Devil's Fruit (21+)

Membunuh Rogen



Membunuh Rogen

0Fruit 1251: Membunuh Rogen     

Dikarenakan kaget, Shona secara tak sengaja bergerak refleks dan memunculkan perisai es tebal yang menghalau semburan lava dari Yogen. Melihat hal tersebut, Chimera itu lekas berteriak pada kakaknya,  "Kak! Mereka bukan manusia setengah dewa! Mereka keturunan iblis! Mereka iblis!"     

Dan karena keterkejutan dari teriakan adiknya, Rogen yang sedang dibelit kepala singanya oleh Jovano pun lengah dan membuat Jovano menyentak cambuk di tangannya, membuat Rogen bereaksi secara otomatis untuk menahan kepalanya dari menunduk.     

Momentum ini dimanfaatkan dengan baik oleh Jovano untuk tertarik dan terbang ke atas kepala Rogen dan hinggap di atasnya sana.     

Semuanya berjalan begitu cepat bagaikan setepukan petir saja saat Jovano hinggap di kepala singa Rogen dan menghunuskan pedang pemberian kakeknya yang dikatakan sang kakek bahwa pedang itu sangat kuat, bisa memutus leher monster bagai memotong tahu.      

Craassshhhh!     

Dan kemudian, kepala singa Rogen itupun menggelinding jatuh berdebum ke tanah, dan darah tak terkira banyaknya keluar bagai air terjun dari pangkal lehernya.      

"Kak Za, potong 10 inci dari lehernya! Tepat di sisik terbaliknya!" teriak Jovano pada Pangeran Zaghar.      

Mata sang pangeran itu pun menyala dan mulai menebaskan pedangnya ke arah yang dikatakan Jovano. Segera sisik terbalik itu sudah nampak saat kepala ular Rogen berdiri hendak mematuknya.      

Dengan kekuatan terbesar yang dia mampu, Pangeran Zaghar menebaskan pedang besar dia ke titik yang disebutkan Jovano.      

Craaassss!!!     

Segera, adegan luar biasa itu pun terjadi lagi. Kepala ular besar dari Rogen juga jatuh berdebum dan menggelinding sebentar di tanah sebelum berhenti dengan mata membelalak dan lidah terjulur, seakan dia sedang berusaha memproses kenapa kematiannya begitu cepat.     

Melihat 2 kepalanya sudah menggelinding putus dari lehernya, kini kepala kambing Rogen berada dalam kegilaan karena amarah. "Kalian iblis keparat! Iblis keparat!" raungnya ketika dia memutarkan kepalanya dan lidah petir secara acak menyapu semua area yang dilewatinya.      

Jovano hendak bergerak, namun pijakan kakinya goyah dan dia jatuh sebelum dia berhasil menebaskan pedangnya ke kepala kambing tersebut.      

Namun, ternyata Gavin bergerak cepat dan gesit merunduk dan meluncur di bawah kepala kambing Rogen, dan dia ayunkan sekuat tenaga kapak besarnya ke atas.      

Craasss!     

Kapak yang dia gunakan tidak sepenuhnya memotong leher kambing Rogen dan hanya memotong setengahnya saja. Ini dikarenakan bahan yang digunakan Jovano saat menempa kapak itu bukan yang berkualitas istimewa seperti yang ada pada pedang yang dipakai Jovano.      

Meski begitu, walau tidak bisa memotong leher kambing Rogen, tapi potongan sedalam itu tentu saja sudah lebih dari cukup untuk melemahkan Rogen. Monster itu sempoyongan ketika lehernya ditebas kapak Gavin.      

Memanfaatkan situasi Rogen yang terhuyung syok, Jovano melompat tinggi sekali lagi setelah melilitkan cambuknya terlebih dahulu ke sekeliling perut Rogen agar dia bisa naik tanpa perlu terbang dan tangannya lekas mengayun ke leher atas kepala kambing itu.      

Craasshhh!     

Benar-benar pedang yang menakutkan. Tak sia-sia dulu kakeknya menghadiahi dia benda istimewa itu ketika dia berulang tahun ke-17.      

Kini, 3 kepala milik Rogen sudah berhasil diputus terpisah dari lehernya berkat kerja sama Jovano, Pangeran Zaghar dan Gavin.      

Adegan luar biasa tadi tentu saja tak luput dari mata Yogen. "KAKAK!!!" Dia meraung. Walau dia ingin menolong sang kakak ketika tadi kepala singa Rogen tertebas putus, namun dia dihalangi serangan oleh kerja sama Shona, Serafima dan Mugo. Itu benar-benar menghambat langkahnya.     

Kenapa rasanya kini dia yang dihadang? Karma datang terlalu cepat! Sepertinya karma sedang berlari ke dirinya dengan tergesa-gesa.      

Menatap tubuh tak bernyawa kakaknya yang ambruk berdebum ke tanah, menyebabkan mata Yogen memanas bagai di sana ada gelegak lava. "Kalian harus mati menemani kakakku!" Ia mulai menyerang sembarangan membabi buta ke Shona dan dua lainnya.      

Semburan lavanya terus diarahkan ke Shona, membuat para keturunan iblis itu harus segera menghindari dan menjauh dari Yogen.      

