Devil's Fruit (21+)

Menganggap Sebagai Latihan



Menganggap Sebagai Latihan

0  Fruit 1255: Menganggap Sebagai Latihan    

   Jovano dan kelompoknya sama sekali tidak menduga akan kemunculan dari banyak Kadal Api Tepian setelah mereka baru saja menghajar 8 darinya.    

   Yang mecengangkan, ternyata 8 Kadal Api Tepian yang mereka hajar adalah jenis yang paling lemah dari ras itu. Dengan ini, Jovano mulai bersikap waspada, tak berani meremehkan lawannya.      

  Terkadang, seseorang berhasil dikalahkan jika dia mulai meremehkan lawannya. Benar, bukan? Kelengahan adalah sesuatu yang buruk, terutama dalam pertempuran.    

   Ketika prajurit Kadal Api Tepian mulai bergerak maju secara serempak dan meneriakkan suara mereka, seolah langit terbelah. Mogu merasakan lututnya bagaikan jeli. Meski dia kuat, namun jika melawan begini banyaknya Kadal Api Tepian yang terkenal ganas dan kuat, bagaimana dia bisa tenang-tenang saja?      

  Walaupun begitu, Mogu tak mungkin berdiam diri saja menyaksikan Jovano dan kelompoknya dihancurkan oleh pihak lawan. Dari awal dia sudah menyenangi kelompok Jovano yang sopan dan baik, tidak mencirikan iblis pada umumnya.    

   Jovano dan kelompoknya pun mulai mengeluarkan senjata masing-masing karena lawan mereka membawa tombak dan perisai. Di mata Jovano, Kadal Api Tepian ini seperti prajurit penjaga kawasan ini.      

  Dan ini masih monster pertama yang mereka jumpai di Volvulandis! Namun sudah sebanyak ini!    

   Kelompok Jovano segera mengayunkan senjata di tangan mereka. Jovano, Pangeran Zaghar dan Shona menggunakan pedang. Gavin memakai kapak ganda, sedangkan Serafima masih ingin menggunakan cambuknya. Sedangkan Mogu memakai sihir yang dia miliki, perpaduan dari petir dan angin.      

  Jovano menghantamkan pedang besarnya pada lawannya, namun lawan malah menghadang dengan perisai logamnya sehingga menimbulkan bunyi keras dan Jovano pun terdorong ke belakang beberapa langkah.    

   Hal ini cukup mengejutkan bagi Jovano. Ternyata benar dugaannya, kekuatan Kadal Api Tepian yang ini jauh berbeda dengan 8 yang mereka hajar sebelumnya. Kadal yang gelombang kedua ini sungguh kuat dan ini diakui Jovano.      

  Rekan timnya pun berpikiran sama seperti Jovano. Mereka tidak mudah memberikan serangan mendominasi pada prajurit Kadal Api Tepian. Hantaman senjata mereka dengan mudah dihalau dan ditandingi dengan serangan kuat dari fisik yang disalurkan ke tombak dan perisai mereka.    

   Kadal Api Tepian itu berjumlah sekitar dua puluhan, hampir mencapai tiga puluh. Ini cukup menjatuhkan kesulitan pada kelompok Jovano. Mereka bagai menemui makhluk yang kekuatannya hampir sebanding dengan mereka.    

   Jovano sekali lagi menghantamkan pedang besarnya hanya untuk ditubruk oleh perisai lawannya, dan kadal api lainnya sudah menusukkan tombak dari sisi lain, membuat Jovano harus berkelit cepat sebelum perutnya dilubangi tombak lawan.    

   Dan dia juga harus melonjak cepat ke udara sebelum tombak berikutnya menghujam kakinya. Jovano harus melawan 4 Kadal Api Tepian sekaligus. Meski begitu, dia tak boleh lengah, karena kadal-kadal itu terbukti kuat.      

  Salah satu Kadal Api Tepian menyemburkan napas api mereka ke Jovano ketika dia melonjak di udara dan Jovano segera mengeluarkan perisai kristal milik ibunya. Api pun berhasil dihalangi oleh perisai tersebut.    

   "Bagaimana caranya kau bisa mengeluarkan perisai itu dari kekosongan?" seru salah satu lawannya sambil membelalakkan matanya tak percaya.    

   "Ohh, orang tua dewaku memberikan aku banyak artefak menarik. Itu bukan sesuatu yang perlu dihebohkan, bukan?" balas Jovano dengan tawa kecilnya.    

   "Bocah sombong!" Kadal Api Tepian makin terprovokasi dengan jawaban Jovano. Ya, mereka memang paham bagaimana terkadang para dewa akan memberikan banyak harta berharga kepada para putra mereka yang disayangi.      

  Kini, dengan pedang dan perisai di tangannya, Jovano lebih memiliki pertahanan dan penyerangan yang lebih baik dari sebelumnya. Ia juga tidak menyangka perisai kristal milik ibunya begitu tangguh dan bisa menangkal serangan tombak yang ditusukkan kuat-kuat padanya.    

