Devil's Fruit (21+)

Menginterogasi Sendirian



Menginterogasi Sendirian

0Fruit 1022: Menginterogasi Sendirian     

Jovano sudah meminta Naru untuk merahasiakan apa yang terjadi barusan dan dia yakin Naru pasti takkan keberatan. Apalagi mereka berdua masing-masing memiliki rahasia meski rahasia Jovano lebih akan membuat otak siapapun akan meledak karena tidak menyangka.      

Siapapun teman manusia Jovano takkan percaya bila Jovano yang mereka kenal sebagai pribadi menyenangkan, ramah dan baik itu adalah iblis. Meski telah mengalami darah campuran, namun tetap saja gen iblis lebih mendominasi tubuhnya.      

Setelah menyelesaikan urusan dia dan berbincang sejenak dengan Naru, Jovano pun pergi dan keluar dari kampus. Tapi dia tidak pulang ke rumah dia, melainkan masuk ke dalam alam pribadi dia. Tentu saja untuk menemui makhluk asap hitam yang berhasil dia lempar ke alam dia meski masih merasuki salah satu mahasiswa.      

Di alam yang belum dia tentukan apa namanya itu, segera saja Jovano mengerahkan kekuatan pikiran dia untuk mencari dan melacak di mana keberadaan makhluk itu bersembunyi. Setelah berhasil menemukan lokasinya, dia segera saja menggunakan kekuatan pikiran sekali lagi untuk menarik tubuh mahasiswa ke hadapan dia.     

Ini sungguh membutuhkan tenaga yang lumayan besar dan boros. Begitu dia berhasil menarik paksa makhluk itu dan menaruh di depannya, dia terengah-engah. Padahal Jovano termasuk orang yang susah dibuat lelah meski dalam medan peperangan sekalipun. Memang perkataan ibunya dan juga Weilong benar, bahwa jangan meremehkan penggunaan kekuatan pikiran karena itu terkadang bisa lebih melelahkan ketimbang menggunakan kekuatan fisik.      

Bisa dibayangkan seberapa kuatnya si naga Weilong yang ahli dalam hal ilusi. Tidak disangka bahwa di dalam tubuh kemungil Weilong, ternyata dia memiliki tenaga yang sangat besar. Yah, ras naga memang tidak bisa diremehkan.      

"Huft, kau benar-benar merepotkan, yah!" Jovano menyisir ke belakang rambut menggunakan dua tangannya saking lelahnya. Ia pun terpaksa mengeluarkan buah energi roh matang yang terlihat ranum dan menggigitnya. Segera saja aroma manis dan rasa luar biasa segar penuh energi mengalir masuk secara masif ke tubuh Jovano.      

Melihat apa yang ada di tangan Jovano, makhluk itu menggunakan tubuh si mahasiswa untuk menerjang ke arah Jovano, namun sang putra Cambion lebih gesit dan berkelit secara mudah. Makhluk itu terus mengejar, berhasrat menginginkan buah energi roh yang terus digigit Jovano hingga akhirnya tinggal satu gigitan terakhir. "Arrghh!"     

"Kau mau?" tanya Jovano sambil dia melambai-lambaikan buah yang telah berubah kecil itu ke depan, menggoda si makhluk asap.      

"Rrhaakkhh! Kau ... sialan!" maki si makhluk.     

Jovano tertawa keras. "Kau tau, aku punya banyak buah seperti itu." Dia semakin menggoda si makhluk.      

"Katakan apa syaratnya?" Si makhluk sepertinya jenis yang cerdas, karena dia segera tenang meski pandangan tajam dia terus terarah ke Jovano, mengawasi sang putra Cambion.     

"Jika aku lihat dari apa yang sudah kau lakukan, aku yakin kau sudah beberapa hari merasuki tubuh itu, ya kan?" Jovano duduk santai di atas batu besar, bersila sambil menghabiskan gigitan terakhir buah energi roh di bawah tatapan menusuk si makhluk.      

"Huh! Apa urusannya denganmu aku sudah lama di tubuh ini atau belum." Si makhluk menyeringai.      

"Tentu saja itu menjadi urusanku. Aku tak mau teman-temanku dirugikan olehmu." Jovano mengangkat bahu.      

"Memangnya dia temanmu?"     

"Hm, bukan, sih! Tapi tetap saja aku tak suka kalau kau memanfaatkan manusia menjadi bonekamu."      

