Devil's Fruit (21+)

Bola Kristal Hitam



Bola Kristal Hitam

0Fruit 1062: Bola Kristal Hitam     

"Astaga! Ternyata Ivy?!"     

"Ohh ya ampun, semua ini kerjaan Ivy!"     

"Benar-benar tidak disangka!"     

"Jo, kau yakin itu ulah adikmu?"     

Banyak anggota Tim Blanche merasa sangat terkejut setelah mereka mendengar dari Jovano mengenai siapa dalang dari kemunculan para vampir baru di Jepang, terutama di Tokyo.      

Mendengar kalimat terkejut mereka, Jovano merasa tidak berdaya dan sedikit tak enak hati. Masih saja dia beranggapan bahwa dia turut andil membuat ini semua terjadi. Ia terus menyesali keteledoran dia tidak menjaga Ivy hanya karena sedang terlena dengan asmara dia.      

Jovano masih merasa ikut bersalah dengan kasus kemunculan vampir baru.     

Melihat kemurungan wajah anak sulungnya, Tuan Nephilim langsung berujar ke Jovano, "Tidak usah terus disesali hal ini, Jo. Kejadian mengenai Ivy bukan kesalahanmu saja, tapi kesalahan kita bersama."     

"Iya, Jo! Jangan merasa terlalu bersalah, yah!" Kuro ikut bicara menyemangati adik angkatnya. "Ini semua memang kesalahan kita yang teledor, kok!"     

Vargana mengangguk setuju. Mereka memang lengah. Padahal mereka harusnya sadar bahwa Ivy masih menjadi sosok yang sangat tertutup dan misterius. Mereka terlalu fokus pada hal lain sampai melupakan gadis vampir itu.      

"Benar, Jo ... tidak ada yang mengira bahwa Ivy akan melakukan hal seperti itu. Jangan merasa terus bersalah. Lebih baik kita cari solusi saja bagaimana agar semuanya kembali normal dan Ivy bisa bersama kita seperti dulu, kalau sudah begitu, kita bisa perlahan-lahan memperbaiki apapun yang rusak." Kenzo ikut memberikan nasehat kepada Jovano.      

Mengambil napas panjang dan menghembuskan perlahan-lahan, Jovano memaksa dirinya menampilkan sebuah senyuman terkulum. "Ya, memang tidak perlu terus muram dan tidak melakukan apapun. Sekarang yang penting merebut Ivy lagi ke pihak kita dan memusnahkan para vampir."     

Jovano sudah memberitahu para anggota Tim Blanche itu juga mengenai Ivy yang disembunyikan salah satu anak buahnya ke dalam sebuah alam pribadi. Meski dia masih tidak yakin, benarkah itu adalah alam pribadi seperti yang dia dan ibunya miliki?      

-0-0-0-0-     

Di sebuah alam yang sangat misterius dan asing, Ivy berdiri memutarkan pandangannya ke sekeliling tempat yang benar-benar tidak dia sangka dimiliki oleh salah satu anak buahnya.      

Tubuhnya berputar ketika dia menyadari ada kehadiran sekelompok orang di belakangnya. Ternyata Magi dan yang lainnya.      

"Ratu." Magi menyapa dan bersama anak buah yang lain, mereka menundukkan punggung ke Ivy.      

"Hm." Ivy menyahut sapaan hormat dari para anak buahnya. "Aku ingin tahu, apakah ini? Apakah ini alam pribadi seperti yang dimiliki para bangsawan iblis?"     

Salah satu bawahan Magi maju dan menunduk hormat ke Ivy sambil berkata, "Benar, Ratu. Ini adalah sebuah alam pribadi milik iblis yang berhasil hamba rebut setelah susah payah membunuhnya."     

Mata Ivy menyala terang mendengar pengakuan dari salah satu anak buahnya. "Douga, kau mampu membunuh seorang bangsawan iblis?"     

Vampir iblis bernama Douga itu menyeringai bangga. "Dia hanyalah bangsawan kelas rendah yang berlagak berlebihan di hadapan hamba, Ratu, oleh karena itu, hamba melakukan beberapa trik untuk membunuhnya tanpa ketahuan kerabatnya."     

"Wah, hebat sekali, Douga. Ini sungguh menggembirakan kau memiliki alam pribadi seperti ini meski hasil rampasan." Ivy tersenyum sangat puas. Apalagi suasana di alam pribadi itu membuatnya merasa nyaman. "Bisakah kau berikan alam ini padaku?"     

Meski Douga agak terkejut, dia segera memulaskan senyum ke wajahnya dan menyahut, "Apapun yang Ratu pinta, maka hamba akan merasa sangat tersanjung jika mampu memberikannya."     

