Devil's Fruit (21+)

Hanya Bercanda



Hanya Bercanda

0Fruit 1047: Hanya Bercanda     

"Ada apa ini?" teriak salah satu dari penghuni senior di kuil tersebut. Sementara yang lainnya tergopoh-gopoh karena merasakan adanya fluktuasi energi yang bisa mereka rasakan melalui deru angin dari kekuatan pria paruh baya tadi.      

"Iblis?" Salah seorang perempuan dewasa yang datang pun mengenali asal usul Jovano.      

"Hah? Iblis?" Yang lainnya terkejut bukan main.     

"Awas! Dia berbahaya! Dia kuat! Om basara sojirishuta gonji harajuta sowaka! Rin! Kyo! Retsu! Zai! Kai! Sha! Tou! Lepas!" seru si paman lagi sambil membuat segel tangan, namun kali ini agak berbeda.      

Sedangkan wanita tadi segera membentuk segel tangan dan berdiri di samping si paman. "Om sojirishuta jite rashi itara jiba ratano sowaka! Rin! Pyo! Tou! Sha! Kai! Jin! Zai! Retsu! Zen! Pergi!     

Jovano terserang dilema. Jika dia memunculkan tenaga untuk bertahan, dia khawatir akan melukai anggota keluarga Naru, tapi jika dia tidak berbuat apa-apa, entah apa yang akan terjadi padanya, karena yang tadi saja sudah bisa membuat dia terdorong ke belakang beberapa kaki.      

"Kubilang ... JANGAN!" teriakan Naru terdengar nyaring di petang itu seraya dia memunculkan Garuga, shikigami dia. Lekas saja, Garuga mengeluarkan perisai dewanya untuk menahan serangan dari paman dan perempuan itu.      

Namun, ternyata Garuga tidak bisa menahan dua serangan sekaligus, dia terpental mundur. Jovano terpaksa memunculkan perisai cahaya dia yang diberi oleh sang kakek untuk memblokir serangan mantra onmyouji tadi.      

"Hei, hei ... apa-apaan kau ini Naru?" teriak pamannya. "Kenapa kau malah keluarkan Garuga? Apa kau ingin mengorbankan shikigami-mu sendiri, huh?!" Pria itu melotot ke Naru sambil mengomel disela pembacaan mantranya.      

Sementara itu, Jovano menambahkan kekuatan defensif dia untuk bertahan dari dua serangan sekaligus yang diarahkan padanya. Itu bagaikan dua semburan angin kencang yang harus dia tahan menggunakan perisai cahaya dia.      

Namun, akhirnya, Jovano menggunakan kibasan tangannya untuk membelokkan serangan angin itu sehingga terkena ke pohon.      

"Kalian! Dia ini Jovano! Jo yang sering aku ceritakan! Yang ikut membantu aku memusnahkan Kyuubi!" Naru terpaksa berteriak kencang agar para senior keluarganya mau mendengarkan dia.      

"O-ohh? Dia si Jovano itu?" Perempuan tadi lekas menarik kembali kekuatannya.      

"Iya! Itu Jo yang sering aku ceritakan ke kalian!" Naru kesal. Seenaknya saja keluarganya menyerang seseorang yang datang bersamanya.      

Sang paman paruh baya itu sudah berhenti memberikan serangan begitu dia tahu itu adalah yang bernama Jovano. "A-aha ha ha ... bercanda ... yang tadi itu hanya bercanda ..." Ia menggaruk belakang kepalanya sambil tertawa garing. Selain salah menyerang, dia juga termasuk kalah karena serangannya bisa dibelokkan Jovano dengan mudah.      

"Huft!" Naru mendengus keras.      

Kemudian, setengah jam berikutnya, Jovano sudah ada di ruang utama di pendopo rumah inti. Naru sudah mengatakan pada para senior keluarganya mengenai apa yang diminta oleh Jovano.      

"Kalian harus tahu, timnya Jo ini sangat berjasa besar dalam pemusnahan banyak makhluk asap akhir-akhir ini!" Naru bersemangat menceritakannya. "Bahkan timnya punya buah yang membuat makhluk asap ngiler setengah mati sampai gila!"      

Jovano tersenyum canggung. Ia pun menceritakan yang dia ketahui mengenai makhluk asap hitam. Dia tidak bisa menyembunyikan fakta apapun saat ini di depan keluarga besar Naru, karena dia membutuhkan mereka dan waktu pun telah semakin mendesak.      

Apalagi ketika Jovano menceritakan bahwa ada pihak yang menciptakan vampir dan disusupi makhluk asap, para anggota senior keluarga Naru terperanjat.      

"Ini ngeri!"     

"Harus segera dihentikan, ya kan?"     

"Rasanya memang sudah gawat!"     

Mereka saling berkomentar. Terlebih lagi saat Jovano menceritakan mengenai ada makhluk asap yang sudah bisa menggunakan kekuatan api iblis.      

