Devil's Fruit (21+)

Munculnya Leluhur Kadal Api Tepian



Munculnya Leluhur Kadal Api Tepian

0Fruit 1258: Munculnya Leluhur Kadal Api Tepian     

Serafima menatap tindakan Jovano yang panik ketika Shona terluka dengan tatapan yang susah dijabarkan. Kenapa dia merasa tak nyaman? Ini rasanya hampir mirip dengan yang dia rasakan ketika dia kesal saat Jovano dicium oleh Druana waktu itu.     

Sesak di dada dan kesal tak jelas.     

Tapi, Serafima tidak berani menyatakan dengan lantang apa yang menjadi keluhannya itu atau dia akan dipandang sebagai orang aneh. Sama seperti dulu ketika dia kesal dengan Druana, dia tidak bisa melampiaskan dengan omelan apapun mengenai itu dan hanya bergantung pada Zivena saja untuk memarahi Druana melalui si adik kecil.     

Duh, sekarang sepertinya Serafima ingin ada Zivena di sini.     

.     

.     

Hingga malam menjelang, Jovano dan Pangeran Zaghar terus merawat Shona secara bergantian. Gavin dan yang lainnya berjaga-jaga kalau ada serangan terhadap kelompok mereka. Meski area tempat mereka berada masih dikelilingi api hitam milik Jovano, namun tidak ada salahnya selalu waspada.     

"Sho, makan lagi buah energinya, gih!" Jovano menyodorkan Buah Energi Roh dari cincin ruangnya untuk diberikan ke Shona.      

"Iya, sayank, makan yang banyak dan rutin untuk membantu pemulihan tenagamu, yah!" Pangeran Zaghar menerima buah dari tangan Jovano dan mendekatkan ke mulut istrinya.      

Lagi-lagi, Shona secara patuh memakan buah yang sebesar apel namun berwarna-warni bagai fusi dari semua warna yang diaduk tanpa menghilangkan warna solid masing-masing. Buah itu meski mirip apel, namun lunak dan mudah dimakan dengan cepat ketika sudah digigit.      

Jovano memiliki ide di kepalanya. Karena pemulihan tenaga Shona cukup lambat meski sudah makan beberapa buah energi, dia punya rencana untuk Shona. "Kak Za, coba biarkan aku alirkan tenaga murni aku ke Sho. Gimana?"     

"Jo, kamu yakin?" Pangeran Zaghar terkejut dengan ide Jovano.      

"Iya, Kak, kita bisa coba, kalau itu berhasil, maka nanti Kak Za juga bisa alirkan tenaga murni Kakak ke Sho. Kalau hanya begitu kan tidak akan membutuhkan campur tangan energi sihir, kan?" Jovano memberikan penjelasan singkat mengenai pemikirannya.      

"Ah, lalu nanti kau lemas?" Pangeran Zaghar tidak ingin merepotkan Jovano. Apalagi Jovano merupakan ketua tim, akan buruk jika ada serangan lanjutan dari monster kadal.      

"Tenang aja, Kak. Kan ada buah energi. Api hitamku juga masih jadi pagar pelindung untuk kita. Walo aku yakin sihirku udah balik, tapi mendingan biarin aja api itu jagain kita." Jovano mengangguk yakin.      

Pangeran Zaghar menatap Jovano. "Baiklah, Jo. Aku percaya pada idemu ini. Tapi nanti biarkan aku juga mengalirkan energiku ke istriku juga, yah!"     

"Ya, Kak! Nah, sekarang coba Kak Za pegangi Sho." Jovano mempersiapkan dirinya. Dia memang telah mendapatkan kekuatan sihirnya karena ini sudah lebih dari 2 jam. Tapi ia tidak ingin memadamkan api hitamnya dan membiarkan itu menjadi pagar pelindung mereka saja.     

Pangeran Zaghar menopang tubuh istrinya dan mendudukkan Shona dengan bersandar di dadanya. "Begini, Jo?" Dia sendiri belum pernah mengetahui adanya metode pengaliran energi murni ke tubuh pihak lain.      

Jovano mengangguk dan dia mulai duduk di depan Shona dan menempelkan telapak tangannya ke dahi dan perut Shona. Matanya terpejam untuk bisa lebih berkonsentrasi.      

Perlahan, Shona membuka matanya ketika dia mulai merasakan adanya aliran hangat pada dahi dan perutnya. Bahkan energi itu menyala samar dari telapak tangan Jovano, energi berwarna biru tipis.      

Pangeran Zaghar tersenyum lebar. "Wuah, ternyata berhasil!" Ia tak mengira ada cara seperti ini. Karena yang dia ketahui, cara ras mereka untuk mendapatkan energi adalah melalui persenggamaan dimana cairan mereka bisa diserap pihak lain.     