"Bagus. Aku suka orang yang mematuhi aku." Ivy merasa sangat gembira. Bayangkan, dia akhirnya punya sesuatu yang juga dimiliki kakak dan ibunya serta banyak bangsawan iblis lainnya. Alam pribadi seperti ini adalah merupakan simbol status seorang iblis. "Kau bisa menghapus kepemilikanmu atas alam ini, kan?"     

"Bisa, Ratu. Tapi kita harus keluar dulu dari sini." Douga berkata, "Setelah saya hapus segel saya di alam ini, Ratu bisa tuangkan segel Ratu di sini nanti dengan darah Ratu."     

Biasanya, jika seseorang hendak merampas atau merebut barang magis milik iblis lain, maka orang itu harus membunuh si pemilik barang agar bisa terhapus segel kepemilikannya, kecuali si pemilik bersedia secara suka rela memberikannya setelah dia menghapus segelnya, maka tidak perlu dibunuh.      

Ini terjadi pada Douga. Karena dia suka rela memberikan alam pribadinya kepada Ivy, maka dia tidak perlu dibunuh terlebih dahulu agar alam ini jatuh ke tangan Ivy.      

Setelah Douga memfokuskan pikiran, mereka pun bersama-sama muncul keluar dari alam itu dan tiba di ruangan dalam markas mereka.      

"Ratuku!" Leon segera saja menyongsong kemunculan Ivy dan yang lainnya. "Aku sangat mengkhawatirkanmu, Ratuku." Leon langsung saja bersujud dengan satu kakinya dan mengambil tangan kanan Ivy untuk dia cium punggungnya.      

Ivy sangat menikmati perlakuan bagai dia benar-benar seorang ratu. Ia tersenyum dan menjawab Leon, "Apakah menurutmu ratumu ini mudah dikalahkan, hm?" Dagunya terangkat penuh arogansi ketika menatap Leon yang masih berlutut di hadapannya.      

Vampir iblis lelaki itu terkekeh sambil mengembalikan tangan sang ratu ke tempat semula. "He he he ... tentu saja Ratuku paling hebat di antara semuanya."      

"Sudah, berhenti merayu tak penting di depanku." Ivy mengibaskan lengan bajunya dan berjalan melewati Leon. Lalu dia segera duduk di kursi singgasananya dan berbicara pada Douga. "Laksanakan yang tadi kita sepakati, Douga."     

"Baik, Yang Mulia Ratu!" Douga mengeluarkan sebuah bola kaca kristal tebal berwarna hitam sebesar bola tenis.      

"Apakah itu alam pribadi yang tadi kita masuki?" tanya Ivy sembari miringkan kepala yang dia topang menggunakan satu tangan dan satu kaki disilangkan ke paha.      

"Benar, Ratu. Inilah dia." Lalu Douga mulai menuangkan energi murni dia dan menghapus segel kepemilikan dia pada bola kristal sebesar bola tenis itu dan menyerahkan ke Ivy. "Silahkan, Ratu."     

"Hanya perlu meneteskan darahku saja, kan?" Ivy memeriksa bola kristal hitam pekat itu secara seksama.      

"Benar, Ratu." Douga meyakinkan.     

Kemudian, Ivy mulai menggigit telunjuknya hingga kulit di sana robek dan darah mulai mencuat keluar. Ia segera saja menuangkan darah sekian tetes ke bola kristal hitam tersebut. Langsung saja, bola kaca tebal berwarna hitam itu menyala semu merah tua dan kemudian kembali ke kondisi semula. "Apakah ini artinya aku sudah menjadi tuan dari alam ini?"     

"Benar, Ratu. Dengan menyalanya kristal itu usai Ratu meneteskan darah di atasnya, maka dia sudah mengakui Ratu menjadi pemiliknya." Douga menjelaskan sekelumit.      

"Dan untuk memasukinya ..."     

"Ratu cukup memikirkan saja dan siapapun atau apapun bisa Ratu pindahkan ke sana."      

Dua alis Ivy terangkat karena dia merasa tertarik dengan yang diucapkan Douga. "Apapun? Siapapun? Itu semua bisa aku pindahkan ke alamku ini?"     

"Bisa, Ratu. Tapi mungkin akan lebih sulit jika orang yang hendak dipindahkan ke sana memiliki niat dan tekad yang kuat untuk menolaknya. Tapi, berdasarkan ilmu hipnotis Ratu yang sangat tinggi, hamba yakin tidak ada satu makhluk pun yang bisa lolos dari kendali pikiran Ratu."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.