Devil's Fruit (21+)

Boleh? (21+)



Boleh? (21+)

0Fruit 1012: Boleh? (21+)     

Sepertinya kerinduan membuat kedua muda-mudi itu melampiaskan perasaan tanpa bisa dikendalikan lagi. Bara di tubuh mereka tak bisa dipadamkan lagi, melahap jiwa dan otak mereka akan api libido yang terus menyala.      

Ketika kedua muda-mudi itu sudah sama-sama tanpa sehelai kain satupun, keduanya saling berpandangan, menautkan tatapan mereka dalam pijar hasrat yang tak mungkin surut.      

Lantas, entah siapa yang memulai terlebih dahulu, cumbuan terlahir kembali usai tautan pandangan disudahi, berganti dengan saling menautkan bibir satu sama lain. Pijatan berikut remasan Jovano pada payudara Nadin membuat gadis itu menggeliat dan melepaskan cumbuan demi bisa mengerang lirih.      

Jovano yang bersimpuh mengangkangi pinggang Nadin, memelorotkan dirinya agar dia bisa memerangkap kembali pucuk dada sang kekasih pada mulut rakusnya yang tiada berjeda menghisap-hisap benda kenyal kecil berwarna coklat pucat kemerahan selama sekian menit lamanya.      

Usai itu, mulut Jovano kian menjelajahi ke area bawah hingga akhirnya menemukan sesuatu yang lembab di pangkal paha Nadin, membukanya perlahan dan menyaksikan keindahan yang dulu sudah pernah dia saksikan tanpa gadis itu ketahui.      

Pria muda itu sungguh tidak menyangka bahwa hari ini akan tiba juga. Entah sudah berapa ribu jam sejak dia mengintip diam-diam ketika Nadin telanjang membuatnya kacau hingga kini dia bisa leluasa memandangi bahkan menyentuh tanpa khawatir lagi.      

"Angghh ... Joovvvhh ..." erang Nadin ketika mulut Jovano mulai mencapai benda paling peka di tubuhnya, mengakibatkan dia melengkungkan punggung karena sensasi luar biasa dia rasakan bagai diterjang sesuatu yang asing.      

Erangan manja Nadin terlalu merdu di kuping Jovano, mengakibatkan pria muda tersebut semakin menggila di spot tersebut hanya supaya dia bisa terus mendengarkan namanya disebut secara sensual membangkitkan libido dia ke tingkat puncak.      

Jovano tak tahan lagi. Setelah beberapa menit bermain-main di area basah tersebut menggunakan lidahnya, ia pun kembali ke utara, menemukai bibir sang kekasih untuk ditautkan bersama seperti sebelumnya.      

Saat bibir itu saling terlepas untuk menghirup oksigen baru, Jovano berbisik, "Boleh?"     

Awalnya Nadin kurang paham maksud Jovano, mereka bertatapan dan akhirnya gadis itu pun mengerti makna pertanyaan kekasihnya, dan dia pun mengangguk. "Boleh."     

"Baiklah, aku akan masuk sekarang, yah ... Nad ... aku mencintaimu," bisik Jovano sembari dia mulai eluskan ujung tombak jantan dia ke bibir intim Nadin, mengakibatkan gadis itu bergerak menggeliat saat mutiara peka dia digesek menggunakan sesuatu yang kenyal namun terasa runcing.      

"Jov-aaa ... a-aarrghhh!" Nadin memejamkan mata ketika benda tajam namun kenyal itu mulai menusuknya, bagai sedang merobek dirinya. Tangannya mencengkeram bahu Jovano, menenggelamkan kuku pada kulit daging sang kekasih meski tak sampai berdarah, namun pasti akan berbekas sekejap jika dilepaskan.      

Jovano terus memperhatikan ekspresi dari sang kekasih, rasanya sudah tidak bisa mundur lagi jika sudah begini. "Nad, sayank, tahan, yah ... aku akan perlahan ... eemmghh ..." Jovano kian mendesakkan miliknya dalam-dalam hingga akhirnya semuanya tenggelam dan menyisakan sedikit di pangkalnya saja.      

"Ssshhh ..." Nadin mendesis menahan sakit. "Jooov ... mmgghh ..."     

"Iya, sayank, maaf kalau ini menyakitimu. Maaf, yah ... aku mencintaimu, Nad." Jovano terus buraikan kata-kata surgawi yang biasa didengar wanita jika pria menginginkan sesuatu seperti ini. Bukan berarti Jovano sedang menggombal secara brengsek, dia sungguh mencintai Nadin, tidak bermain-main perasaan dengan gadis tersebut.      

