Devil's Fruit (21+)

Target Sebagai Mangsa dan Alat Balas Dendam



Target Sebagai Mangsa dan Alat Balas Dendam

0Fruit 1247: Target Sebagai Mangsa dan Alat Balas Dendam     

"Oh ya, tadi ... Kak Noir sepertinya memanggilmu Pangeran. Apakah itu artinya ... kau anggota bangsawan iblis?" tanya Mogu pada Jovano dengan mimik penasaran.     

"Ahh, ya. Kebetulan kami memang anak-anak bangsawan iblis. Apakah itu akan menjadi masalah di sini?" tanya Jovano pada Mogu yang tengah terperangah.     

Ya, Hippogriff itu memang melongo ketika mendengar jawaban jujur Jovano. "Y-ya ampun! Astaga!"     

"Kenapa, Mogu?"     

"Kalian! Astaga! Untung saja aku yang mendengar ini. Untung saja aku merupakan satuan petugas di sini." Mogu tampak syok dan menghela napas panjang sambil mengatur napasnya agar normal kembali.      

"Mogu, kau bereaksi seakan ini adalah hal buruk. Sebenarnya ada apa?" Jovano terus mendesak Mogu agar bicara apa adanya. "Apakah buruk jika ada bangsawan iblis yang datang ke alam ini?"     

"Hgh, baiklah, aku akan bicara, aku akan bicara." Mogu menyerah, dan mengambil sehirup napas untuk kemudian bicara, "Banyak monster di alam ini yang membenci iblis dan keturunannya."     

"Kenapa seperti itu?" tanya Gavin.     

"Bukankah sudah aku sebutkan dari awal pada kalian bahwa monster di sini banyak yang tercipta dari sebuah campur tangan iblis leluhur kalian. Itu terkadang menimbulkan dendam tersendiri bagi monster atau makhluk hybrid yang merupakan hasil dari ciptaan yang dipaksakan ke mereka." Mogu memberikan awal penjelasan.      

"Lalu?"     

"Selain iblis menjadi musuh bebuyutan dari sebagian monster hybrid di sini, iblis juga sesungguhnya ... sumber mangsa yang sangat bergizi bagi para monster." Mogu tampak ragu-ragu dan cemas ketika mengatakan ini. "Tapi aku tidak menganggap kalian sebagai mangsa!" Ia lekas menyatakan itu untuk menghindari sikap curiga dari kelompok Jovano.      

"Kami ... sebagai mangsa?" Pangeran Zaghar sampai terpana dengan mulut menganga cukup lebar dan wajah syok.      

Mogu mengangguk. "Karena iblis menyimpan kekuatan hebat dan kuat bahkan sejak mereka dilahirkan, itu akan sangat berguna jika dilahap para monster yang ingin meningkatkan kekuatan mereka."     

"Apakah aku juga termasuk mangsa bagi sebagian golongan kalian di sini?" Serafima bertanya. Dia bukan bangsawan iblis, apalagi keturunan iblis.      

"Karena kau keturunan malaikat, sepertinya mereka tidak akan mengincarmu." Mogu menggeleng.      

"Ohh, pantas saja Sphinx yang kita temui waktu itu menatap kita dengan air liur menetes. Ternyata dia sudah bersiap hendak melahap kita ketika dia tahu kita keturunan iblis.!" Jovano mengerutkan keningnya.     

"Ahh! Jadi kalian yang berurusan dengan singa Sphinx itu?!" Kini giliran Mogu yang terkejut.     

Jovano dan yang lainnya mengangguk, lalu dia menceritakan mengenai pertemuan mereka dan termasuk tantangan menjawab teka-teki yang berakhir dengan kemenangan di pihak mereka.     

"Ternyata begitu! Pantas saja kami dikirim ke lahan Sphinx itu untuk mengetahui ada apa yang terjadi di sana." Mogu mengangguk-anggukkan kepala tanda paham. "Untung saja Sphinx merupakan makhluk yang sombong dan bangga dengan teka-teki mereka atau mereka akan langsung melahap kalian tanpa Semesta bisa menolong kalian."     

"Begitukah?" Gavin picingkan mata. "Bukankah Semesta adalah pengatur alam ini?"     

"Dia memang pengatur tapi tidak akan campur tangan terhadap sesuatu yang remeh seperti mangsa memangsa di alam ini, kecuali dia dilibatkan seperti ketika Sphinx membuat perjanjian dengan kalian dan Semesta menjadi saksi untuk itu, barulah Semesta ikut bertindak ikut campur. Kalau tidak, dia hanya akan duduk tenang di singgasananya dan membiarkan semuanya berproses apa adanya secara alami."     

"Kenapa sepertinya Semesta ini terdengar seperti orang yang cuek, yah?" Gavin tersenyum masam.      