Selama hampir satu jam, Shona menerima tenaga murni Jovano. Shona sampai tak tega dan meminta Jovano berhenti. "Jo, sudah, Jo." Ia memegang tangan Jovano di perutnya dengan lemah. "Kau sudah berkeringat banyak. Pulihkan dulu dirimu."     

"Betul, Jo. Biarkan aku sekarang yang ganti memberikan energiku ke Shona." Pangeran Zaghar juga melihat Jovano mulai berkeringat banyak dan tidak ingin Jovano tumbang.     

Meski Jovano yakin dia masih mampu bertahan beberapa jam lagi memberikan energi murni dia ke Shona, namun melihat Pangeran Zaghar bersemangat untuk turut menolong istrinya, dia pun mengangguk paham dan menyingkir.     

"Sini, Jo, tolong topang Shona." Pangeran Zaghar, tanpa merasa risih atau apa, malah meminta Jovano untuk menopang tubuh istrinya seperti yang tadi dia lakukan.     

Jovano linglung untuk sesaat.      

Tiba-tiba, dari balik bebatuan besar, muncul banyak monster Kadal Api Tepian dan ada ras lainnya pula. "Itu mereka! Mereka iblis! Lihat, itu api hitam!"     

Para monster itu berteriak-teriak ke kelompok Jovano. "Awas, jangan terlalu dekat! Apinya sangat berbahaya!"      

Tak lama, para monster itu segera melemparkan tombak yang tak terhitung banyaknya secara giat ke dalam lingkaran. Jika mereka tidak bisa menerjang lingkaran api hitam, maka membunuh dengan cara melemparkan senjata juga tentunya bisa, kan?     

"Jo, cepat!" Pangeran Zaghar cemas melihat kedatangan para monster yang mungkin jumlahnya ratusan, mengepung mereka.      

"Ohh! Ya, Kak!" Jovano segera mengambil alih tubuh Shona untuk diletakkan ke dadanya, sementara Pangeran Zaghar mulai duduk di posisi Jovano sebelumnya. "Konsentrasi, Kak. Bayangkan energi Kakak berbentuk seperti air dan perlahan dorong melalui telapak tangan kakak ke Sho, tapi jangan terlalu terburu-buru biar gak nyakiti Sho." Ia memberikan arahan.     

Pangeran Zaghar mengangguk. Dia lekas melakukan yang diajarkan Jovano dengan sebaik mungkin, sementara itu, anggota kelompok lainnya berjuang untuk menepis tombak dan senjata apapun yang dilemparkan ke mereka.     

Terkadang, api hitam berhasil meraih senjata itu ketika melewatinya, namun kadang ada yang lolos berhasil masuk ke lingkaran. Inilah yang mencoba dihalau oleh Gavin dan Serafima serta Mogu.      

Semua terjadi selama setengah jam lebih, mengharuskan Gavin, Mogu dan Serafima untuk bergerak lincah melindungi Jovano, Shona dan Pangeran Zaghar yang sedang berkonsentrasi memberikan suntikan energi murninya.      

Area di dalam lingkaran sudah cukup penuh oleh terjangan ratusan senjata yang tidak berhasil dihalau atau lolos dari gapaian api hitam.      

Gavin, Serafima dan Mogu membentuk perisai hidup segitiga dengan tiga lainnya di dalam lindungan segitiga mereka.     

Ketika satu jam hampir tiba, mendadak saja tanah seperti berguncang pelan bagai ada gempa kecil. Dan kemudian, muncullah monster berukuran raksasa. Itu adalah leluhur Kadal Api Tepian.      

"Mana para iblis kecil itu?" si monster raksasa bertanya dengan suara gemuruh.      

"Mereka di sana, Leluhur!" Kadal api mengarahkan tombak di tangannya ke lingkaran api hitam.     

"Jadi, mereka yang membuat anakku kehilangan kaki, hm?" Kadal raksasa itu menatap penuh dengan niat membunuh ke kelompok Jovano. "Karena kalian berani melakukan itu pada keturunanku, maka kalian akan menerima balas budiku! Raawwrgghh!"      

Monster itu membuka mulutnya dan keluarlah api berbentuk tombak menerjang pagar api hitam. Serangan itu begitu tajam dan melesat cepat, membuat Gavin terkejut. Meski itu dibuat dari api, namun tombak api itu sekeras tombak asli dan ketika bertemu dengan pedang Gavin, itu sungguh memberikan tekanan padanya.      

Apakah tiga perisai hidup ini bisa bertahan dari kepungan ratusan monster itu? Ditambah kadal raksasa yang ternyata kekuatannya begitu besar melebihi yang mereka kira.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.