Devil's Fruit (21+)

Andrea Dipanggil



Andrea Dipanggil

0Fruit 1048: Andrea Dipanggil     

"Junior Jovano, seperti apa tepatnya rencana yang kau pikirkan mengenai kerja sama seperti yang kau utarakan sebelumnya?" tanya kepala keluarga Naru kepada Jovano setelah putra sulung si cambion dipanggil lagi ke pendopo.      

Jovano secara lugas berkata, "Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, Senior ... bahwa api khusus milik ras kami bisa memusnahkan makhluk asap hitam itu, tapi kami sepakat tidak ingin turut membakar manusia juga karena itu kami agak kesusahan dalam memerangi mereka. Nah, rencanaku, karena kesulitan kami adalah memisahkan si makhluk dari tubuh manusia yang dihinggapi, maka aku pikir mantra dari kalian sangat membantu kinerja kami dalam memusnahkan makhluk itu tanpa menyakiti manusia."     

"Nak, kenapa kau dan timmu tidak ingin menyakiti manusia?" tanya salah satu paman Naru. Dia sangat heran kenapa ada iblis yang masih memiliki rasa iba pada manusia biasa. Sungguh bertentangan dengan kebiasaan iblis yang kerap menyakiti dan menyesatkan manusia.      

"He he ... sebenarnya aku tidak sepenuhnya iblis. Dan begitu juga ibuku. Bahkan ayahku pun bukan iblis pada awalnya." Jawaban dari Jovano ini cukup membingungkan banyak orang di pendopo itu. "Naru belum menceritakan pada kalian?" tanyanya dengan alis terangkat naik semuanya.      

"Hei, kau malah belum menceritakan padaku, Jo!" Naru meninju pelan lengan Jovano.     

"Ohh, iya kah? Ha ha ha, maaf, aku terlupa kalau begitu." Jovano melontarkan tawa kecil ke temannya dan kemudian mulai serius menjawab, "Ibuku lahir dari manusia yang dikawini iblis ... secara paksa, ehem! Lalu ayahku ... dia putra dari manusia dan angel."     

"Tunggu! Tunggu!" Salah satu bibi Naru sampai kaget. "Kau ... kau bilang ayahmu ... ayahmu keturunan angel dan manusia?" Matanya membola ketika menanyakan itu ke Jovano.     

Si putra sulung Andrea mengangguk. "Ya, bahkan dikatakan bahwa kakekku adalah salah satu dari malaikat golongan archangel."      

"Ohh, ya dewa! Dia keturunan tenshi( = malaikat, dalam budaya pop Jepang)!" Paman lainnya Naru terperanjat.      

"Jadi ... bisa dikatakan ... kau ini bukan iblis berdarah murni?" tanya kepala keluarga.      

"Seperti itu." Jovano mengangguk.      

"Hm ..." Banyak orang yang menghirup napas banyak-banyak di situ. Sehebat apa makhluk yang disebut tenshi dalam kepercayaan orang Jepang? Sangat kuat, dan itu adalah entitas yang mampu melawan iblis dengan seimbang melebihi entitas lainnya.      

Yang mengejutkan bagi mereka, orang tua Jovano adalah jenis ras yang saling bertentangan. Seberapa ironis itu?     

"Hm, baiklah ... karena aku memandang dari darah ayahmu, maka aku akan mempercayai kau dan timmu. Kalian boleh menggunakan mantra kami." Kepala keluarga tetap bersikap tenang seperti biasanya meski hatinya bergejolak bagai tengah ada badai menderu-deru karena asal-usul Jovano yang luar biasa.      

Mereka belum bertemu Pangeran Djanh yang benar-benar keturunan dari iblis murni dan angel murni. Mungkin mereka akan terjengkang dan salto puluhan kali ke belakang kalau tahu.     

"Ano ..." Jovano sepertinya harus meluruskan beberapa detil. "Sebenarnya bukan maksudku untuk menggunakan mantra kalian."     

"Lalu? Yang bagaimana yang kau sebut kerja sama itu?" tanya kepala keluarga.     

"Aku harap, kalian bisa mengajari ibuku yang ahli dalam ilmu array untuk bisa menggabungkan array dia dan mantra kalian dalam satu kesatuan utuh yang bisa bekerja dengan efektif dan efisien." Jovano menerangkan yang dia inginkan.      

"Hm, tidak masalah. Kau bisa memanggil ibumu kemari, kami bisa menunggu. Mungkin kau bisa menginap di sini sampai besok kau bisa memanggil ibumu." Kepala keluarga mengangguk-angguk paham dengan maksud yang Jovano inginkan.      

