Devil's Fruit (21+)

Zivena yang Telah 'Bertumbuh'



Zivena yang Telah 'Bertumbuh'

Fruit 1270: Zivena yang Telah 'Bertumbuh'     

Ketika Jovano nekat melompat dari punggung Mogu, satu-satunya yang ada di pikiran dia hanyalah menyelamatkan kristal jiwa milik ibunya yang hendak diluluhkan oleh serangan lava dari Hydra Lava.     

Mana bisa dia diam saja membiarkan kristal jiwa sang ibu musnah begitu saja? Inilah yang menyebabkan kenekatan dia.     

Sewaktu rekan kelompoknya melihat ini, Jovano sudah hampir meraih kristal itu, dan sayangnya, Hydra Lava juga sudah mengarahkan semburan lavanya ke arah Jovano. Ini membuat semua rekan Jovano menjerit ngeri.     

Saat mereka hendak menerjang ke depan untuk menolong Jovano, secara mendadak dan tak terduga, keluarlah Zivena dari alam Cosmo.     

Dari punggung Zivena keluar sayap putih besar dan dia melayang menghadang di depan Hydra Lava, mengulurkan tapak tangan kanannya dan kemudian, muncul sinar warna emas dari tapak kecil itu.     

Sinar emas itu mendadak memadat menjadi sebuah perisai besar yang menghalau serangan lava dari si hydra, sehingga menyelamatkan sang kakak, Jovano.      

Hydra Lava terkejut melihat sinar emas itu, namun sudah terlambat baginya untuk bereaksi ketika setelah serangannya diblokir, dirinya diterjang sinar emas tersebut. "Aarrghhh!" Erangan keras muncul darinya sebelum dia pun menghilang, musnah.     

Zivena lekas menoleh ke belakang untuk melihat kakaknya sudah berhasil meraih kristal jiwa itu dan sedang jatuh bebas ke bawah menuju danau lava.     

Bugh!     

Mogu rupanya sudah meluncur cepat menerima tubuh jatuh Jovano meski punggungnya sedikit sakit akan benturan itu, namun Mogu tak perduli, yang penting Jovano selamat! Setelah berhasil mendapatkan Jovano, ia lekas terbang lagi sebelum mereka menyentuh danau lava yang tinggal beberapa meter lagi.     

"Fyuuhh!" Jovano sampai menghela napas lega setelah berhasil diselamatkan Mogu. "Terima kasih, Mogu." Ia menepuk-nepuk leher Mogu. Sedangkan semua rekannya begitu lega melihat Jovano akhirnya baik-baik saja.      

"Tidak masalah, Jo." Mogu tersenyum masam, menahan rasa sakit di punggungnya dan menjauh dari danau lava.     

Mereka semua pun terbang menjauh dari danau lava dan mendarat ke tanah yang aman untuk dipijak.     

"Jo, ya ampun kau ini!" Shona menepuk bahu Jovano, kemudian, Serafima menerjang memeluk tubuh kekasihnya dengan sikap cemas bercampur lega.      

"Kau sialan, memang sialan, kau Jo!" Serafima mempererat pelukannya.     

"Ha ha ha, maafkan aku." Jovano tertawa konyol ke semua orang dan mengecup kepala kekasihnya yang masih memeluknya erat-erat. "Augh!" Ia menjerit ketika Serafima menggigit dadanya.     

"Ini salahmu!" Serafima mendongak menautkan tatapannya ke Jovano dengan mata mulai basah.      

Terharu dengan betapa cemasnya sang kekasih, Jovano terkekeh dan mengelus rambut Serafima. "Iya, maaf udah bikin kamu cemas."     

Zivena berjalan ke kakaknya, Jovano melihat ke adiknya dan berkata, "Zizi, thanks banget yah udah nyelamatin aku."      

Menatap sang kakak, Zivena cemberut, "Lain kali, jangan nekat, Kak! Apa kau tahu kalau seharusnya kau ini ...." Dan mengalirlah serentetan omelan dan nasehat dari mulut mungil Zivena.     

"Zi ... apa kau sudah mendapatkan kekuatan baru?" Jovano baru tersadar.     

"Kekuatan baru? Oh, sinar emas tadi? Hm ... itu sebenarnya sudah satu paket dengan kekuatan Healer yang waktu itu." Zivena menjawab.     

"Wah, jadi begitu kamu selesai hibernasi waktu itu, kau langsung dapat banyak kekuatan baru, yah Zi!" Gavin menatap takjub ke Zivena. Gadis kecil itu mengangguk.     

"Tunggu, sepertinya ada yang berubah dari Zizi, benar?" Shona mengerutkan keningnya.     

Mendengar ucapan Shona, segera saja kelompok Jovano memperhatikan Zivena lebih lekat. Ini membuat gadis cilik itu salah tingkah. "K-Kakak Sho! Kau jangan bicara sembarangan!"     

Shona tersenyum dan matanya memicing. "Sepertinya ada yang mulai tumbuh, nih!"      

"Tumbuh?" Jovano dan yang lainnya sedikit bingung dengan ucapan Shona.     

"Hi hi, ya sudah kalau kalian tidak menyadarinya. Aku tutup mulut saja, yah!" Shona melakukan gerakan menutup mulut menggunakan jarinya seakan di sana ada resleting.     

