Devil's Fruit (21+)

Melihat Kecemasan Jovano



Melihat Kecemasan Jovano

0Fruit 1257: Melihat Kecemasan Jovano     

Karena Shona terluka oleh salah satu serangan pedang dari divisi pedang pasukan Kadal Api Tepian, maka Jovano panik dan dia secara refleks pun mengeluarkan kekuatan Api Hitam Nerakanya yang ternyata bisa keluar dan membentuk lingkaran mengepung tempat pertempuran itu.     

Tak hanya itu, dengan menggunakan pikirannya, Jovano juga menggerakkan api-api berbahaya itu menghinggapi satu demi satu Kadal Api Tepian.     

Dikarenakan tindakan nekatnya ini, maka pasukan Kadal Api Tepian pun menjadi tahu identitas asli dari kelompok Jovano. Bahkan panglima mereka juga begitu murka setelah melihat apa yang dikeluarkan Jovano.     

Api hitam. Meski itu dari jenis yang paling biasa sekalipun, tetap saja itu merupakan kekuatan unik yang hanya dimiliki oleh ras iblis. Semua makhluk supernatural mengetahui dengan jelas tentang itu.     

Maka, dengan tatapan penuh amarah namun juga takut, panglima Kadal Api Tepian berusaha lolos dari tempat itu sebelum dijadikan kadal goreng garing oleh api hitam.      

Ajudan di sampingnya juga berusaha mengikuti panglimanya. Berdua, mereka sekuat tenaga menerjang lingkaran api hitam yang mengepung area pertempuran itu.      

Melihat itu, Jovano hendak mengarahkan apinya ke dua kadal tadi, namun ternyata tidak bisa! Telapak tangan kirinya tidak mengeluarkan apapun lagi. Sepertinya waktu dia untuk menggunakan kekuatan sihir sudah habis. Harus menunggu beberapa jam lagi untuk mengaktifkannya.      

Kedua kadal yang lari pontang-panting keluar dari lingkaran api hitam, tentu saja mereka tak bisa menghindari dari jilatan api tersebut meski sudah berusaha melompat setinggi mungkin.     

Panglima Kadal Api Tepian terjilat di kakinya ketika dia melompat tinggi. Ia lekas berguling di tanah dan dengan berat hati memotong kakinya sehingga api hitam tidak lekas menjalar ke seluruh tubuh.      

Namun tidak demikian dengan sang ajudan Kadal Api Tepian. Dia terbilang sial karena saat melompat, perutnya lah yang terkena jilatan api hitam. Tak mungkin dia mengamputasi perut, kan? Maka dengan lolongan menyedihkan yang membuat bulu kuduk meremang, ajudan itu pun harus merelakan tubuhnya terlahap api hitam, sama seperti pasukan Kadal Api Tepian lainnya yang terperangkap di dalam lingkaran.     

Begitulah karakter api hitam Jovano, selain lebih cepat membakar habis dibandingkan api hitam biasa, itu juga bisa menggapai makhluk apapun yang melintas di atasnya dalam jangkauan 1 kilometer menggunakan jilatannya.     

Maka, tak heran panglima dan ajudannya masih saja terkena jilatan api hitam Jovano meski mereka sudah berusaha melompat setinggi mungkin, mengira api yang terlihat rendah itu takkan menjangkau mereka.     

Siapa yang bisa mengira, api rendah itu mendadak menjulang tinggi meraih apapun dari tubuh si panglima dan ajudan ketika berusaha melewatinya.      

Kini, menyeret sekuat tenaga tubuhnya yang tidak berkaki utuh, panglima Kadal Api Tepian melarikan diri menahan sakit dan amarahnya.      

Sifat api hitam adalah akan padam sendiri ketika sudah selesai melahap mangsanya sampai menjadi abu. Maka, di sekeliling area itu, terhampar banyak abu berbentuk pasukan Kadal Api Tepian dalam berbagai pose.     

Sedangkan api hitam yang bertindak sebagai lingkaran, itu masih belum padam selama Jovano belum mengendalikan untuk hilang. Karena Jovano kehilangan kendali sihir, maka dia hanya bisa menunggu beberapa jam lagi untuk meniadakan api itu. Yang bisa dikatakan, itu merupakan sebuah kerugian besar untuknya.     

Untuk saat ini, lingkaran api hitam itu hanya bisa digunakan sebagai tameng dan perlindungan terbaik bagi mereka dari segala musuh yang ingin mencelakai mereka di tanah ini.      

Lekas saja Jovano berlari ke Shona dan ingin melihat bagaimana kondisi adik dari sahabatnya, Zevo. "Sho! Bagaimana keadaanmu?"      

