Devil's Fruit (21+)

Ketahuan



Ketahuan

0Fruit 1250: Ketahuan     

Rogen dan Yogen tidak pernah mengira bahwa ada manusia sekuat Jovano dan kelompoknya. Selama mereka hidup ribuan tahun ini dan memiliki pengalaman dengan bangsa manusia selama di bumi, mereka hanya tahu bahwa manusia setengah dewa saja yang bisa mengimbangi kekuatan fisik mereka.      

Memiliki pemikiran itu di hatinya, Yogen mulai meneliti karakteristik dari Shona dan Serafima yang berdiri di hadapannya. Apakah ada sesuatu dari mereka yang sekiranya mengindikasikan bahwa mereka bukan manusia biasa?     

Memicingkan mata, Yogen terus memindai dua wanita di depannya. "Kalian ... aku memiliki keyakinan kalau kalian bukanlah manusia biasa!" teriaknya.      

Mendengar teriakan dari adiknya, Rogen mulai berpikir pula mengenai apa yang menjadi keraguan di hatinya. Ia pun berseru ke adiknya sambil terus berusaha memberikan serangan terbaik dia kepada Jovano yang kini telah dibantu Pangeran Zaghar dan Gavin. "Yogen, apa maksudmu?!"     

Mendengar seruan kakaknya, Yogen menyahut, "Jangan-jangan mereka setengah dewa, Kak!" teriaknya.      

Teriakan Yogen membuat Rogen mulai berpikir panjang dan mendalam, sampai-sampai dia nyaris terkena pukulan dari Pangeran Zaghar di bagian perutnya ketika dia terus melompat ke sana dan ke sini menghindari pukulan bertubi-tubi dari ketiga lawannya.      

Mau tak mau, ingatan Rogen kembali ke masa dia masih berada di bumi jaman itu ketika masih banyak manusia setengah dewa yang muncul di bumi akibat ulah para dewa yang tak bisa menahan hawa napsunya ke manusia.      

Beberapa kali, Rogen sudah pernah bertempur melawan mereka dan ia akui, banyak dari mereka yang memang bisa bertarung seimbang dengannya dalam duel fisik.      

Kembali pada ingatan itu, dia pun menatap nyalang kepada Jovano dan rekannya. "Kalian! Kalian manusia setengah dewa?!" raungnya.      

Kalau memikirkan secara mendalam dan baik, bukankah hal yang wajar jika manusia setengah dewa memiliki hewan peliharaan seperti Noir yang sekarang menghilang tadi? Bahkan dia sudah banyak mendengar mengenai kegagahan Hercules, manusia setengah dewa paling kuat di bumi yang kemudian diangkat menjadi dewa setelah kematiannya.      

Jika memang bocah-bocah di hadapannya ini ternyata keturunan dewa, maka dia tak boleh bertindak gegabah. Dia harus bertarung lebih cerdik karena lawannya bukan manusia biasa.      

Karena Rogen dan Yogen mengira kelompok Jovano adalah manusia setengah dewa, maka itu pun benar-benar dimanfaatkan Jovano untuk bertindak lebih leluasa. "Haa! Akhirnya kalian bisa menguak identitas kami!" serunya.      

Pangeran Zaghar dan Gavin saling pandang karena bingung. Mengapa Jovano malah mengiyakan ketika dituduh sebagai keturunan dewa? Namun, karena mereka memercayai kecerdasan Jovano yang kerap menjadi penyelamat kelompoknya, mereka berdua pun memilih diam saja dan mengikuti alur yang diciptakan Jovano.      

Disebabkan tuduhan keliru dari Yogen, kini Jovano tak segan-segan lagi mengeluarkan cambuk tulang ibunya dan akan menjadikan itu sebagai senjata untuk pertarungan jarak jauh.      

Melihat kemunculan cambuk tulang besar di tangan Jovano, mata Rogen melotot hampir lepas dari rongganya. Dia dengan paham mengetahui kalau cambuk itu jelas terbuat dari tulang belakang seekor hewan raksasa, entah apa.      

Namun, dari ukurannya saja sudah bisa ditebak bahwa pihak dari Jovano berhasil menaklukkan hewan raksasa itu dan bahkan menjadikan tulang belakangnya menjadi cambuk. Bukankah itu mengerikan?     

Tak mau ketinggalan dari Jovano, Pangeran Zaghar juga mengeluarkan senjata pedang besarnya dari cincin ruang dia, disusul Gavin mengeluarkan kapak gandanya yang terlihat besar dan gagah, hasil penempaan Jovano.      