"Kak Sho!" Wajah Zivena memerah malu karena ketahuan.     

"Memangnya apa sih yang tumbuh di kamu selain sayap, Zi?" tanya Gavin dengan heran. Tapi kemudian, matanya melotot dan berseru apa adanya. "Ohh! Dadanya? Dada Zivena tumbuh lebih menggembung sedikit lebih padat dari sebelumnya, ya kan?"     

Bletak!     

Zivena langsung melompat ke Gavin dan memukul kepala remaja itu. "Ga-Gavin bodoh!" Wajah merah padamnya semakin menunjukkan kebenaran dari tebakan Gavin.     

"Ehh?" Jovano dan yang lainnya pun bersama-sama memandang ke arah dada Zivena.     

"Jangan memandangi iniku!" Zivena menyeru sambil menyilangkan dua lengan ke depan dadanya. "Kalian ini sungguh kurang ajar! Jahat! Gavin jahat! Aku sumpahi kau tidak laku!" Gadis cilik itu menjerit-jerit kesal. "Kak! Masukkan aku ke Cosmo lagi! Masukkan!"     

"Astaga, Zi, ha ha ha ...." Jovano tertawa geli melihat salah tingkah adiknya yang menggemaskan. Ia kemudian memasukkan sang adik kembali ke Cosmo. "Padahal dia bisa keluar masuk sendiri, iya kan?"     

"Benarkah?" tanya Shona.      

"Yup! Tadi dia keluar sendiri dari Cosmo untuk menghadang Hydra Lava. Aku sama sekali kagak manggil keluar dia." Jovano mengingat dengan jelas mengenai itu.     

"Wow, sepertinya adikmu sudah benar-benar bertumbuh, Jo. Yah, tidak hanya dadanya saja, tapi juga kemampuan dan kekuatannya." Pangeran Zaghar terkekeh dan Shona mencubit pinggangnya.     

"Oh ya, kenapa Zizi bisa mengeluarkan sihir dalam waktu berdekatan?" Shona teringat akan ini.      

"Benar juga, Sho. Aku baru sadar ini setelah kau menyebutkannya." Jovano mengangguk. "Sebelum ini, Zizi udah menumbuhkan lagi lengan Sera, dan setidaknya belum ada satu jam kemudian dia bisa bunuh Hydra Lava pakai kekuatannya." Ia melirik kekasih di pelukannya.     

Serafima mengangguk.     

"Ohh, jadi yang nyembuhin Kak Sera itu Zizi?" Gavin membelalakkan matanya.     

"Yup, itu dia." Jovano pun menceritakan detil peristiwa momen luar biasa itu.      

"Hm, sekarang setelah kita mendapatkan kristal jiwa itu, kita keluar dari alam inikah?" tanya Gavin sambil menoleh ke Jovano.     

Jovano malah menoleh ke Hong Wang yang sudah terbang mendekat ke mereka. Kelompok itu sudah malas mengomel mengenai cueknya Hong Wang jika mereka diserang monster. "Om Ver, apa di sini sudah tidak ada kristal jiwa lagi?"     

Hong Wang menutup matanya sejenak dan kemudian menjawab, "Skriii, tak ada lagi."     

"Berarti kita sudah bisa keluar dari alam ini, benar?" Pangeran Zaghar memandang ke Hong Wang.     

"Yah, seperti itu." Hong Wang terbang berputar di sekeliling mereka.     

"Berarti waktu kita di sini sudah habis." Jovano berkata dan diangguki yang lainnya.      

Namun, raut wajah Mogu terasa menggelap dan muram. Ini disadari Shona. "Mogu, ada apa?"     

"Ohh, um, tidak, tidak apa-apa." Mogu menggelengkan kepalanya.     

Mata Shona memicing seperti curiga akan sesuatu. "Mogu, tunggu." Ia mendekat ke Mogu dan menekan punggung Mogu.     

"Arghh!" Mogu tak bisa menahan jeritannya.     

"Sudah kuduga." Shona menghelas napas.     

"Kenapa, Sho? Mogu kenapa?" Jovano bingung melihat adegan di depannya.     

"Sepertinya punggung Mogu cidera. Mungkin dari menerima tubuhmu yang jatuh tadi, Jo." Shona memberikan analisisnya.     

"Benarkah, Mogu?" Jovano bertanya ke Mogu.     

"Ungh, sepertinya begitu." Mogu sedikit malu karena ketahuan.     

"Astaga, Mogu, aku sungguh minta maaf!" Jovano jadi tak enak hati sendiri. "Sho, bisa kau sembuhkan Mogu? Tolong, dong!" pintanya sambil menatap penuh memohon ke Shona.     

"Tentu saja bisa." Shona tersenyum dan mulai mengeluarkan energi Healer dia ke punggung Mogu. Tak berapa lama, punggung Mogu pun sembuh seperti sedia kala.     

"Nah, sekarang, kita bisa pergi dari alam ini." Jovano lega karena misi pertama mereka berhasil dengan gemilang.     

Mogu maju ke Jovano dengan kepala tertunduk dan berkata malu-malu, "A-anu ... Jo, bolehkah ... bolehkah aku ikut kalian?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.