Devil's Fruit (21+)

Turun Sejenak untuk Beristirahat



Turun Sejenak untuk Beristirahat

0Fruit 1246: Turun Sejenak untuk Beristirahat     

Kini setelah mendengar penjelasan panjang dari Mogu mengenai alam Hybrid ini, Jovano dan rekan timnya mengerti banyak hal.      

Alam Hybrid ternyata berisi tak hanya beast hybrid namun segala makhluk yang diciptakan dengan cara mencampurnya dengan beast menjadi makhluk baru.      

Dan yang lebih mencengangkan, ternyata para makhluk hybrid yang banyak ditemui di buku dongeng mengenai mitologi di dunia manusia, ternyata itu tercipta atas campur tangan leluhur iblis dahulunya melalui perkawinan Typhon (yang disebut ayah dari banyak monster) dan Echidna (ibu dari para monster terkenal).     

Para monster hybrid ini sengaja dipindahkan dari bumi manusia ke alam ini atas prakarsa para malaikat agar para monster tidak mengacau dan mengancam kehidupan manusia di bumi.      

Juga, akhirnya Jovano mengetahui alasan kenapa kekuatan mereka dibatasi di alam ini. Itu karena mereka sebagai iblis dan makhluk ras supranatural lainnya tidak bisa bertindak sewenang-wenang di alam tersebut.      

Namun, Jovano cukup lega mendengar dari Mogu bahwa kekuatan mereka bisa digunakan sekali dalam beberapa jam. Itu lebih baik dari pada tidak sama sekali. Setelah mengetahui ini, dia bisa mengatur rekan timnya untuk secara bergantian menggunakan kekuatan sihir mereka agar tidak tersia-sia.      

Satu hal yang masih membebat rasa penasaran di benak Jovano, siapa itu Semesta, sosok yang kata Mogu adalah pelindung, pengatur dan sekaligus penyeimbang di alam Hybrid ini.      

Siapa sosok sehebat itu yang bisa menguasai alam Hybrid dan menugaskan ras Griffin menjadi penegak keadilan di alam ini sehingga hukumannya menjadikan monster menciut gentar.     

Mau tak mau, Jovano teringat akan nasib Sphinx yang pernah menantang mereka dengan teka-teki dan ketika monster itu kalah, dia disambar petir sebesar pohon beringin, sangat mengejutkan dia dan timnya. Yang paling mengagumkan, sambaran petir itu meski sangat dekat dengan mereka, tapi mereka sama sekali tidak banyak terpengaruh, entah dari suara atau tekanannya.     

Walau begitu, petir dari Semesta tetap akan membuat para monster bergidik ketika mereka melihat saat petir itu jatuh di alam Hybrid, menandakan ada yang baru saja dihukum.     

"Kalian, apakah kalian tidak ingin beristirahat sejenak?" tanya Mogu setelah mereka terbang berjam-jam lamanya.     

"Ohh!" Jovano baru teringat mengenai ini ketika dia sejak tadi tenggelam dalam pemikiran mendalam mengenai alam ini.      

"Kasihani Kak Noir ini yang sudah membawa kalian begitu lama." Mogu melirik ke Noir yang tetap mempertahankan wajah kakunya. "Kalau aku, masih bisa bertahan karena tidak membawa penumpang satupun."     

Mogu benar, oleh karena itu, Jovano menepuk leher Noir dan berkata, "Paman, ayo kita istirahat dulu!"      

Noir menoleh ke Jovano dan menyahut, "Aku masih bisa terbang beberapa jam lagi, Pangeran."     

Jovano menggeleng. "Jangan, Paman. Aku tak mau Paman terlalu memaksakan tenagamu. Apalagi Paman membawa tak hanya 1 orang tapi 5 orang! Ayo kita turun ke bawah mumpung di sana adalah tanah berumput."     

Sebenarnya Noir memang sudah lelah dan dia benar butuh istirahat. Namun, dia tidak ingin terlihat remeh di depan makhluk seperti Mogu yang mempunyai darah Griffin yang sesungguhnya, bukan palsu seperti dirinya.     

Namun, Noir juga ingin meminta Buah Energi Roh jika memang dia harus tetap terbang, hanya dia terlalu sungkan meminta itu ke Jovano.      

Anehnya, putra dari junjungannya itu kenapa tidak menawari buah roh itu dan malah menyuruhnya turun? Ada apa, yah? Ohh, jangan-jangan para tuan dan nona muda di punggungnya itu jauh lebih lelah ketimbang dirinya?     

Maka, baiklah jika itu yang menjadi alasan bagi Jovano untuk mendarat turun dulu. Noir pun mulai terbang turun perlahan-lahan sampai akhirnya benar-benar menapak ke tanah berumput di area tersebut.      