"Ohh, tidak ... aku tidak mau kondisi jadi semakin runyam."     

"Bumi tidak boleh musnah!"     

"Aku setuju dengan permintaan Jo."     

"Ya, sepertinya kita memang harus bekerja sama dengan pihaknya."      

"Naru, kau bawa keluar dulu temanmu ini, kami harus merundingkan ini karena ini menyangkut masalah tidak sepele." Kepala keluarga pun memerintahkan pada Naru untuk membawa Jovano keluar dari pendopo tersebut.      

"Baik, Kakek." Naru patuh dan berdiri bersama Jovano untuk pergi ke bagian lain dari kuil, sementara para senior keluarga itu harus berunding.     

Banyak senior keluarga Naru yang berpendapat bahwa mereka memang mau tidak mau harus bekerja sama dengan timnya Jovano, terlepas apakah itu iblis atau bukan. Mereka hanya ingin bencana makhluk asap hitam bisa lekas ditangani.      

Tapi, salah satu tetua keluarga kurang setuju karena bagaimanapun juga Jovano dan timnya adalah iblis, dan kaum onmyouji tidak semestinya mempercayai iblis.      

Terjadi perdebatan dua kubu yang cukup alot. Masing-masing kubu bertahan dengan pendapat masing-masing.      

"Masa depan bumi harus dikedepankan melebihi apapun!"     

"Tapi tidak perlu dengan menaruh harapan pada iblis, kan?"     

"Memangnya kau bisa sendiri memusnahkan makhluk asap itu?"     

"Bagaimana kalau para iblis itu menyalahgunakan kepercayaan kita? Ingat, mereka adalah iblis, mereka penuh tipu daya kejam! Leluhur kita dari dulu berperang melawan iblis! Bukan bekerja sama!"     

"Ya ampun, bisakah otak lawasmu itu kau bersihkan dulu dari kerak dan debu? Kau begitu kuno!"     

"Apa kau bisa menanggung akibatnya jika terjadi hal yang aku khawatirkan tadi?"     

"Apa kau lupa? Dia itu temannya Naru! Dia Jovano yang sudah membantu Naru menaklukkan kyuubi jahat!"     

"Tidak ada jaminan bahwa iblis akan selamanya berbuat baik dan terpuji, bisa saja waktu itu dia hanya sedang bosan dan iseng membantu Naru saja."     

"Ya ampun, kau ini ... kepala botakmu mungkin harus kupukul pakai irus agar otakmu bisa sedikit encer!"     

"Kau berani?!"     

"Kenapa tidak? Demi keselamatan banyak manusia, aku pasti berani!"     

"Ehem!"     

"Lihat saja nanti kau!"     

"Kau pikir aku takut?"     

"Ehem!"     

"Sebaiknya kau latih terlebih dahulu mudra-mu agar bisa sempurna dan tidak salah guna!"     

"Heh? Kau malah bawa-bawa mudra-ku?!"     

"EHEM!" Akhirnya kepala keluarga pun memperkeras dehemnya naik dua oktaf untuk menghentikan perdebatan tak jelas dua anggota keluarganya yang kian lama tidak karuan membahas yang tidak relevan.      

Segera saja mereka terdiam semua ketika kepala keluarga sudah seperti itu.      

"Masih ingin berkelahi?" tanya kepala keluarga.      

"Tidak, Kakek. Kami tidak berani ..." sahut yang lainnya dengan suara lirih.      

"Aku sudah memikirkannya ... dan sepertinya kita bisa mencoba." Kepala keluarga berkata menggunakan suara berat dan dalam dia. Sungguh sebuah suara berwibawa yang memang pantas dipunyai seorang kepala keluarga.      

"Mencoba ... bagaimana, Kek?"     

"Tentu saja mencoba bekerja sama dengan tim temannya Naru!" Kepala keluarga mendadak hampir kehilangan kesabarannya. Terkadang para anggota keluarganya ini sangat menguji ketahanan hatinya.      

"Ka-Kakek! Kau serius?" tanya yang menentang Jovano.      

"Wah! Kakek, hari ini kau kenapa bisa ganteng seperti itu!" sambung perempuan yang tadi berdebat dengan sepupu lelakinya.      

"Hei ... apa kau pikir aku hanya ganteng hari ini saja, hm?" Kepala keluarga menatap tajam perempuan itu.      

"O-ohh ... ha ha ha ... hari ini Kakek lebih ganteng dari ganteng yang kemarin!" Perempuan itu tidak kehilangan jurus silat lidahnya.      

"Kakek ... benarkah Kakek ingin mencoba bekerja sama dengan ras iblis? Apakah itu tidak menyalahi aturan komunitas kita?" Lelaki tadi masih tak percaya kenapa kepala keluarga yang awalnya tidak setuju, kini beralih jadi setuju.     

"Hm ... apa kau meragukan keputusanku?" Mata kepala keluarga ganti menatap tajam ke lelaki itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.