Devil's Fruit (21+)

Rasa Cinta yang Mampu Menaklukkan Ego



Rasa Cinta yang Mampu Menaklukkan Ego

0Fruit 1261: Rasa Cinta yang Mampu Menaklukkan Ego     

Setelah Pangeran Zaghar memberikan energi khusus untuk istrinya, maka Shona segera memakai untuk mengeluarkan tenaga healing dia demi bisa mengatupkan daging dan semua sel, otot, saraf dan apapun di tubuhnya yang terluka.     

Darahnya memang sudah tidak lagi keluar seperti sebelumnya, namun luka itu masih menganga mengerikan hingga memperlihatkan daging putih dia.      

Tak berapa lama, cahaya kehijauan kembali keluar dari tapak tangan Shona dan dia tempelkan ke lukanya secara bergantian dari atas sampai ujung bawah lukanya.      

Dalam satu jam berikutnya, Shona kembali hampir kehabisan tenaga. Wajahnya sudah memucat. Pangeran Zaghar selaku suaminya tentu saja panik. "J-Jo! Dia mulai pucat, pasti tenaganya hampir habis!"     

"Kak Za apa tadi tidak bersenggama dengan Sho?" tanya Jovano begitu gamblang ke Pangeran Zaghar.     

Sang pangeran menggeleng. "Mana aku tega dengan luka dia seperti itu, Jo? Aku cuma ... membiarkan dia melakukan blowjob saja. Apakah menurutmu itu kurang efektif?"     

"Sepertinya begitu, Kak. Karena yang aku ketahui dari literatur kuno di kastil Opa, cairan milik Incubus yang diberikan melalui hisapan liang Succubus akan berefek dua kali lipat lebih daripada transfer melalui mulut." Jovano mengingat itu di salah satu buku di rak lemari perpustakaan King Zardakh.     

"Tapi aku tak tega, Jo. Bagaimana ini? Kalau aku berikan dia sekali lagi, pasti hanya akan berefek satu jam saja." Tampak raut bingung Pangeran Zaghar.     

"Aku juga tak tahu cara selain itu, Kak." Jovano juga tak mengerti harus bagaimana untuk membantu Shona.     

"Ahh!" Mata Pangeran Zaghar menyala dengan senyum lebar seakan dia mendapatkan ide.      

"Apa, Kak?" Jovano bertanya.     

"Maukah kamu memberikan cairanmu juga?" Pertanyaan Pangeran Zaghar ini sontak saja mengagetkan yang di kelompok itu. Bahkan Shona mengernyit dengan ide suaminya. Apakah kepalanya terbentur sesuatu hingga bisa mencetuskan ide semacam itu?     

"K-Kak Za!" Jovano sampai melongo mendengar permintaan kakak sesumpahnya. "K-kalau begitu, Gavin-"     

"Ya tidak mungkin aku meminta tolong Gavin, kecuali dia memiliki pasangan." Pangeran Zaghar menggeleng.      

Jovano langsung paham kenapa hanya dirinya yang diminta Pangeran Zaghar untuk membantu Shona. Itu karena dia bisa menggunakan Serafima untuk mengeluarkan cairan dia, sementara Gavin tidak memiliki pasangan sama sekali, dan tak mungkin dia meminta Serafima untuk melakukan blowjob ke Gavin. "Tapi, Kak ... apa Sho ...." Ia melirik ke Shona yang masih menyembuhkan luka dengan energi Healer yang mulai samar.     

"Sho, aku mohon, mau yah!" Tanpa disangka-sangka, Pangeran Zaghar memohon dengan penuh khidmat ke istrinya. Dia itu istrimu loh, Pangeran! Dan kau malah menyarankan istrimu meminum cairan milik lelaki lain!     

Namun, mereka segera memahami tindakan Pangeran Zaghar. Itu tak lain karena sang pangeran begitu terlalu mencintai sang istri hingga menurunkan ego dan perasaan apapun demi istrinya tertolong.      

"Aku ... terserah kau saja." Shona tak berdaya dan cahaya Healer semakin menipis dan akhirnya hilang dari tapak tangannya. Jovano lekas memberikannya Buah Energi Roh meski itu tidak begitu berefek banyak ke Shona saat ini.      

"Jo! Masukkan kami ke alammu!" Pangeran Zaghar tak ingin menyia-nyiakan waktu. Jovano mengangguk dan keduanya pun segera menghilang dari hadapan semua orang.      

Setelah itu, Jovano memikirkan mengenai ide kakak sesumpahnya. Patutkah itu dilakukan? Dia pun menoleh ke Serafima, lalu duduk di samping kekasihnya. Mogu sadar diri dan menjauh dari keduanya untuk mengobrol dengan Gavin.      

"Sayank, kamu udah dengar ucapan Kak Za tadi, ya kan?" Jovano mengambil tangan Serafima untuk dielus-elus punggungnya.     

"Hm. Lalu? Kau ingin melakukan yang tadi diminta dia?" Mata Serafima tajam menatap Jovano sambil menarik tangannya dari genggaman kekasihnya.      

"Apa itu menurutmu buruk?" tanya Jovano dan kembali mengambil tangan itu untuk dia kecupi lembut. "Toh aku kan kagak bercinta dengan Sho tapi denganmu. Kau hanya cukup menampung cairanku saja di mulutmu, dan menyerahkan ke Kak Za."     

