk dulu agar bisa lebih tenang dalam berpikir. Kalut dan marah tidak akan menemui jalan baik jika tetap di posisi berdiri. Duduklah ketika marah dan kalut agar lebih tenang dan bisa memikirkan solusi. Kalau duduk masih saja belum mencapai ketenangan, maka rebahlah dan tidur. Dante percaya metode penenangan semacam itu. Erefim yang mengajarkan padanya.      

"Huff ..." Andrea menghembuskan napas panjang sambil menata hati dan juga pikirannya. "Sungguh Ivy ... hmhh ... dia ... bisa-bisanya dia malah membuat masalah ketika kita sedang dihadapkan masalah lain. Ini semua sama-sama peliknya. Ayo, kita keluar saja daripada di sini, aku malah ngerasa buntu kalo terus di sini."     

Andrea pun mulai melayang keluar dari mansionnya dan mulai membuat dirinya transparan agar tidak membuat heboh masyarakat. Agar tidak disangka hantu.      

Dante mengikuti istrinya, membuat dirinya juga transparan.      

"Kasi tau aku, lokasi mana tempat Jovano ama Shiro mergoki Ivy malam itu." Andrea terbang sambil bertanya. Semua indera yang dia miliki diaktifkan, bahkan termasuk kekuatan Sniffer untuk mempertajam pelacakan aura dan juga Lectorem untuk membaca kekuatan serta bisa mengendus residu energi yang dihasilkan sesosok makhluk.      

Dante pun membimbing Andrea ke sebuah tempat dimana di sana lah Jovano dan Shiro bertarung dengan anak buah Ivy dan sempat menahan Ivy meski akhirnya mereka kecolongan gara-gara Jovano iba pada adiknya. Padahal Ivy saat itu hanya berakting menderita karena dia yakin sang kakak tidak akan membiarkan dia kesakitan.      

"Di sini, sayank. Jo dan Shiro mengatakan padaku, di sini." Dante berhenti terbang ketika sudah tiba di lahan kosong yang memang lokasi yang dimaksud.      

Menggunakan kekuatan Sniffer dan Lectorem secara maksimal, Andrea mengedarkan dua kekuatan itu dalam batas tertinggi. "Hmhh, dapat!"      

Usai mengatakan itu, Andrea lekas saja melesat terbang sambil dia mengikuti jejak residu energi dari anak buah Ivy yang berhasil terlacak. Sepasang suami istri itu pun terus terbang dan terbang melewati banyak rumah dan gedung.      

Hingga sampailah mereka di sebuah kawasan tepi kota dan berujung pada sebuah rumah kosong besar yang ada di ujung jalan terpencil. Rumah itu terasa angker meski memiliki aura kemegahan, namun bukan sebuah mansion. Hanya sebuah rumah besar saja.      

Andrea segera masuk ke dalam. Dante mengikuti.      

Ketika mencapai di ruang utama, kedua suami istri itu bertemu dengan Leon yang sedang bersantai sambil bersenang-senang dengan manusia perempuan yang dia culik dan hipnotis. Sepertinya dia hendak menikmati manusia itu sebelum dia gigit untuk dijadikan budak Ivy.      

"Heh!" Andrea langsung saja kibaskan tangan kanannya yang sudah bermuatan kekuatan Mossa, kekuatan telekinesis, ke arah Leon sehingga pria vampir iblis itu terbang dan menabrak tembok di belakang sana.      

Leon sempat muntah darah akibat dari benturan punggungnya dengan dinding yang tidak bisa dikatakan ringan. Segera saja Andrea menyimpan gadis manusia itu ke alam Cosmo dan bicara pada Kyuna melalui telepati untuk merawat manusia itu sementara waktu. Karena Andrea bisa berkomunikasi dengan mudah pada pihak-pihak yang berkontrak jiwa dengannya, maka itu bukan hal sulit baginya bicara dengan Kyuna ataupun Sabrina di Cosmo meski dia tidak berada di sana.      

"Siapa ... kau!" Leon tidak menyangka dia disergap di markasnya sendiri. Apakah ini sebuah penyerangan para iblis?      

"Mana Ivy." Andrea langsung saja bertanya ke Leon yang mulai bangun dan mengusap lelehan darah di bibirnya.      

"Ivy? Ha ha ha ... apakah kau rekan Ivy? Maksudku ... Ratu Ivy?" Leon malah tertawa santai.      

Andrea lekas gerakkan tangan dan Leon sudah terangkat di udara tercekik meski tangan Andrea tidak perlu menyentuh lehernya. "Katakan kalau kau masih ingin merasakan napas di tubuh busukmu!"      

"Arkkhh ... harrkkhh ..." Leon memegangi lehernya, berusaha menahan sebuah kekuatan yang tak kasat mata sedang mencekiknya, sementara dua kakinya menendang-nendang di udara.      

"Jangan sakiti rakyatku." Tiba-tiba saja ada suara Ivy, menggema di ruangan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.