"Wajar saja karena dia hanya ingin menyeimbangkan alam ini saja tanpa banyak ikut campur dengan masalah para makhluk di sini. Ya, kan Mogu?" Jovano beralih ke Mogu.     

Mogu mengangguk, "Ya, seperti itulah Semesta, dan kami sebagai petugas hanyalah mendata dan mencatat apa yang telah terjadi jika hukuman Semesta turun ke alam ini. Dan untung saja kalian bisa menebak semua teka-teki dari Sphinx."     

"Ya, Jo memang hebat dan cerdas." Shona memuji rekannya sembari melirik dan tersenyum pada Jovano yang dibalas sama oleh si pangeran muda.      

"Mogu, kira-kira monster apa saja yang memiliki dendam pada iblis? Agar kami bisa menghindari mereka." Jovano fokus pada informasi ini.      

"Hm, yang paling jelas, ras Griffin-ku tidak pernah mendendam dengan siapapun, entah itu iblis atau manusia. Tapi yang paling mendendam ... sepertinya itu ... Harpy, Sphinx, Centaurus, Mermaid, Siren, dan beberapa jenis singa hybrid, kecuali Griffin." Mogu menatap ke atas sambil berpikir dan mendata sesuai yang dia ketahui. "Setidaknya mereka yang banyak menguasai kekuatan api."     

"Hanya mereka?" tanya Jovano ingin memastikan informasi ini, berharap agar info dari Mogu ini legit.      

"Yah, setahuku mereka, sih! Tapi aku bukan yang maha mengetahui segalanya, ya. Mungkin di luar sana masih ada banyak lainnya yang aku tidak pernah ketahui, karena kadang mereka pandai bersandiwara. Terutama yang berukuran besar. Ya, sebaiknya kalian menghindari bertemu yang berukuran raksasa, hanya itu yang bisa aku sarankan." Mogu manggut-manggut seolah sedang yakin pada apa yang sudah dia bicarakan.      

"Baiklah, kami akan berusaha menghindari monster-monster yang sudah kau sebut tadi." Jovano paham.      

"Menurutku, sih ... akan lebih baik saja jika kalian tetap dianggap sebagai manusia oleh mereka di alam ini." Mogu berpendapat memberikan nasehat.     

"Begitukah?" Gavin sebagai setengah manusia tidak merasa ini sebuah keuntungan bagi dirinya. Tetap saja dia memiliki darah iblis yang juga mengalir di tubuhnya.     

"Ya, agar kalian tidak diburu, ya kan?" Mogu menaikkan alisnya dengan sikap yakin.     

"Tapi itu artinya kami tak punya kesempatan untuk mempertahankan diri kami sendiri ketika diserang, benar bukan?" Shona mempertanyakan ini.     

"Ah, ya itu juga sesuatu yang penting untuk dipertimbangkan." Mogu mengerutkan keningnya.     

"Mungkin untuk mengindari terungkapnya identitas kami ketika sedang diserang monster ... bahwa kami harus cepat membunuh monster itu sebelum dia mengungkapkan mengenai darah iblis kami." Jovano mengetuk-ketukkan dagu sambil berpikir.      

"Yah, seperti itu juga bisa!" Mogu setuju.      

"Tapi bagaimana jika jumlahnya banyak seperti kawanan Harpy seperti yang lalu?" Shona menoleh ke Jovano, mempertanyakan kemungkinan tersebut.     

"Bukankah aku akan selalu menyertai kalian? Lalu apa yang perlu ditakutkan?" Mogu akhirnya teringat akan itu. "Identitasku sebagai ras Griffin tentu akan sedikit banyak menjadi pertimbangan jika ada monster yang ingin menyerang kalian, ya kan?" Ia tersenyum bangga akan rasnya.     

"Yah, semoga saja memang itu bisa membantu." Jovano berharap dalam hatinya meski dia tak begitu yakin.     

"Ggrrrhhh ...." Mendadak, ada suara geraman rendah yang terdengar keras dan mengancam, tak jauh dari mereka sedang duduk beristirahat di padang rumput ini.      

Jovano dan yang lainnya menengok ke arah datangnya suara itu. Bahkan Noir mulai bangkit dari duduknya dan bersikap siaga untuk melindungi para tuan dan nona muda.     

"Ohh tidak, kenapa harus dia yang datang?" Mogu meneguk pahit ludahnya ketika tahu siapa yang datang menghampiri mereka.     

"Siapa dia?" tanya Serafima ketika melihat seekor monster yang terlihat sangat gila dan aneh perpaduan tubuhnya. Itu memiliki kepala singa dan kambing jantan sekaligus dengan kaki depan singa dan kaki belakang kambing dan ekornya merupakan ular utuh.      

Jovano menggeram rendah dan lirih ke kekasihnya, menjawab, "Dia golongan Chimera."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.