Devil's Fruit (21+)

Bertemu Garuda



Bertemu Garuda

0Fruit 1252: Bertemu Garuda     

Kini, kelompok Jovano kembali terbang membelah angkasa bersama Noir, Mogu dan Hong Wang. Dan Yogen yang berhasil melarikan diri mulai menyebarkan berita mengenai Jovano dan kelompoknya.      

Ketika Noir sedang terbang lurus ke depan sesuai dengan arahan dari Hong Wang, seekor monster hybrid muncul di dekat mereka. Bentukanya besar dan perkasa.      

"Garuda!" Mogu terkejut.      

Jovano dan kelompoknya menatap ke hewan hybrid yang sering disebut di mitologi India dan memiliki beberapa penamaan berbeda di beberapa negara Asia.      

Mereka menatap sosok gagah Garuda yang memiliki tubuh kekar pria dan berkepala burung (biasanya elang) dan bersayap besar di punggungnya yang memakai kain untuk menutupi tubuh bawahnya.      

"Hm." Garuda balas menatap Mogu dan kelompok Jovano, lalu pandangannya tiba pada Noir menggunakan mata tajamnya.     

Serafima berbisik di belakang telinga Jovano. "Apakah monster ini berbahaya, Jo? Apa dia jahat?" bisiknya ingin tahu karena dia tidak ingin salah mengenali mana musuh dan yang bukan.      

Jovano menggeleng sambil mendekatkan kepala pada Serafima untuk berkata, "Tidak, setahuku sesuai dengan cerita mengenai dia di buku, dia bukan sosok jahat, dia justru membenci kejahatan, dan benci ular."     

"Ohh, untung saja Kuro dan Shiro tidak ada di sini. Hi hi!" Serafima terkikik pelan dan hatinya tenang karena mendapatkan informasi dari kekasihnya bahwa Garuda tidak jahat.     

"Jangan khawatir, Nona Serafima. Garuda dilahirkan dengan kebencian yang besar terhadap kejahatan dan dia seharusnya berkeliaran di alam semesta melahap yang buruk, dan dia sering menyelamatkan para brahmana ketika masih berada di Bumi. Garuda juga terkenal karena keengganannya terhadap ular, ketidaksukaan yang didapatnya dari ibunya, Vinata." Mogu menjabarkan karena dia mendengar segelintir percakapan Jovano dan Serafima.      

"Wow! Dia sebaik kaum Griffin, kalau begitu! Lega mendengarnya." Serafima yang telah ketahuan oleh Mogu pun tak lagi menutupi suaranya dan lantang menyerukan itu.      

Mogu mengangguk. "Ya, Garuda sangat baik dan menjadi teladan bagi kami, kaum Griffin. Meski begitu, Semesta tidak serta merta memerintahkan pada kami untuk menebas semua kejahatan di sini, karena semua harus berjalan apa adanya saja."     

"Hei kau yang di depan sana." Garuda terbang sambil mendekat ke arah Noir."     

Noir menoleh ke Garuda dan mengguman pelan.      

"Aku akan berikan padamu artefak milikku ini." Dengan enteng, Garuda mengeluarkan sesuatu dari balik telapak tangannya bagai seorang magician saja. Itu adalah sebuah seruling kecil dari perunggu dengan detil indah di sekelilingnya. "Jika kelompokmu dalam bahaya, kau bisa tiup ini atau hancurkan menggunakan kakimu, maka aku akan membantu kalian."     

Artefak berbentuk seruling itu melayang dan masuk ke kerimbunan surai Noir tanpa bisa ditolak sang singa bersayap.     

"Wuaahh! Tuan Garuda memberikan artefak dewa ke Kak Noir! Sungguh sebuah keberuntungan!" Mogu berteriak takjub. Yang dia ketahui, Garuda jarang melakukan hal demikian di alam ini. Mungkin sosok Jovano mengingatkan dia akan para manusia yang sering dia tolong dulunya ketika di Bumi.      

"Hm, terima kasih." Noir tentu saja harus mengucapkan terima kasih jika itu memang benda yang baik, meski dengan wajah datar tanpa banyak ekspresi.      

Lalu, Garuda menoleh ke arah Hong Wang yang juga terbang tak jauh dari mereka. "Kau. Kenapa kau si burung surga malah ke sini? Apa kau terlalu bosan di Nirwana?"     

Hong Wang mengangkat dagunya sambil menjawab, "Skrriiii!! Bukan urusanmu!"     

Tahu bahwa dia takkan mendapatkan jawaban bagus dari Hong Wang, maka Garuda pun tidak lagi berminat berbicara pada si burung api. Ia hanya melirik kelompok Jovano dan kemudian dia melesat terbang mendahului Noir dan kemudian berubah menjadi titik kecil di kejauhan depan sana, dan tidak lagi terlihat.      