Setelah yakin serangannya berhasil menyebarkan Shona dan yang lainnya menjauh darinya, Yogen segera berlari secepat kilat, tak boleh sampai gagal melarikan diri dari sana.      

Karena kaget, Shona dan dua lainnya tak bisa bereaksi cepat saat mereka bangun dari tanah.      

"Oh tidak! Jangan biarkan dia lolos!" teriak Jovano sambil berusaha berlari sekencang mungkin mengejar Yogen. Namun, sepertinya dia kalah kuat dalam hal berlari dari Yogen, seorang monster berusia ribuan tahun.     

Jovano pun kembali ke kelompoknya dengan napas tersengal-sengal. Dia benar-benar gagal mengejar Yogen. "Celaka. Ini celaka."     

"Ada apa, Jo? Kenapa celaka?" tanya Serafima gelisah.     

"Dia tahu identitas kita! Apalagi yang akan dia lakukan setelah ini selain memberitahu ke monster lainnya mengenai kita sebagai keturunan iblis!" Jovano berkata sambil mengatur napasnya.      

"Astaga! Itu benar juga!" pekik Serafima setelah mendengar penjelasan singkat kekasihnya.      

"Aku ... aku sungguh minta maaf, yah! Gara-gara aku ...." Shona menundukkan kepala penuh penyesalan.     

"Jangan menyalahkan dirimu, sayank." Pangeran Zaghar memeluk bahu istrinya.     

"Benar, Sho. Tak perlu menyalahkan dirimu. Karena kau pasti tidak sengaja melakukannya." Jovano tidak mengetahui kronologi sesungguhnya kejadian itu, maka dia memiliki keyakinan bahwa Shona takkan dengan sengaja ingin mengungkapkan identitas mereka.      

Shona mengangguk ke Jovano dan berkata, "Ya, saat itu aku terlalu terkejut karena tiba-tiba dia menyemburkan lava dia ke arahku, sehingga aku bereaksi secara refleks dengan tanganku yang memunculkan perisai es."     

"Tidak apa-apa, Kak Sho." Gavin ikut bicara. "Itu adalah gerakan refleks seseorang jika nyawanya terancam bahaya. Kami bisa mengerti." Jovano dan yang lainnya pun mengangguk setuju.     

"Bagaimanapun, kita sudah tidak aman di area ini. Ayo kita lanjutkan perjalanan." Jovano berucap sambil mengeluarkan Noir dari alam Cosmo. Mereka segera naik ke punggung Noir dan dibawa terbang.      

Di punggung Noir, Jovano bertanya, "Sho, bagaimana bisa sihir elemenmu muncul?"     

"Aku sendiri juga tak mengira itu, Jo. Aku hanya bergerak refleks untuk memblokir serangan lava Yogen dan ternyata perisai es itu muncul begitu saja." Shona pun masih heran akan kejadian itu.      

"Hm, sepertinya sihir Kak Sho kembali tadi." Gavin menyahut.     

"Ya, sepertinya begitu." Jovano manggut-manggut paham. "Mungkin sebentar lagi sihir kira juga akan berangsur-angsur kembali. Nah, sekarang karena Sho udah gunain sihir dia, maka selama beberapa jam ini dia gak bisa lagi pakai sihir. Maka, kita harus lebih melindungi Shona, ya guys!"     

"Siap, Jo!"     

"Tentu, Jo."     

"Pasti, Kak Jo!"      

Lalu, Jovano mengeluarkan 3 inti kristal dari telapak tangannya. Shona menatap itu dengan takjub, "Itu ...."     

"He he, ya, ini semua inti monster dari Rogen di masing-masing kepalanya." Jovano terkekeh sambil menatap inti kristal sebesar dua kali kepalan tangannya, lalu menyimpannya ke dalam cincin ruang dia.      

"Wah! Kak Jo panen besar!" goda Gavin.     

Kemudian, Pangeran Zaghar bertanya pada Jovano, "Bagaimana tadi kau bisa mengetahui titik kelemahan si kepala ular, Jo?"     

"Ohh, itu hanya prediksiku saja, sih! Ha ha! Karena yang aku ketahui, bahwa titik kelemahan seekor ular biasa seperti King Cobra adalah sekitar 3 inci dari pangkal lehernya. Maka menimbang dari tubuh besar Rogen, dibutuhkan setidaknya 10 inci." Jovano terkikik menjelaskan sesuai apa yang dia baca dari sebuah buku.     

"Lalu ... sisik terbalik?" Pangeran Zaghar juga penasaran mengenai ini.     

"He he, aku pernah membaca bahwa titik lemah seekor naga adalah pada sisik terbalik di lehernya. Dan aku pikir, mungkin saja Yogen memiliki sedikit darah naga pada dirinya karena dia adalah seekor ular." Jovano melanjutkan.      

"Jo, pengetahuanmu begitu luar biasa!" Pangeran Zaghar tidak bisa tidak takjub pada Jovano.      

Kini, mereka kembali terbang membelah angkasa bersama Noir, Mogu dan Hong Wang. Dan Yogen yang berhasil melarikan diri mulai menyebarkan berita mengenai Jovano dan kelompoknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.