Devil's Fruit (21+)

Tiba di Danau Lava



Tiba di Danau Lava

0Fruit 1268: Tiba di Danau Lava     
1

Mereka pun melanjutkan perjalanan bersama Noir, semakin mendekat ke sebuah arah sesuai petunjuk Hong Wang.     

"Roaaarrhhhh!" Terdengar suara auman keras dan tajam dari arah depan.      

"A-apa itu? Suara apa itu?" tanya Gavin sedikit gentar dengan suara menggelegar di depan sana."     

"Itu suara Hydra Api, atau biasa juga disebut Hydra Lava, karena dia hidup di danau lava di kubah gunung api di depan sana." Mogu menjawab, menjelaskan.     

"Danau lava?" Jovano heran juga dengan keterangan Mogu. "Kau yakin itu lava? Bukan magma?"     

Setahu Jovano, yang disebut lava itu berbeda karakteristik tempat dengan magma meski sebenarnya sama. Magma adalah cairan sangat panas yang masih berada di bawah tanah alias masih terperangkap di dalam gunung api, sedangkan ketika magma itu keluar dari gunung dan mengalir turun di alam luar, itu dinamakan lava atau lahar.     

Namun, Mogu menyebutkan itu merupakan danau lava ketimbang danau magma. Sungguh sedikit … kurang sesuai, bukan? Lava biasanya akan terus mengalir ke bawah hingga akan mulai mengeras sendiri dan menjadi batuan lava.     

Mogu menggeleng sebagai respon awal untuk pertanyaan Jovano. "Itu bukan magma, tapi memang lava, karena itu ditampung di sebuah kubah besar di atas gunung api pulau ini."     

"Benar-benar ditampung? Tidak bisa mengalir?" Pangeran Zaghar mulai paham apa yang menjadi keheranan Jovano.     

"Ya, itu benar-benar ditampung dalam sebuah kubah besar di atas gunung sehingga membentuk danau lava yang sangat panas dan ditakuti monster manapun kecuali Hydra Api." Mogu meyakinkan Jovano dan yang lainnya mengenai apa yang dia katakan.     

Sedikit banyak, Jovano mulai paham dengan garis besar yang sedang dibicarakan Mogu. Ternyata itu benar-benar danau lava yang sepertinya memang tidak bisa membeku meski berada di luar gunung berapi, menandakan betapa panasnya lava tersebut.     

"Atau … bisa juga itu sebenarnya adalah magma yang mencuat keluar dari celah kubah gunung api meski tidak bergolak dan menyembur seperti yang biasa terjadi saat erupsi." Ini juga yang ada di pikiran Jovano.     

"Hm, bisa juga itu. Masuk akal, sih Kak Jo." Gavin mengangguk setuju.     

"Mau itu lava atau magma, mau itu danau atau hanya rembesan keluar dari magma, tetap saja kita harus bersiap menghadapi Hydra itu." Serafima berkata sambil telunjuknya mengarah ke semburat warna merah pekat udara di depan sana.     

"Ya ampun, apakah di depan sana begitu panas sampai awan dan udaranya saja sepertinya begitu panas hingga kabutnya berwarna merah!" Shona tidak bisa tidak tercengang.     

"Maka dari itu, aku sudah berulang kali mengingatkan kalian agar tidak usah ke sana, tapi kalian begitu keras kepala tidak mau mendengarkanku!" Mogu mendesah tak berdaya usai mengatakan keluhannya itu. Sekarang, mereka bisa melihat sendiri bagaimana mengerikannya suasana di area hunian Hydra Lava.     

"Itu mengingatkanku akan neraka ketika aku diajak ayahku waktu kecil." Pangeran Zaghar berucap.     

Semua orang segera saja menoleh ke sang pangeran.      

"Neraka?" Gavin takjub.     

"Jadi, neraka seperti itu?" Jovano juga takjub. Dia belum pernah sekalipun ke neraka meski hanya untuk sekejap.     

"Tidak seluruh neraka berkondisi seperti itu, hanya beberapa sudut saja, biasanya di tempat yang paling dalam." Pangeran Zaghar meluruskan.      

"Ayahmu sungguh wow sekali sampai membawa anaknya yang masih kecil ke neraka, ck ck ck." Serafima tak bisa menahan keheranannya.     

"Ohh, waktu itu aku yang memaksa ingin ikut, bukan kemauan ayah. Dia hendak memeriksa seseorang yang dijebloskan di sana, memastikan jiwa orang itu masih di tempatnya di neraka." Pangeran Zaghar merasa tak enak sendiri ayahnya disalahpahami.     

"Kak Za, kau sungguh luar biasa pemberani untuk meminta datang ke neraka sewaktu masih kecil." Jovano mau tak mau terkesan dengan keberanian suami Shona.     

