Devil's Fruit (21+)

Membahas Mengenai Pasangan



Membahas Mengenai Pasangan

0Fruit 1260: Membahas Mengenai Pasangan     

Ketika Pangeran Zaghar hendak mengajak Jovano untuk menyalurkan lagi energi murni mereka ke Shona yang lagi-lagi sudah kehabisan, Jovano ingin mencoba ide dia.      

"Ernnhh ... itu ... itu ... kalian ... kalian cobalah bersenggama atau ... Shona melakukan ... felatio. Ehem!" Jovano berdehem karena merasa tak enak dan malu sendiri ketika menyarankan ide ini.     

Pangeran Zaghar dan yang lainnya melongo mendengar ide Jovano. Apa mereka tidak salah dengar.      

Mengamati reaksi terpana rekan-rekan timnya, Jovano berdehem. "Ehem! Itu ... tentu kalian tidak merasa asing dengan metode ... yang tadi aku bilang, kan? Kalian ingat kan bagaimana ras kita jika ingin mendapatkan energi besar?" Ia jadi salah tingkah sendiri dikarenakan reaksi mereka.     

Pangeran Zaghar yang pertama sadar dan menggerakkan kepalanya dengan canggung, berkata, "Y-yah ... cara itu memang ... lazim kita gunakan sebagai keturunan Baginda Asmodeus. Tapi ... di sini?" Ia sampai mengusap tengkuknya saking merasa canggungnya.      

Meski mereka golongan iblis, namun mereka adalah bangsawan. Sungguh kurang pantas melakukan hal seperti itu di hadapan yang lain bagai iblis kelas rendahan saja.     

Jovano akhirnya paham apa yang menjadi mereka bersikap aneh seperti tadi. "Ohh! Kalau itu ... tunggu sebentar, aku bisa memasukkan kalian ke alam pribadiku."     

Kalau sekedar memindahkan seseorang ke alam pribadi, dia masih sanggup tanpa bergantung pada energi sihir apapun. Cukup dengan kekuatan pikiran dia saja.     

Dan dalam sekejap usai berkata seperti itu, Jovano sudah memindahkan Shona dan Pangeran Zaghar ke dalam alam Wadidaw. "He he, maaf atas ketidaknyamanan ini." Ia meringis ke sisa anggota timnya di sana.      

"Ha ha, tak apa, Kak Jo! Santai saja!" Gavin tertawa canggung. Sebagai satu-satunya yang tidak memiliki pasangan dan tidak pula pernah mencicipi rasanya bercinta, dia hanya bisa meneguk ludah ketika tadi Jovano menyarankan suami istri itu untuk melakukan kegiatan intim.      

Andaikan itu benar harus dilakukan di tempat ini juga, Gavin akan sangat canggung, tentunya! Memikirkan ini ... dia merasa putus asa. Ivy sudah tiada, dan entah apakah dia bisa jatuh cinta lagi setelah ini. Gavin tak yakin setelah cinta pertamanya terhempas badai tragedi.     

Jovano meringis ke Serafima yang mendelik padanya. "Apa? Aku salah apa, sih? Memang begitu cara kerja bangsa kami, sayank!" Ia memeluk Serafima.     

Namun, perempuan Nephilim itu terlalu kesal dan mendorong Jovano. "Aku sedang tak ingin diganggu." Ia masih geram dengan perasaan tak nyaman dia mengenai perhatian Jovano pada Shona. Setelah itu, dia pun melangkah mendekati Mogu untuk berbincang saja dengan si Hippogriff ketimbang dia tambah kesal tak jelas begini jika ada Jovano di dekatnya.     

Mendesah tak berdaya, Jovano pun mendekat ke Gavin, duduk di sebelah sahabat masa kecilnya. "Bro, kau baik-baik saja? Butuh buah energi lagi?" tanyanya untuk membuka obrolan.     

"Tidak, Kak Jo. Terima kasih." Gavin tersenyum menyambut Jovano di sisinya. "Alangkah senangnya punya pasangan, yah Kak!"      

Kening Jovano mengernyit singkat mendengar ucapan Gavin. Tidak biasanya bocah remaja itu berbicara semacam ini. Apakah mungkin ... Gavin telah menahan ini sejak lama dan akhirnya meletus sekarang? Jovano akan memancingnya. "Apakah seperti itu menurutmu? Apa kau tahu repotnya punya pasangan?"     

"Ah, Kak Jo! Punya pasangan memang mungkin ada repotnya, tapi tentunya lebih banyak bahagianya, ya kan? Ada yang memerhatikan kita, ada yang melimpahi kita dengan rasa sayang."     

