Devil's Fruit (21+)

Dikejar Monster Serigala Angin



Dikejar Monster Serigala Angin

0Fruit 1263: Dikejar Monster Serigala Angin     

Baru saja beberapa kilometer Noir terbang, muncul sekelompok monster, terbang tak jauh dari mereka.     

"Astaga, kenapa harus bertemu Serigala Angin?" Mogu memutar matanya usai menoleh ke belakang, ke arah gerombolan monster yang terbang mengejar mereka.     

Jovano dan yang lainnya juga menoleh ke belakang untuk melihat adanya sekitar 19 sampai 22 monster cukup besar berwujud serigala yang memiliki sayap besar di punggung mereka. Moncong mereka panjang berisi gigi-gigi runcing dan pada taringnya, itu panjang mirip gigi taring Sabrina sebagai Sabertooth Tiger.      

"Tsk! Sepertinya memang tak bisa bersantai sejenak ketika datang di kawasan ini!" Jovano memutar matanya. Kenapa monster harus muncul ketika aku sedang tak bisa mengeluarkan sihirku, sih?" keluhnya.      

Noir bimbang. Jika dia mempercepat lajunya, orang-orang yang berada di punggungnya akan menderita terkena hempasan tekanan angin sekitar yang mendorong kuat mereka.      

"Ha ha ha! Hei kalian para keturunan iblis! Kenapa harus terbang terburu-buru?" Salah satu monster Serigala Angin itu tertawa keras menyampaikan suara lantangnya.     

Mendengar itu, Jovano dan yang lainnya langsung tahu bahwa para monster itu pasti sudah mengetahui mengenai identitas mereka dari Chimera Yogen yang lolos kemarin.      

Mendecak kesal namun tak berdaya, Jovano melirik ke belakang, dan berkata, "Guys, aku hanya bisa minta perlindungan sihir kalian, yah, jika memang bisa, lebih baik simpan sihir dan gunakan energi fisik saja, usahakan untuk tidak boros sihir."     

"Mengerti, Kak Jo. Tapi, apa kira-kira kelemahan mereka?" Gavin di ujung paling belakang bertanya.     

Jovano melirik ke Mogu, berharap bisa mendapatkan kisaran singkat kekuatan para monster serigala itu. "Mogu, apa kekuatan yang biasa dipakai mereka?"     

"Mereka biasanya menggunakan angin sebagai senjata, oleh karenanya dinamakan Serigala Angin." Mogu menjelaskan secara singkat.      

Oke, Jovano mengerti sekarang. "Ahh, kupikir mereka dinamai Serigala Angin hanya karena bisa terbang saja, ternyata memiliki elemen angin. Hm, kalau begitu ... api! Kelemahan mereka adalah api!" Ia berseru.     

"Kau tepat sekali, Jo! Mereka memang pasti lemah terhadap api karena elemen angin mereka!" Pangeran Zaghar mengangguk setuju.     

Jovano memang cerdas. Untuk mengetahui kelemahan lawan, juga harus diketahui apa kehebatan mereka, karena biasanya indikasi kelemahan justru ada di kekuatan itu sendiri.     

Karena elemen angin memang kalah terhadap api, maka Jovano menepuk leher Noir dan berkata, "Paman, turun ke bawah."     

"Kau yakin, Pangeran?" Noir melirik.     

"Sangat yakin. Di bawah banyak elemen api dan kami semua juga memiliki elemen api. Cari dataran yang sekiranya tak ada monster di sekitarnya, Paman." Jovano yakin dengan keputusannya.     

Noir mematuhi jika memang itu perintah dari anak majikannya. Ia pun terbang menukik turun dengan cepat.     

"Hei! Kenapa kalian malah turun?" Serigala Angin heran. Apalagi kawasan itu sudah lebih dekat dari sarang Hydra Api. Ia menoleh ke rekan di dekatnya dan bertanya,"Bagaimana, perlu turun?"     

"Turun saja! Kita lihat sejauh apa mereka bisa berkutik di sini! Mereka tidak akan bisa mengeluarkan sihir mereka di sini, iya kan?"     

"Ya, konon kekuatan sihir mereka dibatasi di alam kita ini! Ayo kita turun kalau begitu! Yiihaa!!!"     

Para monster serigala bersayap itu pun mulai ikut menukik turun. Mereka sudah terlalu tergiur akan bayangan mengunyah daging Jovano dan kelompoknya.      