"Um, sekarang pun bisa, Senior." Lalu Jovano memegang anting komunikasinya dan menekan. "Mom, ke sini, deh!"     

Di seberang sana, di Alam Cosmo, Andrea menjawab, "Nanti, Jo! Tanggung, nih! Bentar lagi mungkin bakalan keluar hasilnya!"     

"Mom, di sini aku punya solusi. Lekas keluar, please!" Jovano berbicara lirih di bawah tatapan heran sekaligus takjub orang-orang di situ.      

"Haahh ... kau ini!" Andrea mendengus dan akhirnya dia pun keluar dari Alam Cosmo dan langsung muncul di dekat Jovano. Namun, alangkah terkejutnya dia melihat ada banyak pasang mata menatap dia penuh takjub dan melongo. "E-ehh ... hai hai ... he he ..." Dia segera merapikan rambut atasnya dan membereskan pakaian beserta mengusap wajah yang masih cemong.      

Lekas saja Andrea menoleh tajam ke anaknya seolah dia meminta penjelasan kenapa dia dipanggil di tempat antah berantah begini dan saat penampilan dia paling kucel, pula! Itu sungguh menurunkan harga diri dia sebagai wanita tercantik abad ini (katanya sang suami, sih!)     

"U-umm ... Mom, ini mereka keluarganya Naru." Jovano menjelaskan singkat.      

"Ohh ... hai ... ahh, maksudku ... salam kenal, saya Andrea, ibunya Jovano." Putri Cambion segera membungkuk sebagai salam hormat pada mereka sambil mulai ikut duduk melipat kaki ke belakang seperti semua yang di sana.      

"Mom, mereka memiliki mantra yang bisa mendorong keluar makhluk asap hitam." Jovano segera saja berkata pada intinya.      

"Wuah! Itu bagus!" pekik Andrea tak ditahan-tahan. "Kita tidak lagi susah bikin mereka jadi arang gosong abu gosok!" Tangan dikepalkan dan dipukulkan ke telapaknya sendiri seraya kepala mengangguk tegas.      

"Apakah Mom bisa menggabungkan mantra array Mommy dengan mantra mereka?" Jovano memandang sang ibu dengan penuh harap.      

"Harus bisa!" Andrea mengangguk tegas sekali lagi. "Karena kalau itu berhasil, maka kita bisa menolong banyak manusia!"      

Anggota keluarga Naru di pendopo masih melongo dan semakin yakin bahwa Andrea memang masih memiliki darah manusia meski entah hanya berapa persen, karena dia perduli pada manusia.      

"Sebentar, aku panggil dulu Ro." Lalu Andrea langsung saja memunculkan Rogard, asisten dia dalam setiap tindakan penelitian Andrea di Pondok Alkemia. Keluarga besar Naru semakin takjub dengan yang dilakukan Andrea di depan mata mereka.      

"Wah ... sepertinya jadi keturunan iblis itu ada enaknya juga, yah!" gumam lirih salah satu dari bibi Naru.      

"Huss!" Suaminya yang ada di sebelahnya lekas menyenggol lengannya agar tidak lagi memiliki celotehan ngawur.     

Kemudian, Andrea dan Rogard dibawa oleh tetua dan beberapa bibi ke sebuah ruangan khusus. Di sana, mereka mengajarkan mengenai mantra itu. Andrea yang sudah mengerti dasar-dasar mengenai ilmu mantra dan array, lebih mudah menerima pengajaran dari mereka, apalagi ketika dia harus menjajal di kertas mantra, dia hanya gagal beberapa kali saja setelah akhirnya lancar.     

Tapi kesulitan proses itu adalah menggabungkan mantra array dengan mantra shinto milik garis keturunan onmyouji yang sangat kental bernapaskan ajaran onmyodo. Andrea selalu gagal ketika dia menuliskan mantra array pada kertas mantra berwarna kuning milik keluarga Naru.     

"Aku paham maunya Jo," tutur Andrea setelah kegagalan kelimanya. "Dia ingin sebuah mantra yang memiliki kekuatan bisa mendorong keluar si makhluk asap dan juga langsung memusnahkan makhluk itu dengan api ungu." Dia bicara pada Rogard.      

"Berarti, maksud Tuan Putri adalah ... mantra untuk mengeluarkan si makhluk dan sekaligus punya api ungu di dalamnya?" Rogard mulai paham.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.