"Loh, bukannya kamu udah punya kalo sekedar memerhatikan dan melimpahi dengan rasa sayang?"     

"Siapa, Kak?"     

"Ortu kamu, lah! He he he!"     

Gavin menampar pelan lengan Jovano yang terkekeh. "Bukan pasangan macam itu yang aku maksudkan, Kak. Ahh, pasti Kakak sudah tahu, ya kan?" Ia menggaruk frustrasi kepalanya sambil kapaknya berdiri terbalik di tanah sambil dia pegangi dengan satu tangan.     

"He he he, iya, iya aku paham, kok." Jovano menghentikan godaannya ke Gavin dan mulai ingin berbicara serius mengenai masalah ini. Sudah sejak lama dia ingin membahas ini dengan sang sahabat, namun selalu saja tak ada waktu luang yang benar-benar tersisa.     

Kali ini, adalah waktu yang sangat tepat, apalagi Gavin sendiri yang sepertinya menyodorkan topik tersebut.      

"Gav, apa kau masih sedih tentang Ivy?"     

Gavin mengangguk tegas. "Ya, tentu saja, Kak. Mana mungkin aku tidak sedih."     

"Tapi dia mencintai orang lain, Gav." Jovano tidak jadi menggunakan kalimat: 'dia tidak mencintaimu', karena itu terdengar kasar.      

"Iya, aku tau itu, kok Kak. Tapi ... aku masih gak bisa berhenti cinta ke dia, gimana dong?" Gavin menatap putus asa ke Jovano.      

"Hm, menurutku ... kau terlalu membuang waktu untuk hal itu, Gav. Padahal jika kau mau melepaskan Ivy dari hatimu, kamu bakalan dapat seseorang yang lain yang bisa jadi sangat menyayangi kamu dan bersedia mendampingi kamu sebagai pasangan, loh! Contohnya aja ... Voi."     

Gavin menggelengkan kepala. "Aku susah memikirkan Voi sebagai pasangan yang aku cari, Kak."     

"Kenapa? Apa dia kurang cakep?" Heran juga Jovano mendengar jawaban Gavin.     

"Bukan masalah itu, Kak. Voi tentu aja cakep. Banget, malahan! Tapi ... hati aku gak tergetar setiap dia di dekatku, Kak."     

"Wah, kalo emang urusannya ama hati, itu susah, yah Gav."     

"Betul, Kak. Dan Kakak sendiri, hebat banget udah langsung bisa nerima Kak Sera untuk gantikan yang dulu, siapa tuh Kak? Nadin?"     

"Ah, ya ... Nadin." Jovano menatap ke cakrawala kemerahan kawasan ini.     

"Eh, maaf loh Kak kalo aku malah ungkit lagi soal Nadin."     

"Oh, gak apa, Gav. Santai aja, bro! Toh, aku udah ada Sera. Kalo aku masih baper ketika seseorang menyebut Nadin, itu sama aja aku belum move on dari dia, ya kan? He he, aku udah sembuh dari Nadin, kok! Jangan khawatir. Kamu bebas bahas apapun mengenai dia ke aku."     

"Oh? Wah, kalau gitu, itu kenapa dulu Kak Nadin bisa memikat Kak Jo? Atau jangan-jangan Kak Jo yang nguber dia, yah? Mana sih yang benar?" tanya Gavin dengan pandangan mata penuh minat ingin tahu.     

Sialan bocah ini, rutuk Jovano. Begitu dikasi lampu hijau, langsung saja terjang menerobos sesukanya! Hgh, tapi Jovano tak bisa mengambil ludah yang telah dia ucapkan, bukan? Maka dia pun hendak menjawab ketika ada sepotong suara di kepalanya.     

"Jo, kami sudah selesai." Itu suara Pangeran Zaghar. Rupanya kedua orang itu sudah tuntas melakukan hal yang disarankan Jovano tadi.     

Dengan kekuatan pikirannya, Jovano pun mengeluarkan dua orang itu yang memasang wajah merah karena malu semua orang tahu apa yang baru mereka lakukan meski tidak melihat langsung.     

"Ehh? Udah? Kok cepat? Eh, sori Kak Za, gak gitu maksudku, aduh!" Jovano malah menyambut keduanya dengan ucapan demikian.     

Tapi, Pangeran Zaghar yang sangat sabar tidak merasa tersinggung dan menjawab dengan malu-malu, "Aku ... aku sudah cukup lama tidak begitu dengan Shona, jadi ... sedikit cepat dari biasanya, he he ...."     

Shona mencubit suaminya dengan wajah merona.      

Mendadak, Jovano melihat itu sebagai sesuatu yang manis dari Shona. Heh? Kok begitu?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.