"Tapi kan tetap saja itu cairanmu!" Serafima mendelik sambil menarik tangannya.      

"Tak bisakah kau sedikit berkorban demi teman?" Jovano menatap penuh harap.     

Rasanya Serafima ingin sekali berteriak: 'Shona bukan temanku!'. Bahkan sesungguhnya Shona adalah keponakan dia. Tapi dia tidak pernah bertemu Shona jika bukan diajak dalam perang melawan pasukan Ivy dulu itu.     

Belum ada kedekatan perasaan antara dia dan Shona, bagaimana mungkin dia bisa berkorban untuk Shona? Serafima menggeleng. Meski Revka yang meminta padanya pun rasanya dia tidak akan sudi membiarkan siapapun menelan cairan milik kekasihnya.     

Mendadak, terdengar suara Pangeran Zaghar di benak Jovano. "Jo, sudah adakah cairan untuk Sho? Aku ingin sekaligus memberikan padanya sebanyak mungkin agar penyembuhannya bisa segera tuntas. Ayo, lekaslah, Jo! Tolong Sho!"     

"A-ahh, ya Kak!" Jovano menoleh ke kekasihnya, matanya memancarkan harapan. "Kumohon, mereka adalah teman-temanku yang berharga, bisakah kamu menolong temanku?"     

"Arghh! Kau memang brengsek, Jo!" Serafima pun menyerah.      

Jovano tersenyum. Lalu dia berkata pada Mogu dan Gavin. "Aku akan masuk ke alamku dengan Sera dulu menyusul mereka berdua di dalam sana, yah!"     

Mogu memutar matanya dan Gavin malah terkekeh.      

"Silahkan, Kak Jo! Enjoy your time!" Gavin melambai ke Jovano.     

Dalam waktu sekian detik, Jovano dan Serafima sudah muncul di Alam Wadidaw. Begitu muncul, mereka sudah melihat pemandangan ketika Pangeran Zaghar sedang menyerahkan batang jantannya sembari Shona mengeluarkan energi healing dia.     

Serafima sampai harus memalingkan wajah ke arah lain saking malunya. Tapi Jovano malah meringis dan membawa Serafima ke sudut lain di tempat itu yang terhalang bebatuan cukup besar.     

Dalam waktu beberapa belas menit, cairan milik Jovano sudah berhasil 'dipanen' dan Serafima memuntahkan apa yang tertampung di mulutnya ke dalam sebuah wadah mirip gelas besar, kemudian Shona meminum itu hingga tandas.     

"Lagi, yuk sayank!" Jovano terkekeh dan menarik tangan kekasihnya, mencari tempat lebih tersembunyi sambil membawa gelas tadi.      

"Kau! Apa yang kau rencanakan, bocah busuk?" Serafima mendelik meski masih juga patuh ketika tangannya digandeng Jovano ke sebuah sudut tersembunyi.     

"Kita lakukan yang enak-enak," bisik Jovano.     

"Tak mau! Aghh! Jo!" Serafima menjerit ketika Jovano meraih tubuhnya untuk dia peluk sebelum tangan si pemuda merayap sensual di bagian-bagian sensitifnya.     

"Sshhh ... jangan keras-keras, nanti kedengaran mereka, loh! He he ...," bisik Jovano dengan nada nakal. Mata binal Jovano melirik ke bagian selatan kekasihnya dengan penuh minat. Sudah berapa lama mereka tidak melakukan itu? Ia begitu terpicu dengan felatio baru saja.     

"Jo, kau brengsek! Ngghhh!" Serafima terpaksa menggigit bibirnya kuat-kuat ketika dia direbahkan dan pakaiannya mulai dilucuti Jovano.     

Akhirnya, Serafima hanya bisa menahan suaranya ketika dirinya dihentak keras-keras oleh Jovano dan menyerah dalam kenikmatan yang ditawarkan Jovano.     

Ketika Jovano hendak melepaskan peluru panasnya, dia lekas mengeluarkan pusaka dia dari liang kekasihnya dan memuntahkannya di gelas tadi, lalu memulai lagi dan lagi sampai 3 kali berturut-turut tanpa jeda, hingga terkumpul cukup banyak cairan di gelas besar itu.     

Setelah dirasa itu cukup, dia menyerahkan gelas yang hampir penuh itu ke Pangeran Zaghar untuk diminumkan ke Shona.     

"Terima kasih, Jo. Ini sungguh bantuan berharga." Pangeran Zaghar tersenyum senang. Sungguh suami yang terlalu menyayangi istrinya.     

Mungkin jika Jovano tidak memiliki hubungan kekasih dengan Serafima, Pangeran Zaghar akan meminta lebih gila lagi, seperti langsung meminta Shona menghisap dari pusaka Jovano langsung, bergantian dengannya.     

Lalu Gavin? Tidak, dia tidak masuk hitungan di pikiran Pangeran Zaghar karena menganggap Gavin masih terlalu hijau dan amatir, masih jejaka tulen dan kemungkinan besar tidak mampu menghasilkan cairan sebanyak yang sudah berpengalaman.     

Astaga, Pangeran! Apakah ini bisa dikatakan cinta buta?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.