Devil's Fruit (21+)

Kemunculan Zivena



Kemunculan Zivena

0Fruit 1266: Kemunculan Zivena     

Setelah melumpuhkan pemimpin monster Serigala Angin yang melukai lengan Serafima dengan parah, maka Jovano pun memasukkan monster itu ke alam dia, dimana di sana sudah ada kekasihnya.     

Begitu Jovano masuk ke alam pribadinya, dia melihat kekasihnya masih mengerang kesakitan dengan lengan yang tersisa sedikit di bagian atasnya.      

"Sayank! Sayank, kau tak apa?" Jovano berlari ke Serafima yang mengerang di rerumputan, lekas memberi pil ke kekasihnya. "Telan pil itu, sayank. Itu bisa meringankan rasa sakitmu dan menghentikan pendarahan."     

Serafima segera menelan pil yang ternyata sangat muda larut begitu menyentuh lidahnya. Dia menggigit gerahamnya untuk menahan lecutan rasa sakit yang mendera di lengannya.      

Khawatir pil itu tidak cukup untuk Serafima, Jovano pun melakukan keluar lagi dari alam itu dan menghampiri Shona. "Sho, bisa minta tolong ikut aku? Aku butuh kau untuk menyembuhkan Sera."     

Shona mengangguk dan tidak menunggu menit berlalu, segera ikut Jovano masuk ke alam pribadi. Rasanya rekan-rekannya yang lain pasti bisa menangani sisa monster serigala.     

Tiba di alam Jovano, Shona berlari ke bibinya. "Aunty!" Dia merasa miris melihat kondisi Serafima. Lekas duduk di sisi Serafima, ia pun mengeluarkan energi Healer-nya pada sisa lengan Serafima.     

"Gimana, Sho? Bisa dipulihkan lengannya?" tanya Jovano sambil berlutut di sisi lain Serafima.      

"Hm, rasanya mustahil, Jo, karena ini seluruh bagian sudah lenyap, aku tak bisa apa-apa jika kondisinya begini. Kecuali lengannya hanya terputus dan bagiannya masih ada, mungkin aku bisa menyambungkannya lagi dan menumbuhkan jaringat otot dan sel baru untuk disambungkan satu sama lain." Shona mendesah sembari menggeleng.     

Rahang Jovano mengetat. Ini semua gara-gara monster sialan itu! Pandangannya pun jatuh pada sosok monster yang tergeletak tak jauh dari tempat mereka berada.     

"Kau! Kau harus membayar berkali lipat!" seru Jovano dengan tatapan murka ke pemimpin monster Serigala Angin yang sudah mulai sekarat.      

Dengan terputusnya semua mata kaki bahkan moncong dan juga kedua sayapnya, apa lagi yang mampu dilakukan monster itu.      

Serafima menengok ke arah si monster yang tergeletak tak bersuara meski masih bernapas. Ia baru sadar ada keberadaan monster itu di sana. "Jo … itu …."     

"Ya, itu yang menyerang lenganmu, sayank! Aku sudah membalasnya! Dia harus merasakan apa yang kau derita, berkali lipat! Hmph! Itu bayaran atas keberaniannya menaruh tangan pada orang yang aku sayangi!" Jovano melirik tajam ke monster itu.     

Di hati pemimpin monster serigala, andai dia tidak terpikat oleh ucapan Yogen mengenai kemunculan Jovano dan kelompoknya yang ditetapkan sebagai keturunan iblis, mungkin dia tidak akan mengalami kejadian naas ini.     

Dan, andai bukan dia yang melukai Serafima, mungkin nasibnya tidak semengenaskan begini.     

Ahh, 'andai' akan selalu menjadi kata-kata ketika semua hal telah terjadi dan disesali.     

Jovano mendudukkan Serafima dan menyandarkan gadis Nephilim itu di dadanya agar Shona bisa lebih mudah menyalurkan energi Healer dia.     

Tak lupa, Jovano menyodorkan Buah Energi Roh ke Shona agar dia tidak kehabisan energi.     

Serafima menyaksikan monster sekarat itu, lalu beralih ke Jovano menyuapkan Buah Energi Roh ke Shona. Ada perasaan berkecamuk namun dia tidak berdaya.     

Keringat dingin terus mengalir di sekujur tubuh Serafima. Menahan rasa sakit hebat tentu saja akan membuat seseorang banjir keringat. Napasnya juga tersengal-sengal, memasrahkan diri akan apapun yang akan terjadi padanya.     

Apakah aku akan mati? Serafima bertanya di hatinya. Jika dia memang harus mati karena kehilangan banyak darah, maka dia harus rela itu terjadi.      

Namun, yang dia tak rela, dia harus berpisah dari Jovano. Meski dia kerap ketus dan kesal pada keponakannya itu, tapi tidak bisa dielakkan di hatinya bahwa dia mencintai Jovano.     

Tentunya sangat menyedihkan baginya jika harus berpisah dari Jovano untuk selama-lamanya. Ini mengakibatkan air mata Serafima mulai meleleh.      

Menyadari kekasihnya menangis, Jovano mengusap lembut lelehan bening di pipi Serafima. "Sabar, yah sayank. Ini pasti akan baik-baik saja, kok! Darahnya akan segera berhenti." Dia menghibur sang kekasih.      

