Devil's Fruit (21+)

Mengunjungi Noir Sambil Bertaruh



Mengunjungi Noir Sambil Bertaruh

1Fruit 1221: Mengunjungi Noir Sambil Bertaruh     

Telah disampaikan oleh Druana bahwa dia memiliki solusi untuk permasalahan sebagian penghuni Cosmo dikarenakan kaitannya dengan ikatan kontrak antara Andrea serta Dante dengan mereka.     

Satu-satunya solusi yang ditawarkan Druana memiliki dampak yang cukup tidak mengenakkan. Bahwa mereka yang terkena penyakit efek dari kontrak dapat dipertahankan daya hidup mereka namun mereka harus kehilangan kemampuan sihir mereka hingga Andrea dan Dante bangkit sembuh.     

Banyak dari mereka harus saling bertatapan dulu, terutama pihak yang sedang sakit. Kehilangan kemampuan sihir sama seperti kehilangan martabat sebagai hewan iblis atau jiwa senjata.      

Namun, banyak dari rekan tim mereka meminta agar mereka bersedia menerima solusi dari Druana demi bisa tetap hidup.      

"Bagaimana?" Druana bertanya lagi sembari menatap satu demi satu dari para pasien. Wajah cantik dengan tatapan genit itu memindai raut wajah mereka, seakan dia tengah bersenang-senang menunggu mereka menuntaskan dilemanya.     

"Baiklah, aku akan ambil itu." Shiro yang lebih dulu merespon.     

"Aku juga ikut." Rogard yang kedua.     

Dan kemudian, berturut-turut sisanya mulai mengangguk setuju meski terlihat penuh keluhan di wajah mereka. Tanpa sihir sama seperti tanpa baju. Menjadi canggung dan lemah.     

"Baiklah, kalian bisa panggil aku jika kalian sudah siap." Druana bermaksud hendak minta dikeluarkan dari Cosmo.     

Tetapi, Shiro menimpali dengan cepat, "Kalau bisa secepatnya, maka itu lebih baik. Bahkan aku siap jika memang sekarang ini bisa."     

"Ehh?" Kuro yang lemas mulai menegakkan punggung meski susah payah.      

"Sepertinya aku setuju. Aku juga ingin secepatnya tuntas dari penyakit ini." Kyuna mengangguk sambil masih rebah di bahu Shelly.     

Dengan itu, Jovano menoleh ke Druana dan bertanya, "Bagaimana, Kak Druana, apakah bisa sekarang?"     

"Tu-tunggu dulu, aku harus mempersiapkan bahan-bahannya, ya kan?" Druana malah kini yang kelabakan. Dia pikir, mereka akan bimbang dan meminta diberi waktu berpikir selama sekian hari, tapi ternyata tidak.     

"Kapan Kak Druana siap?" Kini seakan ucapan itu dibalikkan ke Druana oleh Jovano.     

Druana menimbang-nimbang dulu sejenak sambil berpikir cepat. "Umm ... sepertinya besok malam bisa."      

"Baiklah, besok malam aku akan menjemput Kak Druana." Jovano mengangguk puas, dia lega solusi permasalahan pelik ini sudah mencapai titik terang. Hanya tinggal menunggu sehari lagi dan semua pasien akan sembuh seperti sedia kala.     

Shiro dan yang lainnya pun akhirnya tak sabar ingin segera sembuh dan mendapatkan daya hidup seperti biasanya. Mereka tidak ingin terus menguras persediaan di kebun buah roh. Meski buah itu melimpah, namun jika terus dipanen dalam jumlah masif berhari-hari, tetap akan merugi.     

.     

.     

Malam itu, Jovano mengembalikan Druana ke alam luar. Kemudian, dia berjalan sendiri ke arah hunian tempat keluarga liger tinggal.      

Baru saja dia hendak melangkah masuk ke habitat mereka, dia sudah melihat Serafima sedang bermain dengan beberapa liger kecil. Ia berlari ke sana dan ke mari mengejar liger itu dan wajahnya tertutupi oleh kegembiraan dan tawa.     

"Ha ha ha, nah, sebentar lagi aku bisa menangkapmu, bocah nakal!" jerit Serafima sambil mengejar salah satu liger termuda. Namun, ketika dia melihat Jovano, ia pun berhenti dan mengatur napasnya untuk menyapa kerabat jauhnya itu. "Jo! Kau ke sini?"     

"Ya, Tante." Jovano mendekat ke gadis Nephilim itu.     

"Sekali lagi kau memanggilku tante, aku pelintir kepalamu!" ancam Serafima sambil menyodok pinggang Jovano dengan jari.     

"Ouch! Kuat sekali, kamu Ta-ehem! Kak!" Jovano hampir saja kelepasan. Gadis itu benar-benar kuat dan tenaganya tidak main-main.     