"Cepat sekali dia, ya ampun!" Gavin takjub melihat betapa kuatnya kemampuan terbang Garuda. Mungkin sebanding dengan para iblis tua.      

"Tuan Garuda memang begitu." Mogu menjelaskan pada kelompok Jovano agar mereka tidak salah paham akan sikap dingin Garuda. "Tapi meski begitu, dia sangat baik!"     

"Ya, kami tahu itu, Mogu, jangan khawatir." Jovano paham tujuan Mogu. Lalu dia menepuk leher tebal Noir sambil berkata, "Paman Noir, sepertinya kau sudah mendapatkan teman baru selain Mogu."     

Noir tidak menjawab, tetap terdiam begitu saja tanpa ada keinginan menjawab celetukan Jovano.      

Semakin ke depan, Mogu mulai mengerutkan keningnya. "Kalian ... kalian yakin arah yang akan kalian tuju ke sana? Depan sana?" tanyanya ke Jovano.      

"Ya. Menurut Om Ver sih seperti itu. Ke depan sana. Iya kan, Om Ver?" tanya Jovano pada Hong Wang.     

"Huh!" Hong Wang tidak berminat menjawab Jovano.      

Mengabaikan Hong Wang yang angkuh tapi menggemaskan, Jovano pun beralih lagi pada Mogu untuk bertanya, "Memangnya kenapa, Mogu? Ada apa di depan sana?"     

"Itu ... kalau kalian terus ke depan sana ... aku khawatir kalian akan menuju ke daerah Volvulandis." Mogu agak ragu ketika mengatakannya.      

"Volvulandis? Apa itu? Daerah macam apa?" tanya Jovano lagi.     

"Itu merupakan daerah vulkanis paling berbahaya di area selatan ini." Mogu menghela napas usai mengatakan itu. "Kenapa kalian harus ke sana? Apa kalian tidak sayang nyawa kalian?"     

"Kenapa itu justru terdengar seperti daerah itu begitu menyeramkan?" Tidak menjawab pertanyaan Mogu, Jovano malah balik bertanya.      

"Yah, kau harus tahu, di alam ini ada 4 wilayah besar, utara, selatan, barat dan timur. Dan dari masing-masing wilayah besar itu memiliki daerah-daerah berbahaya. Seperti tadi aku katakan, di selatan ini, tempat paling berbahaya adalah Volvulandis," jelas Mogu.     

"Kenapa itu disebut berbahaya?" Jovano semakin berminat ingin tahu.      

"Karena ada monster hydra lava yang menguasai daerah itu." Mogu menjawab.      

"Hm, ternyata Hydra, yah!" Jovano mengerutkan keningnya.      

"Hydra? Apakah itu ular berkepala banyak?" Kali ini Serafima sedikit paham gambaran akan Hydra.      

Kepala Jovano mengangguk merespon ucapan kekasihnya. "Ya, dia memang ular berkepala banyak yang cukup susah dikalahkan oleh Hercules dulunya, meski akhirnya terbunuh juga."     

"Rupanya makhluk di alam ini memiliki banyak yang sejenis." Pangeran Zaghar menyimpulkan setelah dia melihat ada dua Chimera, ratusan Harpy, dan juga banyak Hippogriff seperti Mogu.     

"Ya, memang demikian di sini. Monster semisal Hydra, ada beberapa yang tersebar di alam ini. Dan yang paling berbahaya adalah yang mendiami danau lava di Volvulandis." Mogu mengiyakan asumsi Pangeran Zaghar.      

"Sungguhkah dia berbahaya?" tanya Gavin ingin tahu lebih banyak.      

Mogu mengangguk dan menjelaskan, "Hydra pada umumnya adalah ular berkepala banyak dan pada masing-masing kepala mereka memiliki napas beracun. Tapi tak hanya pada napasnya saja racun itu berada, namun juga pada darah dan taring mereka pula! Dan Hydra di Volvulandis, dua kali berbahaya dari Hydra pada umumnya karena napasnya selain beracun juga bisa langsung melelehkan apapun yang diterjang! Bahkan Tuan Garuda dan pemimpin Griffin kami pun akan sangat berhati-hati jika berurusan dengannya."     

"Aku jadi teringat Kuro kalau begitu, hi hi hi!" Shona terkikik, tidak bisa tidak mengingat akan Kuro yang memiliki kekuatan napas korosif seperti Hydra yang sedang diceritakan Mogu. Yang lainnya pun mengangguk setuju sambil terkekeh.      

"Sebentar lagi kita akan memasuki kawasan Volvulandis." Mogu mengeratkan rahangnya.      

Jovano dan yang lainnya mulai merasakan hawa panas ketika melihat daerah di depan jauh sana mulai berwarna kemerahan setelah kabut awan yang menghalangi pandangan tersibak.     

Mereka menanti penuh antisipasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.