Devil's Fruit (21+)

Munculnya Divisi Pedang yang Ganas



Munculnya Divisi Pedang yang Ganas

0Fruit 1256: Munculnya Divisi Pedang yang Ganas     

Melihat pergerakan kelompok Jovano yang mulai terbiasa dan bisa mengimbangi serangan anak buahnya, kening panglima Kadal Api Tepian berkerut sebelum dia secara tenang memerintahkan ke ajudannya, "Panggil divisi berikutnya."     

"Siap, Baginda!" Sang ajudan segera saja meniupkan peluit yang ada di rantai kalungnya. Bunyi melengking tinggi segera terdengar.      

Jovano dan kelompoknya tentu saja mendengar bunyi itu. Dengan pemahaman dia, Jovano yakin itu adalah panggilan untuk bala bantuan. Tidak salah lagi.      

Saat ini, mereka sudah mulai bisa menangani serangan beberapa Kadal Api Tepian sekaligus tanpa merasa kerepotan seperti sebelumnya. Jovano dan yang lainnya sudah mulai menemukan pola serangan mereka dan lekas mempelajari untuk dijadikan metode penangkalan sehingga para kadal itu tetap tidak bisa menaklukkan mereka.     

Kalau dipikir-pikir lagi, Jovano mulai menyadari bahwa kekuatan Kadal Api Tepian masih jauh di bawah kekuatan para kriminal iblis yang dilepaskan King Zardakh ketika di alam Schnee untuk menguji mereka di ujian terakhir sebelum ke kutub selatan.     

Para napi iblis jauh lebih mengerikan dan berbahaya ketimbang Kadal Api Tepian ini. Jika dulu ketika dia masih sangat belia saja sudah harus menghadapi para napi iblis dan mampu menangani mereka, maka tidak mungkin dia akan kalah oleh para kadal api ini meski tak menggunakan kemampuan sihirnya.     

Ya, Jovano meyakini ini sekarang. Dikarenakan inilah dia lebih percaya diri menghadapi serangan Kadal Api Tepian. Ia makin luwes bergerak dan menebaskan pedangnya pada satu persatu kadal di dekatnya.      

Ternyata, rekan timnya pun seperti Jovano, sudah mampu menanggulangi serangan Kadal Api Tepian dan membasmi mereka meski digempur dengan serangan keroyokan. Benar kata Jovano, ini bisa dianggap sebagai sarana melatih diri dan menempa menjadi lebih kuat.     

Ya, seringkali, kekuatan seseorang akan tumbuh dan terasah di bawah tekanan. Ini bisa dijadikan pelatihan dan penambahan bagi jam terbang pengalaman tempur mereka semua.      

Tepat ketika prajurit sudah terkapar tak berdaya di tanah dan kelompok Jovano masih berdiri di tempatnya sebagai pemenang, saat itu pulalah  muncul prajurit Kadal Api Tepian gelombang kedua.     

Panglima Kadal Api Tepian menatap senang karena divisi ini muncul. Divisi yang dia miliki, yaitu divisi pedang, lebih kuat dari divisi tombak. Apalagi jumlahnya juga lebih banyak dua kali lipat. Dia tak yakin divisi yang ini bisa dikalahkan Jovano. Dia tak sabar menanti kejatuhan Jovano dan kelompoknya.     

Bagaimana pun, sebagai monster hybrid, dia juga memiliki kebencian pada iblis dan juga pada dewa. Dari keduanya itu lahir monster-monster hybrid yang mengerikan dan terkadang membawa kegagalan bagai mereka adalah objek ekperimen semata.     

Sang panglima itu tidak membenci manusia, namun dia membenci darah dewa yang ada di tubuh bocah-bocah itu, karena masih termakan tipuan Jovano yang mengatakan mereka adalah manusia setengah dewa.     

Para dewa di Nirwana memang terkadang berbuat gila dengan menciptakan dan bereksperimen dengan makhluk-makhluk yang ada di bumi. Entah mereka melakukannya karena bosan atau hanya memenuhi ambisi rasa penasaran mereka saja.      

Dan ketika iblis ikut campur secara diam-diam dalam projek mengerikan itu, maka terciptalah monster hybrid dengan berbagai jenis dan rupa. Kadang ada yang berparas masuk akal, dan kadang juga penampilannya tidak sesuai logika umum, seperti Chimera contohnya.     

Banyak monster yang juga membenci para dewa namun lebih banyak lagi yang membenci iblis. Karena, ketika dewa-dewa mulai bosan dengan tindakan membuat makhluk hybrid, justru kemudian iblis yang mengambil alih dan mulai melakukannya secara besar-besaran.     