"Aahh ... segarnya udara di sini!" Jovano melompat turun dari punggung Noir dan merentangkan tangannya jauh-jauh seakan dia lega bisa bergerak bebas di tanah. Lalu, dia mengulurkan tangan ke Serafima dan membantu gadis itu turun dari Noir.      

Melihat Jovano menggeliat seperti itu, Noir sedikit lega bahwa dia menuruti untuk turun karena ternyata tuan mudanya merasa lelah.     

Jovano tersenyum nakal sambil hatinya tertawa karena Noir percaya saja dengan akting lelahnya. Padahal dia masih sangat segar bugar, sama sekali tak merasa lelah. Yang dia pikirkan hanyalah ketahanan Noir sebagai alat transportasi satu-satunya bagi mereka berlima saat ini.      

Jika Noir sampai terlalu lelah, mereka harus menanggung perjalanan dengan jalan kaki karena mereka tidak bisa terbang dan Mogu sudah mengonfirmasi tentang ini. Hal paling tak bisa dilakukan ras selain monster hybrid di alam ini adalah terbang.      

Maka, meskipun kekuatan sihir mereka kembali bisa digunakan, namun tetap saja mereka tak bisa terbang. Semesta sudah mengatur demikian, dan tak ada yang bisa merusak aturan itu meski iblis sekalipun. Ini menandakan betapa digdaya Semesta itu, meski belum jelas apa wujud aslinya.     

Mogu lekas menjilati sayapnya dan mengibas-kibaskan sejenak untuk melepas lelahnya. Dan matanya menyala ketika dia melihat apa yang dikeluarkan Jovano dari cincin ruangnya. "I-I-Itu ... Itu ... jangan katakan bahwa itu ... Buah Roh?"     

"Ini?" Jovano mengangkat Buah Energi Roh yang sedianya hendak dia berikan ke Noir. "Ya, ini Buah Energi Roh. Kau mengenali ini?"     

"Siapa yang tidak mungkin tidak mengenali itu?" Mogu menyahut dengan wajah mendamba. "Itu adalah buah yang sudah menjadi legenda karena telah punah beberapa ribu tahun lalu dari tanah ini."     

"Ohh? Jadi, buah ini juga tumbuh di sini?" Jovano menatap buah di tangannya.      

"Tentu saja! Buah Energi Roh merupakan tanaman yang populer di sini waktu dulunya. Tapi, entah kenapa, ada suatu masa ketika Buah Energi Roh semakin menipis hingga akhirnya punah. Kau ... kau dapat dari mana?" Mata Mogu menyala dengan penuh harap pada buah itu.      

"Kau mau? Aku masih punya beberapa." Jovano tidak mau menyebutkan tepatnya seberapa banyak dia memiliki Buah Energi Roh atau pihak lain akan menangis dan mungkin saja memendam hasrat rakus padanya.      

Entah apa reaksi Mogu jika Jovano mengatakan bahwa dia memiliki berhektar-hektar kebun yang isinya Buah Energi Roh sebagai tanaman yang dibudidayakan.      

Tapi, Jovano benar-benar belum ingin mengungkap itu dan hanya mengatakan dia memiliki beberapa untuk keamanan mereka. Yah, memikirkan keamanan tentunya bagus, kan? Lagi pula, dia belum tahu persis mengenai Mogu.      

Seseorang terkadang membawa penampilan begitu menipu, kan? Maka dari itu, Jovano hanya bisa terus waspada pada siapapun yang belum dia kenal dengan baik.     

"O-ohh, tidak usah!" Mogu menggeleng meski matanya perih mendambakan buah tersebut. Dia tidak ingin merepotkan dan merugikan pihak lain, karena siapa tahu Jovano membutuhkan buah itu untuk kelestarian hidup mereka di alam yang masih asing bagi mereka.     

Lagi pula, Mogu masih termasuk ras Griffin, dan kekuatan ras ini tidak bisa diremehkan.     

Jovano tersenyum, sedikit lega mengetahui Mogu menolak meski terlihat sangat menginginkan Buah Energi Roh. Ia pun memberikan 4 buah roh tersebut ke Noir sebelum memakan untuk dirinya sendiri dan Serafima. Shona dan Gavin sudah memiliki persediaan mereka sendiri di cincin ruang mereka.     

Pemuda itu sengaja memberikan buah ke Noir ketika mereka sudah mendarat dengan tujuan agar Noir benar-benar tidak memaksakan diri dan mau beristirahat dulu.     

"Oh ya, tadi ... Kak Noir sepertinya memanggilmu Pangeran. Apakah itu artinya ... kau anggota bangsawan iblis?" tanya Mogu pada Jovano dengan mimik penasaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.