Serafima menggeleng. "Meskipun darahnya berhenti, Jo … tapi aku sudah jadi orang cacat. Hiks! Aku tak akan lagi mempunyai tangan kanan. Aku harus belajar menggunakan tangan kiriku untuk bertempur. Hiks!"     

Mendengar ucapan pilu kekasihnya, Jovano menghirup dalam-dalam napas sambil menahan amarah.      

"Mungkin aku malah berharap lebih baik mati saja daripada hidup dengan tangan satu saja, Jo. Tapi … aku takut mati, Jo. Aku … aku takut berpisah darimu, hu hu huuu …." Serafima menangis.     

Shona melihat adegan itu dan hatinya berdenyut tak nyaman. Bisa mencintai dan mengatakan cinta itu pada Jovano, alangkah bahagianya menjadi Serafima.     

Ahh, tidak! Dia tidak boleh berpikir segila itu! Shona menepis pemikiran ngawur di otaknya. Dia sudah memiliki suami yang begitu penyayang seperti Zaghar, maka itu sudah  sebuah keberuntungan baginya. Tak perlu mengharapkan keberuntungan pihak lain!     

Shona pun memperkuat aliran tenaga Healer dia. Dalam hatinya juga ada rasa bersalah karena telah memiliki pemikiran seperti tadi. Ia merutuki dirinya sendiri, merasa bersalah.     

Dipicu oleh amarah yang memuncak akibat ucapan kekasihnya, Jovano mengecup kepala Serafima berulang kali sambil berkata, "Kalau begitu, jangan mati. Kalau kau takut berpisah dariku, maka jangan berani-beraninya kau mati, Sera! Tetap hidup! Untukku, oke!"     

Serafima semakin menangis, namun kali ini karena bahagia. Mendadak, dia mendapatkan kekuatan untuk melawan putus asanya.     

Tatapan penuh kebencian Jovano kembali jatuh ke pemimpin Serigala Angin. Dengan amarah yang tak bisa lagi ditahan, Jovano pun mengeluarkan energi api dia, namun bukan Api Hitam Neraka, melainkan api biasa milik kaum iblis.     

Monster serigala itu langsung melolong kesakitan ketika api iblis Jovano jatuh di tubuhnya dari kaki terlebih dahulu. "Aaarghhh! Haarghh!" Lalu monster itu mengucapkan kalimat yang tak jelas karena keterbatasan moncong yang terpotong. Tapi, yang jelas, dia mengutuk keras-keras Jovano di hatinya.     

"Aku tidak mengijinkan kau mati hanya karena kehilangan darah. Aku akan buat kau mati lebih lama namun lebih menyakitkan!" Dengan ini, Jovano membuang kesempatan penggunaan energi sihir untuk memunculkan api iblis itu.     

Melihat perbuatan Jovano yang rela mengorbankan kesempatan memiliki energi sihir, Shona semakin tahu diri bahwa Jovano memang mencintai Serafima begitu mendalam. Tak pantas apabila hatinya masih tergetar untuk lelaki itu, ya kan?     

Elemen angin memang akan ditindas kalah oleh elemen api. Oleh karena itu, Jovano memilih api di level paling rendah yang dia miliki untuk menghukum monster itu, agar tidak lekas mati.     

Suara lengking kesakitan monster serigala itu membuat siapapun akan merinding, namun Jovano sudah memutuskan demikian untuk eksekusi bagi siapapun yang berani melukai orang tersayangnya.     

"Lihat, Aunty … Jo begitu mencintaimu sampai dia rela mengeluarkan sihirnya. Aunty harus berjuang untuk sembuh, yah! Jangan merasa kecil hati dan putus asa hanya dikarenakan bertangan satu." Shona menyemangati Serafima.     

Gadis nephilim itu merasakan hatinya menghangat ketika memikirkan ucapan Shona. Ya, ternyata Jovano sangat menyayangi dia. Betapa konyolnya ketika dia merasa cemburu dan iri pada Shona sebelum ini.     

Mendadak, terdengar suara di benak Jovano. "Kak, cepat keluarkan aku."     

"Kenapa, Zi?" Jovano bertanya.     

Shona dan Serafima melirik ke Jovano. Sepertinya Zivena di dalam alam Cosmo membuat komunikasi dengan kakaknya.     

Tak berapa lama, Zivena pun muncul di dekat mereka. Gadis cilik itu masih seketus dan secantik sebelumnya dengan rambut keemasan indah bagai malaikat kecil. "Hm, tolong Kak Sho agar minggir sedikit," ujarnya.     

"Ehh?" Shona bingung dengan permintaan Zivena. "Tapi, Zi, ini aku sedang-"     

"Biarkan aku yang ambil alih, oke?" Tatapan tegas mata Zivena sungguh mendominasi sampai Shona pun patuh dan bergeser menjauh dari Serafima.     

"Kak Jo juga!" kata Zivena ke kakaknya. Jovano pun merebahkan kekasihnya di rumput. Kemudian, Zivena mengulurkan tangan ke depan dan keluar cahaya emas dari sana menuju ke lengan Serafima.     

Tak lama kemudian, muncul lengan baru di sana, bagai bertumbuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.