   Shona dan yang lainnya juga mulai mengeluarkan senjata kedua mereka untuk menunjang pertarungan mereka masing-masing. Namun, hanya Gavin yang masih bertahan dengan dua kapak besar di tangannya.      

  Gavin meskipun masih  seorang bocah remaja, namun jangan remehkan kekuatannya. Dia sudah ditempa banyak di alam Schnee dan juga memiliki banyak pertempuran sengit sebelumnya. Maka dari itu, tak heran jika dia begitu lincah mengayunkan secara cepat kapak besarnya yang berat dan ganas.      

  Ini cukup menyusahkan bagi lawan-lawan yang menepungnya. Para Kadal Api Tepian tak mengira kalau bocah seperti Gavin bisa bergerak fleksibel sekaligus kuat dengan kapak seperti itu.    

   Hal ini diperhatikan oleh pemimpin prajurit ras Kadal Api Tepian. Dia berdiri tenang tak jauh dari medan pertempuran dengan dua lengan terlipat di dada. Matanya secara teliti memperhatikan seluruh anggota tim Blanche di sana yang sedang berjuang melawan anak buahnya.      

  "Panglima, sepertinya mereka setengah dewa yang kuat, tak bisa diremehkan." Ajudan di sebelahnya berbicara pelan.    

   Panglima Kadal Api Tepian mengangguk setuju. "Kau benar. Banyak para demi-gods (setengah dewa) yang sangat kuat karena gen dari orang tua dewanya. Seperti Hercules, Artemis, Apollo."    

   "Betul, Panglima. Lalu ... bagaimana mengenai pertempuran ini? Melihat mereka bisa mengimbangi anak buah Panglima, sepertinya mereka memang tangguh. Apakah perlu memanggil divisi lainnya?"    

   "Hm, tak perlu. Aku masih memiliki keyakinan pada anak buahku." Si panglima Kadal Api Tepian mengangkat tangan tanda menahan jika ajudannya hendak melakukan apa yang diucapkan tadi. "Hm, coba kau lihat, pemuda yang membawa kapak itu. Dia begitu kuat meski tubuhnya sekecil itu. Rasanya aku ingin marah ketika para remaja kita tidak berguna, seperti 8 tadi."    

   "Baginda Panglima harus bersabar, karena semua orang butuh bertumbuh dan mengembangkan potensi masing-masing. Percayalah, dalam beberapa waktu mendatang, para remaja kita akan setangguh gunung! Baginda bisa melihat seperti apa prajurit kita itu, kan?"    

   "Hm, kau benar. Sepertinya aku memang kurang sabar menangani para remaja manja itu dan ingin mereka lekas menjadi kuat." Panglima Kadal Api Tepian menajamkan penglihatan dia ke Jovano dan kelompoknya, berusaha mencari kelemahan kelompok itu.    

   Sedangkan Jovano, dia mulai terbiasa dengan kombinasi pedang dan perisainya. Bergerak luwes, dia lincah berkelit dan menahan serangan lawan-lawannya yang datang bergantian tanpa jeda, lalu memutarkan pedangnya sambil terus waspada memblokir serangan menggunakan perisai. Sesekali dia akan meloncat sebelum mulai memberikan serangan balasan.      

  Serafima yang menggunakan cambuk dan pedang juga terus bergerak lincah, berputar menghindari serangan, lalu mengibaskan cambuknya ke wajah lawan sehingga terdengar suara mengaduh dari lawan itu.      

  Karena Serafima tidak memiliki cincin ruang, senjatanya hanya apa yang menempel di tubuhnya. Tapi dia tidak berkecil hati karena itu. Baginya, yang terpenting adalah kekuatan dan kecepatan serangan! Maka, ia semakin beringas mengayunkan cambuk dan pedangnya secara bergantian.    

   Jovano mulai bisa mengimbangi lawan yang mengepungnya, dan dia berseru ke kelompoknya, "Guys! Ini rasanya semakin mudah ditangani, ya kan? Anggap saja ini adalah latihan seperti saat kita di Schnee!"      

  "Benar, Kak Jo!" Gavin menyeru menjawab Jovano. Shona mengangguk setuju. Hanya Pangeran Zaghar dan Serafima saja yang tak paham meski sudah diceritakan mengenai alam Schnee.    

   "Benar! Mari kita gunakan ini untuk menempa kekuatan fisik dan kemampuan bertarung kita!" Shona juga melonjak dalam semangat.      

  Ajudan di samping panglima Kadal Api Tepian melotot geram. "Ba-Baginda Panglima! Mereka meremehkan anak buah Anda! Ini terlalu menghina! Ini penghinaan bagi prajurit kuat kita!"    

   Kening panglima Kadal Api Tepian berkerut sebelum dia secara tenang memerintahkan ke ajudannya, "Panggil divisi berikutnya."    

   


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.