Devil's Fruit (21+)

Aku Cinta Kamu, Oke?!



Aku Cinta Kamu, Oke?!

0Fruit 1001: Aku Cinta Kamu, Oke?!     

"Aku cinta kamu, Va, oke?! Itu lebih tinggi dari suka, ya kan? Bagaimana? Terima, yah!" pinta Pangeran Abvru dengan wajah memohon pada Vargana yang sudah dia ceburkan bersama dirinya sendiri ke telaga dekat kerajaan Orbth     

"Umm ... aku pikir-pikir dulu, yah!" Vargana melirik sang pangeran yang terus saja memohon padanya.      

Melihat pandangan nakal Vargana seolah gadis itu sedang mengerjai dia, Pangeran Abvru menahan kekesalan dia. "Va, kalau kau sedang mempermainkan aku, maka lebih baik aku datang ke orang tuamu saja dan melamarmu pada mereka."     

Vargana terkekeh geli. "Kau akan datang ke orang tuaku? Apa menurutmu mereka pasti akan mengabulkan lamaranmu?" Vargana masih memeluk dadanya untuk menutupi salah satu properti berharga dia.      

"Tsk! Tentu saja mereka akan menerima aku sebagai menantu, apalagi kalau aku katakan aku sudah menyetubuhimu." Pangeran Abvru menyeringai.      

"Hei, hei, itu kan dusta!" seru Vargana dengan wajah protes.      

"Tidak dusta jika aku akan melakukannya sekarang." Segera saja Pangeran Abvru memeluk Vargana dan memaksa tangan gadis itu terurai agar dia bisa menyentuh bukit kenyal si gadis sembari tangan lain meraih sesuatu di selangkangan putri sulung Myren.      

"No! Abvru! Jangan sembarangan!" teriak Vargana sambil mulai panik. Haruskah dia memanggil bala bantuan menggunakan anting komunikasinya? Saat dia menyentuh telinganya, dia mengutuk dalam hati karena anting itu sudah tidak ada di telinga dia.     

Tentu saja sudah dilepas dari telinganya! Memangnya apa ada yang butuh anting komunikasi jika sudah dikubur?     

Karena ini, Vargana pun mengutuk dalam hatinya banyak-banyak, tak bisa memanggil siapapun untuk menolong dia. "Baiklah, baiklah, Vru! Aku terima! Aku terimaaaa!!!" jerit Vargana sebelum tangan dan bagian tubuh si pangeran makin liar bergerak di tubuhnya.     

Tindakan agresif Pangeran Abvru pun berhenti ketika mendengar Vargana berteriak barusan. "Kau menerimaku?"     

Vargana gemas dan mencubit keras perut Pangeran Abvru. "Kau ini!" Ia mendelik galak ke pangeran di hadapannya. "Aku akan laporkan ke orang tua dan kakekku kalau kau melakukan pemaksaan dan pelecehan seksual pada gadis di bawah umur!" Ia berkacak pinggang karena kesal, namun langsung ubah posisi tangan untuk memeluk dadanya menutupi payudaranya yang sedang mulai mekar-mekarnya tumbuh.     

Pangeran Abvru menahan tawanya melihat kecanggungan sang gadis manis di depannya. "Aku tak masalah dan aku yakin mereka akan menyetujui lamaranku, karena itu laporkan saja, agar semakin mempercepat kita bisa menikah."     

"Hah?!" Vargana melotot. "Tak mau! Aku tak mau menikah buru-buru di usia muda! Aku masih ingin sekolah, masih ingin hepi-hepi dengan teman-teman sekolahku." Ia menggeleng.      

"Aku jadi benar-benar ingin membunuh seluruh teman sekolahmu." Wajah Pangeran Abvru terlihat cemberut karena cemburu.      

"Woi! Teman-teman sekolah aku itu perempuan semua! Apa kau pikir aku ini lesbi?!" seru Vargana karena kesal.      

"Kalau begitu, buktikan padaku kalau kau bukan seperti itu." Pangeran Abvru angkat bahu secara santai.      

"Bukti apa? Ohh, astaga, kau ini ternyata terlalu mesum!" Vargana memukul lengan Pangeran Abvru. Sang pria muda pun terkekeh. "Huft! Sudah, ahh! Aku udah kelar mandi."     

"Belum." Pangeran Abvru menahan. "Sini aku bantu bersihkan tubuhmu."      

"Jangan! Aku bisa sendiri!" protes Vargana sambil berkelit sebelum tangan Pangeran Abvru sudah menyentuh tubuhnya seperti tadi. Itu ... berbahaya!     

Pangeran Abvru pun agak menjauh dari gadis itu, memberi kesempatan Vargana untuk membersihkan dirinya sendiri tanpa bantuan. Sedangkan dia sendiri juga mulai melepas bajunya untuk mandi tak jauh dari si gadis yang kini sudah jadi kekasihnya.      

