Devil's Fruit (21+)

Kepergok Sang Ibu



Kepergok Sang Ibu

0Fruit 1013: Kepergok Sang Ibu     

Malam itu, Jovano menginap di apartemen Nadin. Bagi para penghuni di sana, adanya lelaki menginap itu sudah cukup lumrah, yang penting tidak saling mengganggu saja.     

Dia pun sudah meminta ijin ibunya dan bagai sedang kejatuhan durian, sang ibu menyetujui. Atau mungkin Andrea saat dihubungi anaknya, dia sedang sibuk meladeni suaminya hingga dia secara acak berkata ya pada Jovano?     

"Ehh! Tadi Jo tanya apa, yah?" Andrea bertanya ketika dia selesai membuat sang suami menyerahkan cairan padanya setelah yang ketiga kalinya. "Kayaknya dia nanya ijin deh, apa dia belum pulang ke rumah?"     

Andrea hendak bangkit dari duduknya untuk mengecek sang putra, dan tangan suaminya sudah terburu menarik dia agar kembali rebah di sampingnya, dan berkata, "Sudah, sayank, tak perlu mencari Jo, dia sudah dewasa dan dia juga kuat." Dante kembali menindih sang istri.      

"Dan, tapi dia ini nginep di mana?" Andrea hendak berkelit dari cumbuan tuan Nephilim.      

"Dia sudah 19 tahun lebih, sayank. Dimanapun dia tidur, dia tau mana yang empuk dan nyaman." Dante mengerling nakal sambil mulai membuka kaki istrinya agar bisa menusukkan pusaka tegangnya sekali lagi. Sepertinya tuan Nephilim tau keberadaan sang anak?     

"Dan-uurghh ... kamu tuh ... emang masih bisa lagi?" Andrea pasrah saja ketika dua tangannya disatukan di atas kepala sambil suaminya mulai menghentak perlahan dirinya.      

"Apakah kau meragukan kemampuanku ini, sayank?" Tatapan tajam sarat kemesuman sudah memenuhi pandangan Dante ke Andrea.      

"Arghh! Ya ampun, kamu-harrhh! Dante! Arghh!" Dan Andrea pun mulai lupa dengan Jovano karena suaminya mulai bergerak menggila beringas padanya.     

-0-0-0-0-     

Pasangan Jovano dan Nadin makin hari makin intim. Mereka sudah tidak malu-malu lagi dalam menunjukkan perasaan mereka setiap bertemu.      

Hampir setiap bertemu, Jovano menginginkan hal "itu" dari Nadin. Dia sudah kecanduan akan pesona gadis itu. Untung saja dia selalu ingat untuk mengubah cairannya menjadi tanpa benih sama sekali agar Nadin tidak perlu hamil.      

Sungguh, jika Nadin sudah lulus SMA, Jovano tidak akan menahan-nahan diri dan dengan siap menghamili Nadin agar bisa memperistri gadis itu.      

Jovano mendapatkan tips dan cara dari Kenzo bagaimana mengubah cairan sprema menjadi cairan kosong tanpa benih apapun. Meski awalnya saat menanyakan itu pada Kenzo dia agak sungkan dan malu, namun karena Kenzo bisa menebak, Kenzo pun langsung berikan tata caranya dan akhirnya Jovano dengan leluasa bertukar pikiran dengan Kenzo.      

Sang pangeran muda merasa lebih nyaman membicarakan mengenai "itu" dengan Kenzo ketimbang ayahnya, karena jika dia bicara pada Dante, pasti akan tersambung juga ke ibunya nanti dan bisa dipastikan akan mendapatkan omelan panjang lebar tinggi.      

Yah, namanya juga orang tua, pastilah ingin semua yang terbaik dan benar untuk anaknya. Meski Andrea kadang diingatkan oleh suaminya untuk lebih santai menjalani hidup. "Sayank, kita ini tergolong ras iblis, kita tak perlu memiliki kewajiban untuk menjaga moralitas seperti manusia. Jangan terlalu menyiksa dirimu dengan segala ini dan itu seperti manusia."      

"Tapi tetap aja aku masih kerasa aneh kalo mo gila kayak iblis, Dan. Yah, kamu sih dari orok kagak hidup ama manusia, jadinya bisa cuek menerobos tata aturan buatan manusia, lah aku kan dari kecil ampe abege hidup bareng manusia. Dan ini aja masih ama manusia juga." Andrea memberi bantahan.      

