Devil's Fruit (21+)

Membalas Dendam Berkali Lipat



Membalas Dendam Berkali Lipat

0Fruit 1265: Membalas Dendam Berkali Lipat     

Jovano berlari cepat sambil melakukan manuver cermat untuk menghindari serangan angin lawannya. Dia berteriak marah ke Serigala Angin yang diincarnya, yang telah membuat kondisi lengan kekasihnya begitu mengenaskan.     

Tidak menyangka Jovano bisa secepat itu berlari sambil menghindar, serigala itu pun mulai merasakan ketakutan. Dia pun gentar dan berbalik untuk lari, seakan sesuatu di dalam dirinya berteriak agar dia berlari sejauh mungkin dari Jovano.     

Tak ingin kehilangan incarannya, Jovano mengayunkan pedang besar di tangannya seakan dia sedang mengayunkan guling kapas saja, dan segera kekuatan yang kuat langsung mengejar monster serigala itu, memberikan aura penindasan mendominasi.     

Ini benar-benar menciutkan nyali Serigala Angin tersebut. Namun, meski merasa ketakutan, jiwa sombongnya sebagai monster yang dianggap salah satu terkuat di alam ini pada rekan monster di levelnya, menyebabkan dia terpaksa mengumpulkan nyalinya yang sebelum ini tercerai-berai untuk membalikkan tubuh dan melakukan serangan balik kepada Jovano.     

Namun, serangan balik monster serigala itu rupanya masih sedikit terlambat dan tebasan Jovano segera jatuh pada salah satu kaki depannya, meninggalkan luka tebas rapi pada kaki yang terpotong.     

Sungguh ilmu pedang yang begitu cepat, kuat dan tajam!     

Pedang Jovano memang tidak bisa dikatakan sebagai senjata dengan detil ukiran yang sangat rumit atau istimewa, tetapi bentuknya sederhana saja tanpa detil apapun.     

Namun, meski dengan kesederhanaannya itu justru mampu mengeluarkan semangat yang memberikan kecepatan, ketepatan, dan penguasaan mendalam luar biasa saat dieksekusi dalam sebuah tebasan.     

Serigala Angin itu pun melolong kesakitan teramat sangat ketika salah satu kaki depannya dipotong putus begitu saja oleh Jovano. Melihat itu, kawan serigala lainnya hendak menyelamatkan.     

Namun, Gavin tidak memberikan kesempatan dan dia lekas melompat menghadang monster-monster serigala yang hendak mencapai ke tempat Jovano berada. Dia sedikit banyak memahami maksud Jovano mengejar satu monster itu saja.     

Gavin sudah sempat melihat adegan lengan Serafima terkena serangan cabikan angin dari serigala yang sedang diincar Jovano. Mengingat jiwa pendendam yang dimiliki sahabat masa kecilnya yang kadang bisa keluar ketika ada orang yang dia sayangi disakiti pihak lain, tak heran jika Jovano bertindak kejam begitu.     

Mereka adalah keturunan iblis! Apakah mereka diharapkan sebaik malaikat? Bahkan Gavin pun mulai meragukan apakah SEMUA malaikat memang baik seperti yang digembar-gemborkan?     

Di alam semesta yang sungguh luas tak terkira ini beserta misterinya ini, rasanya tidak ada yang namanya sesuatu yang menyandang gelar 'absolut', tak ada yang namanya 'pasti', selain 'perubahan'.      

Itu yang diyakini Gavin setelah melalui banyak hal dalam hidupnya.     

"Jangan harap kau bisa mengganggu Kak Jo!" seru Gavin sambil mengayunkan dua kapak kembarnya ke dua serigala yang hendak mengejar Jovano.     

Serigala satu lekas berhenti maju karena dihadang kibasan kapak di depan wajahnya, hampir saja moncong dia terpotong menjadi dua. Namun, sayang sekali, karena gerakan terkejut dia, kapak Gavin berhasil menebas salah satu sayapnya. "Arrghh! Iblis bajingan!" Darah mengucur deras dari bekas tebasan itu.     

Serigala dua yang berada di belakang serigala satu pun mengumpulkan energi angin dia di moncong untuk kemudian dia keluarkan ke arah Gavin.      

Namun, secara mendadak, Shona sudah melompat dan menampilkan perisai kokoh dia ke depan, melindungi dia dan Gavin dari semburan angin ganas dari moncong serigala dua.      

Selanjutnya, Shona sudah meliukkan cambuk dia untuk melilitkannya di tubuh serigala dua dan digunakan untuk melempar serigala dua menjauh dari mereka.     