Sesampainya di tanah berwarna kemerahan tandus, uap panas menyembul keluar dari celah retak tanah. Di sana benar-benar tandus dan kering serta panas. Ini membuat Serigala Angin sebenarnya kurang nyaman berada di daerah seperti ini.     

Kelemahan Serigala Angin memang pada api, namun karena begitu ingin mencicipi daging iblis yang akan sangat meningkatkan energi dan vitalitas tubuh monster mereka, mereka harus menahan rasa tak nyaman itu ketika menapakkan kaki mereka ke tanah yang terasa panas.     

"Pangeran, biarkan aku ikut bertarung kali ini." Noir bergumam rendah ke dekat Jovano. "Tubuh mereka lebih kecil dariku, jauh lebih kecil, maka itu, mungkin aku bisa bertarung meski tak memiliki sihir saat ini."     

"Hm, baiklah." Jovano mulai berdiri waspada di depan para monster serigala.     

"Apakah kalian perlu berdoa dulu sebelum masuk ke mulut indah kami?" Satu Serigala Angin berseloroh dan ditanggapi tawa riuh kawanannya.     

"Ehh, mana mungkin mereka berdoa? Mereka kan iblis, wa ha ha ha!" sambung yang lainnya. Tawa riuh pun kembali berkumandang, mengejek kelompok Jovano.     

Namun, Jovano dan kelompoknya tidak tertawa dan sebagai gantinya justru menatap tajam penuh waspada ke mereka.      

"Sepertinya kami akan melepaskan kesempatan itu karena kami rasa mulutmu justru berbau sangat busuk," balas Jovano tanpa terlihat gentar.     

"Kau masih bisa sombong meski kau sudah dibatasi di alam ini! Maju!" Satu Serigala Angin geram dan mengkomando kawanannya untuk bergerak maju.     

Segera saja, kawanan Serigala Angin pun melompat maju hendak menerjang kelompok Jovano dengan moncong terbuka lebar dan air liur berlelehan dari sana.     

Dhuakk!     

Tanpa diduga, Noir mengayunkan satu kaki depannya yang besar dan langsung menampar tubuh Serigala Angin, menyebabkan monster itu terhempas cukup jauh dan menabrak batu besar di sana.     

Mata kawanan Serigala Angin melotot melihat kawan mereka ditampar begitu saja dan menabrak parah ke batu sehingga serigala itu memuntahkan darah dari moncongnya.     

Melihat kawan mereka terluka parah dan pingsan, kemarahan monster serigala lainnya pun makin berkobar.     

Mereka melanjutkan terjangan mereka dan atas komando salah satu yang memiliki tanda khusus di dahinya, yang kemungkinan besar itu adalah pemimpinnya, mereka membagi dua kelompok.      

Kelompok satu menuju ke Jovano dan kelompoknya dan kelompok sisanya mengepung Noir. Tubuh singa itu memang tiga kali besar tubuh mereka, tidak bisa diremehkan meski mereka sudah tahu bahwa Noir bukan dari ras Griffin, sesuai dengan yang telah dibocorkan oleh Chimera Yogen.     

Moncong lebar mereka segera terbuka untuk menyemburkan angin sebagai serangan terkuat mereka. Jovano dan kelompoknya segera menghindari. Serangan angin tidak bisa diremehkan. Mereka mengingat akan mengerikannya serangan angin milik Vargana yang bisa mencabik-cabik lawannya.     

Teringat akan Vargana, maka semburan angin dari moncong monster Serigala Angin pun berhasil dihindari dan membuat mereka terpencar.      

Tak mau berlama-lama, Jovano berlari cepat ke salah satu monster serigala dan meninju segera begitu berhasil mendekat ke monster itu.     

Serigala itu terkejut dengan gerakan cepat Jovano dan hanya sempat membuka moncongnya untuk merespon Jovano. Namun, Jovano lebih cepat dan tinjunya mendarat di mulut Serigala Angin.     

Segera saja, monster itu mendengking kesakitan ketika mulut yang sedang menganga lebar tiba-tiba ditinju kuat sehingga dia terlempar ke belakang. Rahangnya bergeser sehingga dia tak bisa mengembalikannya lagi ke posisi sebenarnya.      

Melihat kawannya menderita pada rahangnya, monster serigala lainnya menggeram marah ke Jovano. Dua serigala langsung menerjang Jovano dengan angin yang hendak mencabik sang pangeran muda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.