"Herrhgg! Hrrghh! Ini menyakitkan ... aarghhh!" Shona merintih keras sambil menatap luka melintang diagonal pada dadanya. Darah hitam terus mengalir dari sana. Peluh terus membanjiri dari kepala dan semua pori-pori tubuh.      

Ia memang benar-benar kesakitan. Ia merasakan luka itu seakan sedang membakar dagingnya, menggerogoti seluruh sel di tubuhnya.     

"Sayank! Sayank, aku mohon bertahan!" Pangeran Zaghar berteriak sambil terus menopang tubuh istrinya di tanah.      

Tidak ingin berlama-lama membiarkan Shona kesakitan, Jovano pun segera mengeluarkan sebuah pil dari cincin RingGo milik Andrea. Itu adalah pil penyembuh luka tingkat tinggi. "Sial! Adanya yang ini! Sepertinya tingkat sempurna udah abis! Ya udah, Sho, buruan makan ini, deh!"     

Shona membuka mulut ketika Jovano menyuapkan pil tersebut padanya. Selang beberapa detik setelahnya, Shona mulai agak tenang, tidak merintih kesakitan lagi. Ternyata, pedang kaum Kadal Api Tepian berisi elemen api juga, sehingga ketika terkena tebasannya, itu sama saja digores sambil menaruh api di luka tersebut.      

Pantas saja Shona mengerang keras.      

Kini, Shona sudah mulai bisa bernapas lebih tenang ketimbang sebelumnya. Dia terkulai di pelukan suaminya, mata terpejam dengan tubuh basah oleh peluh. Luka melintang itu masih terlihat namun darah sudah tidak lagi mengalir.      

"Hgh! Andai aku bisa keluarin tenaga healing!" Jovano meremas rambutnya, sangat cemas dan panik melihat kondisi Shona. "Sho, aku beneran minta maaf yah, gak bisa kasi obat penyembuh luka tingkat sempurna. Mom kayaknya kehabisan itu di cincinnya."     

Sepertinya memiliki seorang Healer memang sangat perlu dalam sebuah perjalanan, terutama ketika mengarungi sebuah alam berbahaya. Dan alangkah buruknya ketika Healer itu justru yang terluka.      

Sekilas pemikiran terlintas di benak Jovano setelah dia merenungkan mengenai itu dengan cepat. Apakah seharusnya mereka melindungi Shona jika terjadi pertempuran? Tapi Jovano tidak yakin Shona mau menerima perlakuan itu begitu saja. Perempuan itu pasti ingin ikut bertempur seperti yang lainnya. Huh, ini cukup membuat pusing kepala Jovano.      

Shona perlahan membuka matanya dan menatap sayu ke Jovano sambil menjawab dengan suara lemah, "Gak apa, Jo. Ini juga sudah sangat membantuku. Rasa sakitnya hilang, dan hanya butuh penyembuhan aja. Mungkin ... aku akan bisa pakai healing aku untuk membuat luka ini tertutup setelah tenagaku lebih terisi."     

"Ohh! Buruan makan ini kalau gitu, Sho!" Jovano mengeluarkan Buah Energi Roh untuk diberikan ke Shona.      

Shona menatap buah langka tersebut tanpa minat. Pangeran Zaghar mengambil buah itu dan mendekatkan ke mulut istrinya, dan berkata, "Sayank, ayo makan buah ini, yah! Kau akan lebih kuat dan bisa mengobati lukamu."     

Menatap sang suami yang menatap penuh harap padanya, Shona tak tega dan mulai membuka mulut untuk menggigit kecil buah tersebut. Dia makan dengan perlahan buah itu sambil terus ditopang dalam pelukan Pangeran Zaghar.      

"Lagi-lagi aku yang membuat identitas kita jadi terekspos, yah!" Shona tersenyum getir dengan wajah masih pucat dan berkeringat dingin.      

"Sudah, jangan salahkan dirimu terus, sayank." Pangeran Zaghar menyeka peluh di kening istrinya.     

"Benar, Sho," timpal Jovano yang mendengar ucapan lirih Shona. "Kita semua tahu di sini adalah alam yang keras dan berbahaya, maka segala upaya dan tindakan pertahanan memang harus dilakukan. Yang penting, kita harus terus bekerja sama saling mendukung." Dia segera duduk berlutut di sebelah Shona. Matanya menyiratkan dukungan penuh akan apapun yang dilakukan Shona.     

Sebagai ketua tim, Jovano harus bisa menyatukan seluruh anggota tim agar misi mereka bisa berhasil dengan baik.      

Di dekatnya, Serafima menatap tindakan Jovano yang panik ketika Shona terluka dengan tatapan yang susah dijabarkan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.