Devil's Fruit (21+)

Akhirnya Memberitahu



Akhirnya Memberitahu

0Fruit 1067: Akhirnya Memberitahu     

Gavin mengambil kertas mantra dari cincin ruangnya, melemparkan kertas berwarna merah itu ke tubuh manusia tersebut. Saatnya menguji coba mantra ini.      

Bersamaan dengan tertempelnya kertas setelah dihempaskan oleh Gavin ke dada manusia, seketika itu pula makhluk asap hitam terdorong keluar dan belum sempat makhluk itu bereaksi karena kaget, dia sudah dibakar api ungu yang muncul secara ajaib.      

Hanya ada lolongan kesakitan dari makhluk itu dan meninggalkan manusia yang pingsan di tempat.      

"Berhasil! Ternyata mantranya berhasil!" Gavin bersorak senang. Voindra menyaksikan adegan itu dengan senyum lega pula.      

Kemudian, keduanya mulai mengabarkan ke anggota Tim Blanche lainnya mengenai kemanjuran dari mantra buatan Andrea.      

Setelah itu, Tim Blanche pun mulai lebih mudah dalam menangani makhluk asap hitam.      

"Kita harus laporkan ini ke Aunty Andrea." Vargana sangat bersemangat mengetahui usaha bibinya sukses gemilang. Sesuatu yang tadinya bagaikan duri dalam daging mereka, kini bisa dengan mudah dicabut tanpa melukai siapapun kecuali si duri.      

Ketika Andrea kembali ke mansion, dia dikabari mengenai keberhasilan mantra buatannya.      

"Wah, kalo gitu, buruan kasi tau si Djanh cuwk itu untuk beli lagi kertas mantra. Nanti biar aku yang tulis mantra dan semua pasukan iblis pihak kita bisa pakai itu untuk bersihin makhluk kancut hitam itu." Andrea sangat senang setelah mengetahui hasil jerih payah dia beberapa minggu ini akhirnya terbayarkan dengan baik.      

Tentu saja dalam hati Andrea juga sangat berterima kasih pada keluarga Naru yang juga turut memberikan mantra Onmyodo mereka untuk melengkapi buatan Andrea.      

"Jo, ke rumah temanmu Naru, yok!" ajak Andrea kepada putra sulungnya.      

"Oke, Mom." Jovano paham kenapa ibunya hendak mengunjungi Naru lagi di rumahnya di kuil yang dulu.      

"Nah, karena ini semakin intens perang kita ngebasmi makhluk kancut, mendingan anak-anak dan Shelly diungsikan dulu ke Cosmo." Andrea tidak bisa tidak ingat pada beberapa bocah yang masih di bawah umur agar tidak terseret ke medan perang. Apalagi Shelly yang masih merupakan manusia biasa.      

Usai Andrea mengucapkan itu, Jovano dan yang lainnya pun segera gugup tanpa bisa ditahan. Sikap aneh mereka terlihat samar tapi tetap tertangkap di mata awas Andrea. Mereka saling pandang, seolah sedang berunding melalui kekuatan pikiran, siapa yang hendak memulai sebuah penjelasan ke Andrea.     

"Kenapa?" tanya Andrea ketika sadar anggota keluarga dan rekannya bersikap tidak santai. "Apakah ada yang kalian sembunyikan?" Kini dia mulai curiga dan keningnya berkerut was-was.      

"Enghh ... anu, Mom ..." Jovano mulai berucap.      

"Kumpulkan bocah-bocah, dan akan aku pindahin mereka ke Cosmo." Andrea berkata sambil mata tajamnya mengawasi gerak-gerik timnya. Seperti dugaannya, gelagat mereka terasa tidak pas. Aneh. Mencurigakan. "Zizi, Ivy, Ran, beb Shelly ... kemarikan mereka agar bisa aku pindahin ke Cosmo."     

"Sayank ..." Dante maju ke depan, meraih lengan istrinya.      

"Ada apa? Pasti ada sesuatu, ya kan?" Andrea makin yakin firasatnya benar. There's something wrong here. There's something not click now. Andrea terus dengungkan ini di batinnya. "Panggil bocah-bocah dan bebeb."     

Tak lama kemudian, Jovano dan lainnya memanggil Zivena, Ran, dan Shelly.      

"Mam ... aku rindu Mami ..." Zivena kecil langsung memeluk ibunya. Bocah itu masih terlihat imut dan menggemaskan seperti biasanya.      

"Kamu gak nakal selama Mami tinggal, kan?" Andrea mengelus rambut pirang coklat ikal anaknya. Bocah itu menggeleng. "Oke, mana Ivy?" tanya Nyonya Cambion kemudian.      