Begitu banyak makhluk bumi yang menderita ketika itu. Dua atau lebih hewan disatukan, kadang juga manusia ikut dikorbankan sebagai objek eksperimen. Itu sungguh jaman mengerikan kala itu. Meski begitu, Surga tetap bungkam, dan setelah beberapa abad sejak monster hybrid berkeliaran di bumi menjadi teror bagi manusia biasa, Semesta pun mulai meminta Surga untuk bertindak.     

Namun, ternyata Surga hanya memberikan kewenangan pada Semesta untuk mengatur sebuah alam tersendiri dengan para makhluk hybrid tadi dipindahkan semua ke alam itu, yaitu alam Hybrid ini.      

Dan sekarang, pasukan Kadal Api Tepian memiliki kesempatan untuk melampiaskan kekesalan mereka terhadap iblis dan dewa melalui kelompok Jovano.      

Dengan pedang-pedang cukup besar di tangan mereka, mereka bergerak beringas ke arah kelompok Jovano, menyerukan semangat mereka menghancurkan Jovano dan yang lainnya.      

Jovano segera menjawab seruan mereka dengan ayunan pedang juga.      

Draangg!     

Kedua pedang beradu kuat. Jovano terpental beberapa langkah ke belakang. Oh tidak, sepertinya ini lebih kuat daripada yang sebelumnya, batin Jovano sambil menganalisis secara cepat.      

Dan benar sesuai dugaan dia, ketika dia menyodorkan perisai kristalnya untuk memblokade tebasan pedang lawan, lengannya sampai merasa sakit karena getaran yang terjadi dari akibat dua benda bertumbukan kuat.     

Dia bersyukur ibunya memiliki perisai hebat yang kuat dan tangguh. Meski begitu, pegal di tangannya dari getaran tadi menjadikan Jovano kesal. Tapi, semangat menempa diri kembali tersulut. Ia pun mulai berteriak ketika terus menahan dan balik menyerang Kadal Api Tepian divisi pedang.     

Ctasss!     

Cambuk milik Serafima pun patah setelah bertemu berulang kali dengan tebasan pedang Kadal Api Tepian kali ini. Wajahnya muram seketika. Itu adalah cambuk yang dia sayangi, yang sudah menemani dia semenjak remaja belia, senjata kebanggaannya. Dan kini putus begitu saja.      

Namun, Serafima tak bisa berlama-lama bersedih karena terjangan banyak Kadal Api Tepian divisi pedang sudah mengurung dirinya, siap menghancurkan dia. Dengan hanya berpedang saja dan tak mungkin memakai senjata pistolnya, dia berusaha bertahan.     

Jovano yang melihat itu pun segera bergegas ke tempat kekasihnya dan membantu Serafima. "Pakai ini!" Dia menyerahkan pedang di tangannya ke Serafima.     

"Lalu kau?" Gadis Nephilim itu bingung.      

"Aku ada ini!" Jovano mengeluarkan pedang besar lainnya yang dia tempa sendiri. Meski itu tidak sekuat pedang pemberian kakeknya, namun dia percaya pedang buatannya tidak terlalu mengecewakan.      

Tak ada banyak kesempatan untuk Serafima berkata-kata lagi karena serangan Kadal Api Tepian kian brutal mengganas. Ia pun segera memakai pedang Jovano dengan pedangnya sendiri, mengibas ke segala arah, membuat Kadal Api Tepian mulai menjaga jarak darinya.     

Divisi pedang Kadal Api Tepian cukup merepotkan. Dan kelompok Jovano kian terdesak.      

"Arrghh!" Terdengar jeritan Shona ketika dadanya berhasil ditebas salah satu pedang kadal api, dan dia lekas berkelit ketika kadal itu menyemburkan api dari mulutnya ke Shona. Segera, darah mengucur cukup deras dari luka tebasan lumayan panjang melintang diagonal di dadanya.     

"Shona!" Pangeran Zaghar berseru terkejut istrinya dilukai.     

Jovano melihat kejadian itu dan menatap khawatir pada Shona yang terluka.      

Salah satu Kadal Api Tepian di dekat Shona pun berteriak, "Hei, darahnya hitam! Dia berdarah hitam! Bukan merah! Dia iblis!"      

Karena teriakan itu, mata Kadal Api Tepian pun mulai menyala dengan ekspresi wajah mengerikan menatap kelompok Jovano. Demikian juga si panglima yang terperanjat. "Sial! Kau membohongiku, bocah!" teriak si panglima.     

Jovano panik dan dia secara refleks pun mengeluarkan kekuatan Api Hitam Nerakanya yang ternyata bisa keluar dan membentuk lingkaran mengepung tempat pertempuran itu. Tak hanya itu, menggunakan pikirannya, Jovano menggerakkan api-api berbahaya itu menghinggapi satu demi satu Kadal Api Tepian.      

Jeritan segera terdengar dari manapun di sana sambil tubuh para kadal mulai tumbang terlahap api hitam.     

Jovano tak punya pilihan lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.