"Kaing!" Serigala dua mendengking kesakita ketika tubuhnya membentur tanah, tak mengira dia dengan mudah ditangkap belitan cambuk Shona dan dikirim ke belakang beberapa meter jauhnya.     

Gavin sungguh berterima kasih ke Shona karena dia hampir saja lengah dan terkena serangan serigala dua. "Thanks, Kak Sho!"     

"Hmh!" Shona mengangguk cepat dan matanya menatap tajam ke serigala dua. Ia lekas melompat untuk meladeni serigala itu, sedangkan Gavin berurusan dengan serigala satu.     

Sementara rekan-rekannya sedang mencegah para monster serigala menghampiri Jovano, pemuda itu terus mengayunkan pedang besarnya beserta cambuk tulang ke serigala yang telah kehilangan satu kaki depannya.     

Serigala itu pun menyerah dan hendak berbalik untuk terbang kabur, namun tubuhnya ditangkap oleh cambuk tulang Jovano yang panjang dan mengerikan. "Kaiinngg!" Monster itu mendengking kesakitan ketika perutnya diremas cambuk tersebut sembari ditarik kembali ke tanah.     

Masih terus membelitkan cambuk itu ke perut Serigala Angin incarannya, Jovano menggerakkan cambuknya ke kanan dan ke kiri agar tubuh monster serigala itu terhempas ke segala arah semau Jovano.     

Segera saja monster itu merasa pusing dan rasa sakit menyebar di sekujur tubuhnya. Sepertinya dia sudah membuat keputusan keliru ketika memimpin kawanannya mengejar Jovano.      

Ya, dia adalah pemimpin gerombolan kecil monster serigala itu, yang memiliki tanda di dahinya. Meski tubuhnya lebih besar ketimbang kawanannya, namun tubuhnya masih bisa dicengkeram belitan cambuk tulang Jovano, menandakan senjata itu memang besar dan panjang.     

Menepis kekaguman dia pada senjata sebesar itu mampu dikendalikan dengan baik oleh Jovano, pemimpin serigala itu mulai sempoyongan ketika Jovano sudah berhenti membanting dia ke berbagai arah.     

"Kaing!" Sayang sekali, ketika dia berusaha memfokuskan pengelihatannya yang pening, dia merasakan sayap kanannya ditebas putus oleh pedang Jovano. Dia tak menyangka ternyata pemuda itu telah sedekat itu dengannya.     

Belum usai dia merasakan rasa sakit menyengat di sayap kanannya, kini dia harus mendengking keras ketika sayap kirinya mengalami nasib sama dengan yang kanan.     

Setelah itu, Jovano melepaskan cambuknya dari perut pemimpin serigala itu, dan si monster masih saja merasakan pusing bagai baru saja bermain rollercoaster paling curam dan gila di bumi.     

Ketika dia mulai secara samar mendapatkan pengelihatannya, Jovano sudah ada di depannya dan pemimpin serigala itu berusaha mengumpulkan anginnya di moncong.     

Crasss!     

Momentum serangan angin itu pun bubar karena pedang Jovano telah menebas putus setengah lebih dari moncong serigala itu. Bahkan lidahnya pun ikut putus dan tergeletak menyedihkan di tanah.     

"Pemimpin!" Serigala lainnya yang menyaksikan bos mereka mendapatkan perlakuan Jovano, melolong marah, berusaha lepas dari hadangan Shona dan yang lainnya.      

Pemimpin Serigala Angin itu terhuyung, merasa bagai sekarat sedang menyelimuti seluruh tubuhnya.      

Menggunakan gerakan cepat kakinya, Jovano pun berlari dan memutar badannya seperti gasing bersama pedang tajamnya dan tak berapa lama, 3 kaki yang tersisa di tubuh pemimpin serigala itu sudah terpotong pada sendi tulang carpus-nya.     

Dengan begitu, pemimpin serigala itu sudah tidak berdaya, tak mampu berbuat apapun lagi selain menunggu kematiannya saja karena kehabisan darah.     

Serigala itu hanya bisa rebah dengan napas tersengal-sengal menahan sakit. "Bunuh aku. Bunuh aku dengan cepat!" Ia berbicara dengan sisa moncong dan lidah, meski agak kurang jelas.     

"Membunuhmu dengan cepat? Itu akan menjadi sesuatu yang sangat mewah untukmu, ya kan?" Jovano menyeringai kejam sambil matanya mendelik mengerikan dan detik berikutnya, ia memasukkan pemimpin serigala itu ke alam pribadinya sebelum dia sendiri menyusul ke sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.