Tuan Nephilim merasa lidahnya dirampok kucing garong sampai tidak bisa berkata-kata. Anggota Tim Blanche lainnya juga mendadak kehilangan kemampuan bicara saat ini ketika Andrea menanyakan dimanakah keberadaan Ivy.      

"Mana Ivy!" seru Andrea semakin yakin ada yang tidak beres dan ternyata itu berkaitan dengan Ivy, putrinya bersama mendiang Giorge.      

Dante memaksakan diri untuk berkata, "Sayank, tenang dulu."     

"Ivy mana?! Ivy mana?!" Andrea jadi panik meski diminta tenang. Semakin suaminya berkata seperti itu, dia semakin panik.     

"Ma, Ivy yang menyebabkan kemunculan kelompok vampir baru!" Kuro menyahut ibu angkatnya dengan suara keras. Kepalanya tertunduk, tidak ingin papanya menanggung kemarahan Andrea sendirian.      

"Apa? Ivy apa?!" Andrea mengernyit sembari miringkan kepalanya, persis akting para artis di film ketika mereka tidak yakin dengan kabar yang disampaikan pada mereka. Tapi Andrea tidak sedang berakting, melainkan murni apa adanya.      

"Mom, Ivy adalah dalang di balik terjadinya lonjakan kemunculan vampir di Jepang." Jovano tidak bisa terus menahan informasi ini, ya kan? Memang pasti akan sangat pahit bagi sang ibu, tapi tetap saja musti dikabarkan. Setelah Kuro memulai, maka Jovano tidak segan lagi membukanya.      

Jovano dan Shiro pun bergantian menceritakan mengenai kecurigaan mereka terhadap sepak terjang Ivy dan juga apa yang kerap dilakukan Ivy hampir setiap malam di luar mansion.      

"Hah? Dia menyelinap keluar? Ivy bisa pergi keluar dari mansion?" Andrea picingkan mata tidak percaya dan pandangi mereka satu demi satu. "Tapi aku kan udah pasang array di kamarnya, bagaimana dia bisa-"     

Tidak ingin percaya dengan apa yang dia dengar, bergegas Andrea mendatangi kamar Ivy. Di sana, dia menemukan array pengurung dia masih sama seperti pertama dia memasangnya. "Gi-gimana bisa? Gimana bisa Ivy nerobos array ini!" Andrea meremas rambutnya menggunakan satu tangan dan tangan lainnya terulur di depan menunjukkan kebingungan dia.      

"Kami juga masih bingung kenapa dia bisa menerobos itu, Mom. Entah Ivy pakai metode apa, kami nggak ada yang paham." Jovano masih merasa penasaran atas cara sang adik bisa kabur dari mansion tanpa ketahuan penghuni sini.     

"Aku pernah sekali memergoki Kak Ivy waktu dia berubah jadi kupu-kupu." Zivena kecil bersuara. Ini membuat semua anggota tim menolehkan pandangan ke arahnya.      

"Zizi? Beneran tau?" Vargana tak menyangka si kecil itu pernah memergoki kakaknya kabur.      

Zivena mengangguk dan mengungkapkan lebih panjang, "Iya, aku pernah pergoki Kak Ivy waktu dia berubah jadi kupu-kupu. Aku waktu itu ada di balkon dan lihat Kak Ivy juga di balkon kamarnya. Dia sempat marahi aku dan bilang kalau dia hendak ikut bantu kalian menangkap makhluk hitam itu. Karena aku mengira dia akan bantu kalian sungguhan, maka aku diam saja. Aku pikir kalian tau tentang itu."     

"Enggak, Zi, kita sama sekali gak minta Ivy ikut basmi makhluk hitam." Vargana menggeleng ke adik sepupunya.     

"Yah, aku kan nggak tau." Zivena angkat dua bahunya secara cepat. "Aku nggak tau kalau ternyata Kak Ivy bohong. Kalau tau, aku pasti sudah lapor ke kalian sejak itu." Bocah cilik itu tidak mau disalahkan.      

"Sudah, sudah, Zizi tidak salah, kok!" Jovano menenangkan adik bungsunya. "Sekarang, mendingan Zizi dan Ran dan Aunty Shelly pergi ke Cosmo dulu." Lalu dia mengangguk ke ibunya, memberi kode agar sang ibu lekas memindahkan mereka ke alam pribadinya.      

Andrea menghirup napas panjang sebelum dia mengerjap dan seketika, 3 orang yang disebut Jovano tadi pun telah menghilang dari hadapan mereka semua.      

"Aku ingin cari Ivy." Andrea bersikeras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.