Memangnya kalian pikir semua iblis ada di neraka? Dikatakan, ketika belum adanya hari akhir tiba, maka para iblis tinggal di Underworld dan hanya Lucifer dan 6 pangeran besar iblis saja yang berada di neraka untuk mengawasi pendosa di sana, meski terkadang mereka masih bisa berkeliaran di bumi manusia untuk menciptakan kekacauan.     

Ketujuh pangeran besar iblis itu pernah menjadi malaikat, namun mereka memberontak dari Bos Besar dan legion Lucifer dikalahkan archangel Mikael, sedangkan Satan, si iblis tua, dibuang langsung oleh Bos Besar ke neraka untuk bergabung dengan Lucifer dan pasukannya pemberontaknya.     

Yang menempati Underworld hanyalah para keturunan ketujuh pangeran besar iblis saja, dimana di Underworld pun ada daerahnya masing-masing untuk tiap keturunan para pangeran besar iblis.     

"Sudah, sudah, cukup dengan masa kecilku. Sekarang mari kita fokus pada apa yang ada di depan kita saja." Pangeran Zaghar mengingatkan mereka.     

Mengangguk setuju, mereka kembali mengarahkan pandangan ke depan, dan ketika Noir menembus kabut kemerahan itu, nampaklah pemandangan gunung api dengan di bagian atasnya adalah sebuah kubah membentuk danau dengan isinya adalah cairan merah menggelegak menciutkan siapapun, berharap mereka jangan sampai tercebur di sana.     

Meski mereka iblis dan sebagian tubuh mereka memiliki elemen api, bukan berarti mereka tidak bisa terbunuh oleh api.      

Sama juga dengan manusia, meski sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, bukan berarti mereka akan baik-baik saja di dalam air dalam waktu lama. Tentu akan mati tenggelam, kan?     

"Om Ver, apakah jiwa Mom ada di sekitar sini?" tanya Jovano pada Hong Wang, si burung Vermilion. Kalau bisa, dia ingin menghindari konfrontasi dengan Hydra Lava. Dia belum yakin apakah kekuatannya sudah kembali atau belum saat ini.     

"Hm, ya, ada. Aku merasakannya." Hong Wang terbang melayang di udara. Lalu dia menunjuk ke sebuah arah. "Ohh, itu di sana!"     

Mata kelompok Jovano dan Mogu segera terarah pada arah yang ditunjuk oleh Hong Wang.      

"Kau bercanda?!" Gavin tak bisa menahan teriakannya. Itu karena ternyata benda yang dikatakan sebagai kristal jiwa milik Andrea, berada di atas danau lava tersebut, dan saat ini sedang menghindari terjangan moncong-moncong Hydra itu.     

Diketahui, Hydra adalah monster ular raksasa berkepala puluhan bahkan ratusan, namun ekornya masih tetap satu. Itu hampir mirip seperti karakteristik monster ular besar berkepala delapan dan berekor delapan dari legenda Jepang, Yamata no Orochi.      

Jika Yamata no Orochi dibunuh oleh Dewa Susanoo menggunakan pedang Worochi no Aramasa, maka apa yang bisa digunakan untuk membunuh Hydra?     

Jovano berpikir, jika Dewa Susanoo mendapatkan pedang Kusanagi no Tsurugi dari salah satu ekor Yamata no Orochi, kira-kira apa yang akan dia dapatkan apabila dia berhasil membunuh Hydra Lava?     

Dulu, Hercules juga pernah bertarung dengan salah satu monster Hydra di bumi manusia dan dikatakan itu sungguh merepotkan Hercules karena kepala Hydra akan terus tumbuh ketika dipenggal.     

Menilik dari banyaknya jumlah kepala Hydra, bagaimana mereka hendak menghadapinya ketika Hydra itu nantinya merasa terganggu?     

Tidak ingin kelompoknya terpengaruh dengan udara panas dari kabut di kawasan itu, Shona segera memberikan selubung tenaga healer dia ke semua orang di kelompok itu, termasuk ke Noir. Segera, mulut mereka semua bagai sedang memakai masker berwarna hijau dari cahaya healer agar mereka bisa nyaman bernapas di dalam kabut kemerahan ini.     

Saat ini, Hydra Lava sedang diam setelah tidak juga berhasil mengambil Kristal jiwa Andrea yang melayang di atas danaunya, seolah sedang mengejek sang Hydra.     

Namun, ketenangan Hydra Lava terusik ketika matanya melihat Noir mendekat ke danaunya.      

Raut tak senang tergambar jelas dari muka Hydra Lava. Apakah dia sudah tidak dihargai lagi hingga ada singa terbang biasa yang berani mendekat ke danaunya?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.