Devil's Fruit (21+)

Curhat Pada Jovano



Curhat Pada Jovano

Fruit 1004: Curhat Pada Jovano     

"Kalo emang kamu gak mau ama Pangeran Abvru, yah mendingan kalian gak usah ketemu lagi aja daripada sakit hati salah satunya karena cinta bertepuk sebelah tangan." Jovano memberikan pancingan.      

Vargana segera saja merasakan ada yang berkerut tak nyaman di hatinya akan ucapan Jovano. "Aku ... aku kan gak bilang gak demen dia. Aku cuma ... butuh pelan-pelan, gak dipaksa ..."      

"Nah, Pangeran ... mulai sekarang kamu harus pelan-pelan aja ama Vargana. Jangan ngotot, jangan napsuan, yah! Biar ponakan aku ini nggak panik. Maklum, belom pernah punya pacar." Andrea menepuk dan merangkul pundak Vargana. "Masih cupu!"     

Kening Pangeran Abvru berkerut akan ucapan Andrea yang kurang dia mengerti maknanya. "Cupu? Apa itu?" Maklum saja, si pangeran incubus ini kurang banyak bergaul dengan orang-orang Indonesia seperti Andrea sehingga kurang apdet mengenai istilah gaul dalam kosakata Indonesia.     

"Cupu itu amatir, Pangeran." Jovano mewakili ibunya menjawab.      

"Masih ijo, Pangeran." Kyuna menyahut juga sambil terkikik dengan Kuro.      

"Ijo royo-royo! Hi hi!" Shelly bergumam agak keras sambil tertawa bersama Andrea.      

"Hei! Kalian tega banget, sih? Malah gosipin aku di depan hidungku!" Vargana berlagak cemberut.     

"Yah, bagus kan Vava, daripada kami gosipin kamu di belakang, hayo ..." Andrea menimpali keponakannya.      

"Oke, jadi ini sudah sah yah, bahwa Pangeran Abvru diterima jadi calon menantu Ronh dan Myren?" Tiba-tiba muncul King Zardakh di sana.      

"Tuan Baginda Raja!" Pangeran Zaghar lekas saja berlutut di depan King Zardakh. "Maafkan adik saya yang berbuat keonaran pada cucu Anda."     

Kemudian, Pangeran Abvru juga bergegas bersujud di depan King Zardakh. Tentu dia juga harus melakukan itu jika sang kakak saja melakukannya. Apalagi dia sedang merayu hati keluarga Vargana.     

"Ha ha ha ..." King Zardakh tertawa sambil mengelus jenggot imajiner yang sebenarnya tidak ada di dagunya. Mungkin sedang berhalusinasi memiliki jenggot naga. "jangan khawatir, Pangeran. Tentu saja memiliki hubungan besan dengan Kerajaan Isvax merupakan hal yang baik dan menguntungkan. Kenapa tidak?" Dia tidak menutupi itu.     

Vargana beringsut pelan untuk berganyut manja pada kakeknya. "Opa, kau yakin ingin calon cucu menantu seperti dia?" bisiknya nakal sambil melirik ke Pangeran Abvru.      

King Zardakh mencubit cuping hidung Vargana. "Hati-hati, Varga sayank ... bisa-bisa nanti kau akan tergila-gila dengan calon suamimu itu, loh!"      

Vargana menjulurkan lidahnya diiringi kerling nakal dia pada sang kakek, lalu mencibirkan bibirnya menggoda Pangeran Abvru. "Tidak akan."      

"Awas, nanti ucapanmu bisa berbalik, sayank ..." King Zardakh mengingatkan sambil mencubit lembut pipi cucunya.      

-0-0-0-0-     

Beberapa hari kemudian, perang antar kerajaan Iblis Lust di Underworld pun selesai. Kemenangan tentu saja didapatkan oleh aliansi yang didirikan oleh Orbth, Isvax, Huvro dan beberapa lagi. Mereka adalah kerajaan besar yang rupanya susah digoyahkan hubungan baiknya.      

Sementara itu, Pangeran Zaghar masih tetap tinggal di Istana Berlian. Selain untuk menemani adiknya dalam upaya pendekatan pada Vargana, juga masih ada Shona di sana bersama kakaknya. Ia masih memiliki tugas untuk bertanya pada Shona kenapa gadis itu seakan menjauhinya.     

Setelah semua keintiman yang terjadi pada mereka, bagaimana bisa Shona malah berlagak menghindar begitu darinya? Apakah dia membuat sebuah kesalahan? Atau mungkin Shona sejatinya tidak menyukai dia?     

Pangeran Zaghar harus menanyakan itu semua pada si gadis Shona agar dia tidak terus didera rasa penasaran.      