Wajah tiga kepala Rogen pun muram dan semakin tebal keyakinannya bahwa Jovano dan yang lain benar-benar manusia setengah dewa. Ia pun makin gencar mengarahkan napas api dan cambuk petir dari dua kepalanya.      

Jovano merunduk menghindari napas api yang mengarah padanya sembari mengayunkan cambuknya, memukul kepala singa Rogen.      

Itu terasa menyakitkan, membuat Rogen meraung marah. Namun, kepala kambingnya sedang terancam dari kapak ganda yang terus ditebaskan tangan Gavin sambil pemuda itu berkelit, berguling dan melompat ketika diserang petir dari tanduknya.     

Sedangkan Pangeran Zaghar terus saja mengayunkan pedang besarnya ke kepala ular Rogen, melompat menghindari patukan taring ular berbisa itu.      

Dhangg!     

Sisi pedang besar Pangeran Zaghar berhasil memukul kepala ular Rogen, mengakibatkan bunyi keras, bagai pedang itu membentur baja. Sepertinya kepala ular tersebut bukan merupakan ular biasa.      

Ternyata benar, ketika Pangeran Zaghar menatap lebih intens pada kepala ular Rogen, tampak kemilau aneh yang dia yakini pasti itu merupakan sisik istimewa yang bisa saja memiliki elemen besi atau baja.      

"Wzztttt ... kau beranizz memukul akuzzz!" Kepala ular Rogen berteriak ke Pangeran Zaghar, marah. Seketika sisiknya berkilau aneh lagi ketika menyerang ke Pangeran Zaghar.      

Bunyi 'tang' dan 'triing' segera muncul begitu pedang sang pangeran bertumbukan dengan ular Rogen.      

"Kak Za, sepertinya dia punya elemen logam!" teriak Jovano sambil dia berguling dan melompat cepat mengarahkan cambuknya ke kepala singa Rogen.      

"Raaarrwwwhhh!" Kepala singa Rogen mendadak saja berhasil terlilit oleh cambuk ekor di tangan Jovano. Dia semakin beringas menggerakkan kepalanya agar terbebas dari belitan cambuk Jovano, namun tidak semudah yang dia bayangkan.      

Pangeran Zaghar pun mulai memiliki pemahaman bahwa dugaannya benar setelah mendengar teriakan Jovano di depan sana.      

Sementara itu, Gavin masih berjuang menghindari terjangan petir dari tanduk kepala kambing Rogen, dan terus berkelit sambil mengambil kesempatan untuk mengayunkan kapaknya ke kepala kambing tersebut.      

Di tempat lain tak jauh dari sana, Shona, Serafima dan Mogu juga saling bekerja sama bahu-membahu menghadapi Yogen yang memang kuat.      

Meski terlihat lembut, namun jangan remehkan pukulan tinju Shona yang pastinya menyakitkan bagi lawannya.      

"Uhuk!" Yogen terbatuk ketika leher bawahnya baru saja terkena pukulan tinju Shona. Namun, dia lengah dan mendapatkan tinju lainnya dari Serafima di bagian perut samping. Ia pun terhuyung dan segera menghindar ketika Mogu hendak memukul dia menggunakan kaki depannya yang kuat.      

Meski begitu, kepala kambing Yogen masih sempat terkena terjangan kaki depan Mogu, membuatnya sedikit pusing dan kaget.     

Lekas saja Yogen menjauh dari ketiganya dan mulai mengeluarkan semprotan lava dia ke Shona.      

Terkejut dengan tindakan Yogen, Shona secara refleks mengulurkan dua tangannya dan tiba-tiba muncul perisai es tebal darinya dan menahan sementara lava dari Yogen.      

Terbelalak melihat adegan itu, Yogen yang lebih cerdas ketimbang kakaknya pun berteriak kencang, "Kak! Mereka bukan manusia setengah dewa! Mereka keturunan iblis! Mereka iblis!"     

"Hah?!" Rogen mendengar teriakan kencang adiknya. Iblis? Bocah-bocah ini ternyata keturunan iblis? IBLIS?! Dia membeku sejenak memikirkan ini.      

Tanpa disangka-sangka, saat kepala singa Rogen yang terjerat belitan cambuk tulang berhenti bergerak dan pandangannya seperti kosong, Jovano mendadak melompat tinggi menggunakan momentum sentakan cambuk di kepala singa Rogen, sehingga dia bisa naik ke atas bagai terbang dan dia berhasil hinggap di tengkuk kepala singa Rogen.     

Tidak membuang waktu, Jovano mengeluarkan pedang besar dia yang dihadiahkan oleh kakeknya, dengan gerakan cepat dan kuat, dia menebas kepala singa Rogen. "Haaarrkkhhh!"      

Craassshhhh!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.