"Jangan panggil kak! Aku bukan kakakmu! Panggil nama saja, oke?" Serafima menepuk santai dada Jovano sambil mereka berjalan beriringan ke rumah Noir.     

Mengusap-usap dadanya, Jovano pun mengangguk beserta tersenyum canggung. "I-iya, Se...ra? Boleh panggil Sera?"     

"Hm, tak masalah." Serafima mengulum senyum usai menyahut. "Banyak temanku yang memanggil seperti itu. Baiklah, Sera jauh lebih baik daripada tante atau kakak." Lalu dia menepuk lagi dada Jovano dan berkata, "Ayo kita bertanding, siapa yang lebih cepat sampai pondok Noir, adalah pemenang hebat!" Kemudian dia pun bergegas lari meninggalkan Jovano.     

"Aku ikut juga!" Anak-anak Noir generasi kedua pun tertawa sambil menyusul Serafima.     

"Jo! Yang kalah harus menggendong pemenang sampai ke pondok Cosmo!" seru Serafima sambil berlari.     

"Astaga!" Jovano menggeleng keheranan. Tapi, dia tetap berlari juga mengejar Serafima dan para liger muda lainnya.      

Tak berapa lama, Jovano sudah berada di depan Noir dan menyampaikan semua yang dirundingkan di pondok Cosmo.      

"Jadi begitu rupanya." Noir menggeram lirih dan salah satu putranya lekas menyodorkan buah roh untuk dikunyah sang Griffin Petir Badai. "Tapi aku tidak keberatan menghadapi ini jika memang ini berkaitan dengan Tuan Dante."     

"Paman, jangan begitu. Kalau Paman kenapa-kenapa, ketika daddy bangun, dia bisa mengamuk pada kami." Jovano membujuk Noir. "Karena besok malam Druana akan datang membawa pengobatan, aku harap Paman juga datang dan berobat. Kehilangan sihir sementara tidak apa-apa. Paman bisa tetap di sini saja sampai dad bangun."     

"Hm ...." Noir menggeram lemah. Anak-anaknya segera membujuk dia untuk menerima pengobatan itu. Dan akhirnya, Noir menyerah dan mengangguk. "Besok malam saya akan datang ke pondok sana."     

"Baiklah, aku akan pergi ke tempat koloni king kong dan menyampaikan ini pula. Aku pamit dulu, Paman." Jovano bangkit berdiri dan pamit dengan semua yang ada di sana, lalu berjalan keluar dari pondok Noir.      

"Hupp!" Tiba-tiba saja Serafima sudah melompat di punggung Jovano.     

"Heh?" Jovano kaget tapi untung saja dia tanggap dan lekas memegangi Serafima.      

"Kau tadi kalah, maka dari itu, ayo gendong aku!" Serafima menepuk santai bahu Jovano.     

"Tapi, ini kan bukan ke arah pulang pondok Cosmo," elak Jovano.     

"Memangnya aku perduli? Ayo, cepat! Jalan!" Satu kaki Serafima menyentak pantat Jovano bagai sedang menyentak kuda. Lalu gadis itu membelitkan dua lengan ke leher Jovano sambil tertawa riang.     

Jovano menghela napas. Apa-apaan gadis ini? Bisa bersikap seenaknya tanpa beban begitu! Namun, karena tidak ingin berdebat lebih lama, Jovano pun mulai berajalan sambil menggendong Serafima di punggungnya.     

"Apakah tidak bisa berlari atau terbang?" tanya Serafima saat mereka sudah mulai berjalan beberapa puluh meter.      

"Begini pun tidak masalah. Anggap saja aku sedang melatih kekuatanku sambil menggendong karung beras." Jovano menyahut.     

"Hei! Kau menyamakan aku dengan karung beras, hm?!" Serafima menampar lengan Jovano. Wajahnya cemberut mendengar ucapan Jovano. "Aku marah! Kau sudah menyinggung hati seorang wanita lemah sepertiku."     

"Pfftt! Memangnya aku perduli?" timpal Jovano. Wanita lemah? Wanita lemah apanya?     

"Kau! Kau mengembalikan ucapanku tadi!" Kaki Serafima bergoyang heboh berusaha menendang pantat Jovano.     

Tapi, Jovano semakin erat memegangi pantat Serafima di punggungnya. "Hei, hei, jangan banyak bergerak, nanti aku bisa kesusahan mencengkeram pantatmu."     

"Kau! Kau bahkan berani mengambil keuntungan dariku! Kau pemuda mesum!"     

"Mesum? Siapa yang tadi melemparkan dirinya ke aku?"     

"Aku adalah pemenang taruhan!"     

"Dan aku berusaha memegangi kau agar tidak jatuh. Sekarang, pilih, pantatmu ada di tanah ... atau di tanganku?"     

Serafima mendelik. Belum pernah dia bertemu pemuda seberani Jovano yang nekat menantang ucapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.