"Iya, tak masalah, hanya ... jangan persulit dirimu dengan aturan manusia. Kita ini bukan malaikat, bukan orang suci, jadi ... santai saja." Dante mengedipkan satu mata sembari ucapkan itu. "Oh ya, mana Veve? Apakah dia ada jadwal seiyuu hari ini?"     

"Umm, kayaknya ada nanti sore. Kamu mau anter dia? Aku mo tengok Schubert. Tadi salah satu pegawai nanyain Mango Moscato masih ada stok gak di gudang. Aku musti kasi ke mereka yang udah aku bawa di RingGo." Andrea menyisir rambut ikal panjangnya menggunakan tangan sesudah dia menggunakan curling iron.      

"Perlu aku temani ke Schubert?" tanya Dante.      

"Gak usah. Aku bisa sendiri." Andrea senyum ke suaminya dan bangkit dari kursi riasnya dan menggapai tas tangan dia.      

"Hati-hati di jalan dan jangan nakal, oke?" seru Dante sebelum istrinya mencapai pintu.      

"Apa aku pernah nakal, sih?" Andrea menjulurkan lidahnya.      

Dante ingin menjawab mengenai Giorge tapi urung. Rasanya kurang pantas jika membicarakan yang sudah meninggal, apalagi dalam aspek yang kurang baik. Dia pun membalas ulah Andrea dengan kuluman senyum. Dia harus mandi dan ke kantor sebentar lagi.     

Ketika siangnya Andrea pulang sebentar ke mansion sebelum dia akan kembali ke Adora, dia heran melihat kehadiran sepatu asing di depan pintu kamar Jovano. Dan dia yakin itu bukan sepatu lelaki.      

Dia pun menggunakan tubuh transparan dia untuk melongok sebentar apa yang terjadi di dalam. Alangkah kagetnya Andrea ketika mendapati putra sulungnya sedang menindih dan bergerak-gerak liar di atas tubuh perempuan telanjang.      

Segera saja Andrea tarik lagi kepalanya dari pintu dan kini buka pintu tersebut menggunakan tubuh normal dia. "Astaga, Jo!"     

"Awwhh!" Nadin menjerit dan mendorong Jovano dari atas hingga si lelaki terguling dan jatuh dari ranjang ke lantai. Gadis itu lekas menyambar bantal untuk menutupi tubuh tanpa busananya.      

"Mom!" Jovano menatap tak percaya pada ibunya. Padahal pintu sudah dia kunci bahkan telah dia pasang array penghalang. Tapi karena ilmu array dia masih di bawah sang ibu, wajar saja jika Andrea dengan mudah menembusnya.      

Andrea berkacak pinggang dengan satu tangan sambil mengulum bibir disertai pandangan "kau ketahuan, pangeran kecil".      

"Nyo-Nyonya, maaf!" Nadin lekas duduk sambil terus memeluk bantal untuk menutupi tubuh depannya. Wajah Nadin kacau dan sama juga dengan rambutnya.      

"Jo, apakah dia sudah berumur 18 tahun?" tanya Andrea.      

"Dia ..." Jovano ingin menjawab sesuatu tapi mendadak, semua kalimat menghilang dari lidahnya. "Hghh ... oke, Mom, aku tau apa yang hendak Mom katakan, tapi bisakah menunggu kami?"     

"Jo!" Andrea memberikan muka tak percaya dengan jawaban sang putra.      

"Mom ..." Lalu, akhirnya, Jovano mengirimkan telepati ke ibunya secara diam-diam tanpa ketahuan Nadin. Tentu saja, kan? 'Mom, jangan permalukan aku di depan pacarku, oke?'     

'Jo, dia belum pantas melakukan ituan ama kamu!'     

'Mom, dulu Mom juga seusia Nadin waktu pertama ituan ama Dad.'     

'Astaga! Aku gak percaya kamu bisa-bisanya nyebut soal itu.' Andrea mendelik dan Jovano memberikan balasan tatapan memohon.      

Ini agak terlihat membingungkan sekaligus bagi Nadin yang tak tau apa-apa. Dua orang di depannya itu saling tatap tanpa mengatakan apapun juga. Apakah mereka sedang lomba melotot?     

"A-aku lebih baik pulang." Nadin buru-buru hendak turun dari ranjang.      

"Tidak usah!" seru Andrea dan Jovano berbarengan.      

Nadin melongo, ini kenapa dua orang itu sekarang malah kompak dan tidak memperbolehkan dia pulang?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.