"Ha ha ha!" Makhluk itu tertawa keras sampai dagunya terangkat tinggi dan tangan memegangi perut saking terpingkalnya. "Luar biasa sekali! Ras iblis mengasihani dan perduli pada manusia?! WA HA HA HA!" Lalu detik berikutnya, makhluk itu langsung hentikan tawanya dan mengganti dengan pandangan tajam, "Jangan membuatku mual karena kalimat memalukanmu itu."     

"Yah, aku sih tidak perduli kau mual-mual atau kelojotan sekalipun." Dengan santai, Jovano mengeluarkan buah energi roh dan membuat buah itu melayang di udara depan dia namun dia menambahkan api hitam yang berputar mengelilingi buah itu.      

Tentu saja makhluk asap hitam sangat geram melihat itu. Bisa-bisanya Jovano menggoda dia sejauh demikian. Makhluk itu melesat menerjang Jovano, hendak mencakar atau apapun yang penting bisa melampiaskan kekesalan dia.      

Wushh!     

Dengan mudahnya, Jovano mendorong si makhluk tanpa dia perlu menyentuhnya, cukup dengan tenaga Mossa seperti milik Andrea, ibunya. Ternyata Jovano juga mewarisi itu.      

"Luar biasa sekali kenekatanmu itu!" Jovano belalakkan mata herannya. "Kau tau aku punya api hitam, tapi kau malah menerjang aku?"     

"Wa ka ka ka!" Makhluk itu tertawa menyebalkan masih dengan pandangan tajam ke Jovano. "Untuk apa takut? Toh, kau takkan melemparkan api hitammu itu selama aku masih ada di tubuh manusia ini, ya kan? Wi hi hi hi ... inilah yang kau dapatkan kalau kau lemah karena manusia! Iblis payah!"     

"Yah, terserah saja sih apa yang kau omongkan." Jovano seolah tidak begitu perduli diejek macam-macam oleh si makhluk. "Kita beda aliran, bro! Tidak masalah. Itu hak asasi." Dalam hatinya, Jovano sebenarnya mengutuk keras-keras makhluk itu karena paham bahwa dia takkan berbuat apapun untuk menyakiti si makhluk selama itu bersembunyi di tubuh manusia.      

Jovano sengaja menghadapi si makhluk ini sendirian tanpa memberitahu keluarga dan timnya karena dia ingin secara pribadi mengetahui apa sebenarnya motif dari si makhluk ini merasuki manusia. Apakah ras mereka hendak menginvasi bumi manusia? Jika memang demikian, betapa merepotkannya!     

Setelah menginterogasi si makhluk selama beberapa jam, sepertinya Jovano mulai bisa meraba kira-kira apa tujuan makhluk-makhluk asap hitam itu merasuki manusia.      

"Aku janji akan berikan kau buah energi roh asalkan kau keluar dari tubuh itu." Jovano membujuk si makhluk.     

"Tidak mau. Kau akan membunuhku begitu aku keluar dari tubuh ini." Makhluk itu tak mau diperdaya. Dia adalah jenis makhluk asap dengan intelejensia tinggi, mampu berpikir, tidak hanya menggeram dan meraung saja seperti yang kelas rendah.     

"Tidak, aku janji padamu. Sungguh! Yang penting kau lepaskan manusia itu, dan aku akan berikan DUA buah energi roh. Tapi kalau kau masih tak mau percaya dan memaksa terus di tubuh itu, yah silahkan saja di sini sampai kapanpun." Jovano menampilkan wajah acuh tak acuh.     

"Kau takkan mungkin tega membiarkan manusia ini terus di sini. Dia pasti butuh makan, kan? Atau manusia ini bisa mati kelaparan."     

"Dan jika manusia itu mati, kau akan tak punya pilihan selain keluar dari dia, ya kan? Saat itu, aku bisa meringkusmu lebih mudah."     

"Tapi manusia ini akan mati kelaparan."     

"Yah, itu kan gara-gara kau. Aku palingan berpikir bahwa mungkin apesnya orang itu saja dirasuki olehmu yang tidak memperdulikan nyawa inangnya."     

Si makhluk menggeram menggigit gerahamnya saking kesal kalah debat dengan Jovano. "Baiklah, aku akan keluar, tapi kau harus berjanji tidak akan membunuhku jika aku sudah keluar."      

Jovano mengangguk. Si makhluk pun mulai keluar dari tubuh mahasiswa tersebut dan Jovano langsung menggunakan pikrian dia untuk mengeluarkan mahasiswa itu keluar dari alam pribadi dia, mengirim ke tempat yang sepi agar tidak aneh.     

Mengantongi apa yang sudah berada di asumsinya, Jovano pun segera keluar dari alam pribadi dia untuk menemui tim dia. Mungkin bisa sekalian mengadakan rapat darurat.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.