Walau harus dengan cara memaksa, ya ampun.     

Sang pangeran incubus sesekali menoleh ke Vargana saat gadis itu mengusap anggota-anggota tubuhnya, meluruhkan tanah yang masih menempel menggunakan air telaga.      

Karena gadis itu sadar dirinya diperhatikan terus, maka dia pun balikkan badan memunggungi Pangeran Abvru sembari mendengus. Ia mengomel tiada henti meski lirih, mengutuk pangeran pemaksa itu dalam hatinya.      

Setelah Vargana selesai membersihkan tubuh dan yakin sudah tak ada lagi sisa tanah di badannya, dia pun menoleh ke belakang, ada Pangeran Abvru yang mengamati dia tanpa suara. Menakutkan saja.      

"Udah kelar, nih! Mana pakaianku?" Vargana menjulurkan tangan untuk meminta pakaian dia yang entah di mana. Dia hanya tau pakaian itu dipaksa melorot dari badan oleh si pangeran incubus itu.      

Tangan Pangeran Abvru dilambaikan pada Vargana dan seketika tubuh gadis itu terangkat dan akhirnya terpenjara dalam kristal.      

"Hei! Kok aku malah dimasukin ke sini lagi, sih?!" Vargana menggedor-gedor dinding kristal tapi takkan berefek apapun tentunya. Disamping kristal itu kokoh, Vargana juga sedang tak memiliki tenaga sebanyak biasanya.      

"Aku hanya ingin kau kering tanpa perlu handuk." Pangeran Abvru silangkan dua lengan di depan dada sambil menatap puas ke Vargana yang telanjang di dalam kristalnya.      

"Kau! Dasar kakek mesum! Kakek mesum gila!" rutuk Vargana yang sadar bahwa itu hanya akal-akalan Pangeran Abvru saja hanya untuk melihat tubuh telanjang dia.      

Dengusan geli meloncat sekali dari mulut Pangeran Abvru sebelum dia akhirnya menggunakan kekuatan magis dia untuk membuat pakaian Vargana muncul dari air tanpa harus susah-payah mencarinya.      

Gaun putih tipis itu melayang di depan kristal yang ada di udara di atas telaga.      

"Kemarikan, oii!" Vargana terus menggedor kristal Pangeran Abvru agar pakaiannya dibawa masuk untuk dia pakai. "Dingin, nih!" alasannya.      

Wusshh!     

Segera saja Pangeran Abvru melesat dan masuk ke kristal bersama Vargana. Sebelum gadis itu memburaikan kalimat protesnya, lengan kokoh si pangeran sudah melingkari tubuh telanjang Vargana. Gadis itu seketika senyap, hening tanpa bisa berkata-kata.     

"Biar aku hangatkan kau, Va. Kau, kekasihku." Pangeran Abvru tersenyum senang sambil memeluk Vargana.      

Vargana mengomel berbagai bahasa yang dia mampu dalam hatinya. Kekasih? Yang ada dia dipaksa untuk menerima jadi kekasih pangeran tukang paksa satu ini. Apakah si pangeran terbiasa mendapatkan apa yang dimau?     

"Ugghh ... udah, dong! Tetap aja dinginnya gak hilang! Mana bajuku!" Vargana mendorong tubuh Pangeran Abvru sambil wajahnya cemberut tanpa dibuat-buat.      

Bukannya memberikan pakaian atau menjawab ucapan Vargana, Pangeran Abvru malah kembali mencium bibir Vargana dan terus menahan posisi demikian meski si gadis bergerak-gerak protes hingga akhirnya Vargana menyerah dan membiarkan bibirnya dilumat lagi dan lagi dan lagi.      

Setelah lama dicumbu, Vargana mendorong pelan dada Pangeran Abvru. "Pangeran, aku mohon ... bajuku ... aku juga ingin buruan kembali ke orang tuaku agar mereka tidak khawatir atau sedih berkepanjangan. Bisa? Boleh? Hm?" Mungkin orang jenis pemaksa seperti Pangeran Abvru harus ditangani dengan lebih manis dan lembut dalam menginginkan sesuatu darinya.     

"Hm, boleh, bisa." Menggunakan tenaga sihirnya, Pangeran Abvru seolah menyedot pakaian putih Vargana di luar kristal menjadi masuk begitu mudah ke dalam kristal. "Aku sengaja biarkan baju itu di luar agar kering dulu saat kau pakai agar nyaman."     

Dan memang benar. Ketika Vargana menerima baju putih tipis itu, sudah tidak ada air di sana. Tubuhnya juga sudah tidak basah lagi setelah selesai dipeluk Pangeran Abvru. Apakah pria itu benar-benar bisa mengeringkan sesuatu dengan sihirnya? Vargana iri mengenai itu.      

"Antarkan aku ke orang tuaku, please ..." Vargana mengucap secara manis ke Pangeran Abvru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.