Meski sebenarnya mencari kesempatan bisa berduaan dengan Shona itu tergolong susah karena gadis itu begitu cepat menyingkir ketika dia hendak mendekat. Ini sungguh membuat frustrasi sang pangeran incubus kerajaan Isvax itu, namun dia harus terus berusaha demi kedamaian hatinya.      

Seperti siang ini, di bawah langit oranye Underworld, Pangeran Zaghar telah menemukan keberadaan Shona di sebuah tanah lapang tempat berlatih. Gadis itu sedang melatih elemen tenaga air dia.      

Saat Pangeran Zaghar hendak menghampiri, tiba-tiba saja Shona menghilang usai menyadari kehadiran dia. Kenapa selalu begitu, sih? Apakah dia ini sejenis virus yang musti dihindari?     

"Hghh!" Pangeran Zaghar mendengus sedih dan kecewa.      

"Pangeran." Terdengar suara di dekatnya.      

Pangeran Zaghar menoleh. "Pangeran Muda Jo." Dia menyapa orang yang memanggil dia.      

Jovano berjalan semakin mendekat ke Pangeran Zaghar. "Apakah Shona masih tidak mau diajak bicara?"     

"Ohh!" Kedua alis Pangeran Zaghar naik karena tidak menyangka Jovano bisa mengetahui apa yang sedang dia lakukan akhir-akhir ini. "Pangeran Muda Jo mengetahuinya?" Ia tak tau apakah tindakan itu terlalu kentara di mata orang di Istana Berlian atau karena Jovano peka saja akan sekelilingnya.     

Semoga yang kedua, harap Pangeran Zaghar.     

"He he, panggil Jo saja, Pangeran." Jovano meminta demikian karena dia sendiri juga sedikit risih dipanggil secara formil oleh yang lebih tua darinya.      

"Tapi Anda memanggil saya dengan sebutan pangeran."     

"Yah, aku harus panggil apalagi selain itu, bukan? Tak mungkin aku secara lancang memanggil namamu, Pangeran. Atau paman?" Jovano tersenyum.     

Pangeran Zaghar menggeleng. "Jangan, jangan panggil saya paman. Rasanya terlalu tua. Aku belum ribuan tahun, masih terlalu muda untuk dipanggil paman."     

"He he, baiklah ... bagaimana jika Kak Zaghar? Boleh?" tawar Jovano.     

"Yah, itu sepertinya lebih kusuka." Pangeran Zaghar mengangguk setuju.      

"Jangan terlalu formil jika berbicara denganku, Kak. Kupingku jadi gatal kalau dengar, he he ..." Jovano secara terus terang juga meminta itu. "Tak usah ber-saya Anda lagi. Itu akan menjauhkan hubungan kita jadi tidak akrab."     

"Hm, baiklah kalau itu kemauan Jo." Pangeran Zaghar langsung mengaplikasikan kemauan Jovano dalam percakapan.      

"Jadi, sekarang bagaimana dengan Shona, Kak Za?" tanya Jovano.     

"Aku tak tau harus bagaimana agar dia mau kuajak bicara berdua saja. Yah, Jo, kau tau sendiri, kan, apa yang terjadi di alammu."     

"He he, sangat tau, Kak. Tapi jangan khawatir, rahasia kalian aman padaku."     

"Nah, semenjak itu, Shona seperti menghindar dariku sekeluar dari alammu itu, Jo. Aku tak tau apa yang salah sehingga dia seperti itu padaku. Atau apakah dia sebenarnya tidak menyukaiku?"     

"Hm, jadi, Kak Za sungguhan menyukai Sho?"     

"Tidak hanya suka saja, Jo, tapi aku juga ingin menjadikan dia milikku."     

"Boleh tau percakapan apa saja yang terjadi sebelum kalian keluar dari alamku. Maaf, saat itu aku sedang sangat terdesak bertarung dengan salah satu iblis kuat, jadi tidak menguping kalian. Ohh, bukan berarti aku suka menguping, loh yah! Tolong Kak Za jangan salah paham."     

"Oke, tak apa." Pangeran Zaghar tak mempermasalahkan andai memang Jovano menguping dia waktu itu. "Saat sebelum keluar dari alammu, aku mengatakan terima kasih dan kau milikku. Sepertinya itu saja yang aku katakan usai itu. Kau pahamkan, Jo?"     

Jovano mengangguk dan mulai berpikir sekaligus menganalisis ucapan dari Pangeran Zaghar yang disampaikan ke Shona. "Kak Za, apakah kau sudah mengatakan kau mencintainya? Atau minimal ... mengucapkan bahwa kau menyukainya?"     

"Hm, kurasa belum. Tapi seharusnya Shona langsung paham bahwa aku menyukainya setelah aku berkata jadilah milikku, kan? Itu kalimat yang tidak aku keluarkan secara sembarangan pada gadis manapun."     

"Wah, mungkin memang itu akar masalahnya, Kak."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.