Beberapa belas menit berikutnya, mereka sudah lebih luwes dalam bergerak, terutama Jovano, dia kini telah secara santai menggerakkan miliknya pada liang intim Nadin, mengguncang tubuh sang gadis dan menghentaknya tanpa jeda sembari berikan pelukan erat pada kekasihnya.      

Nadin terus mengerang serta merintih saat dia menikmati sensasi sakit namun nikmat yang mendera membuat dia tenggelam akan dilema hasrat.      

Hingga akhirnya, Jovano sudah tak tahan lagi dan dia pun mencabut miliknya sebelum meledak di dalam liang Nadin dan itu akan kacau nantinya jika terjadi. Jovano menyemburkan cairan pekat dia pada lantai kamar Nadin, tak tega menaruhnya pada tubuh sang gadis.      

Setelah selesai menuntaskan tetes terakhir, dia secara cepat membuka paha Nadin dan melakukan pemanjaan di sana tanpa perduli apakah ada noda darah atau tidak, itu bukan menjadi halangan bagi Jovano untuk memberikan kenikmatan tertinggi bagi si gadis.      

Nadin yang terkejut ketika dua pahanya dibuka lebar-lebar, hanya bisa memekik tertahan ketika lidah Jovano kembali merajai area lembab dia, bahkan dia tak sadar dua jari Jovano telah diam-diam disusupkan di sana sembari lidahnya terus bekerja.      

Gadis itu terlalu terbuai hingga dia baru sadar bahwa ada yang mengocok liangnya dan dia makin menguraikan erangan dia sembari bergerak gelisah ketika sesuatu dalam perutnya bergolak hendak memburaikan sesuatu dari liang intim dia.      

"Jooo! Jov! Joovvv!" Nadin gelagapan karena merasa ada hal aneh yang hendak melanda dia.      

Jovano yang sepertinya paham apa sedang terjadi pada sang kekasih, segera berbisik tanpa menjedakan kocokan jarinya. "Ayo, Nad, ayolah, sayank, keluarkan saja tidak apa-apa. Keluarkan apa adanya."     

"Ra-rasanya seperti hendak berkemih." Nadin panik. Hendak dicegah, tapi begitu susah. Itu bagaikan kereta cepat yang mustahil sekali dihentikan. Hanya ingin menerjang dan menerjang keluar.      

"Keluarkan, sayank, tidak apa-apa, percayalah." Jovano mulai duduk dan berkonsentrasi pada kocokan jarinya untuk meraba mana G-spot Nadin.      

Saat penemuan koordinat itu terjadi, Nadin tak bisa lagi memikirkan apapun. "A-aarghh! Jov! Jov! J-Joooovvvv!" serunya tertahan sambil melengkungkan punggung, mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan kemudian hempaskan kembali ke kasur sembari kejang-kejang kecil saat dia memuncratkan cairan dia bagai sedang berkemih pada sepreinya.      

Ketika selesai, Nadin ambruk lunglai dan terengah-engah. Jovano menatap secara takjub apa yang dia lihat di depan matanya. Begitu indah, Nadin bisa orgasme secara menyembur. Ini mirip seperti yang disebut Squirt.      

Yah, wajar jika Jovano mengerti istilah khusus itu karena dia sudah cukup umur untuk membuka situs dewasa. Ehem!     

Setelah semua terselesaikan, Jovano pun meraih Nadin, mengecup kening gadis itu sembari ucapkan, "Terima kasih, sayank, kau sungguh luar biasa, kekasih tercintaku." Dia tidak ingin salah ucap seperti Pangeran Zaghar pada Shona. Dia ingin Nadin merasa dicintai dengan benar.      

Jovano berkaca dari kesalahan Pangeran Zaghar.      

Nadin tersenyum lembut penuh damai usai mendengar perkataan manis Jovano dan dia berbisik lirih, "Rasanya aku kacau sekarang." Lalu keduanya pun terkikik bersamaan.      

Jovano kembali mengecup wajah Nadin sebelum dia beranjak turun dari tempat tidur. "Apakah kau mau ikut berbilas di kamar mandi?"     

"Sepertinya bahkan untuk turun dari kasur saja aku tak sanggup, Jov." Nadin menjawab dengan suara lemas.      

Tak menunggu lama ketika Jovano menggapai dan mengangkat tubuh Nadin lalu membopongnya ke kamar mandi. Nadin terpekik namun senang. Dia diperlakukan bagai seorang princess berharga milik Jovano, dan itu memang benar adanya.      

Setelah Jovano memasukkan tubuh Nadin secara perlahan di bathtub, dia berbisik dengan tanya pada sang gadis, "Bisakah kita mencoba di sini? Mengulang yang tadi sekali lagi?" Dia menatap nakal pada kekasihnya.      

Nadin tersenyum malu dan mengangguk kecil sambil tundukkan kepala.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.