Devil's Fruit (21+)

Tiba di Perkebunan di Alam Mutan



Tiba di Perkebunan di Alam Mutan

0Fruit 1274: Tiba di Perkebunan di Alam Mutan     

Selesai mengucapkan mantra perpindahan alam ke destinasi tertentu, Jovano dan kelompoknya pun dibawa ke sebuah tempat asing, sebuah tanah lapang berumput rendah.      

Ketika mereka membuka mata, yang terbentang hanya hijaunya rumput dan juga ada deretan pohon-pohon rapi berjajar tak jauh dari mereka berdiri.     

"Ini ... apakah ini perkebunan?" tanya Jovano ketika dia menatap deretan pohon di dekat mereka mendarat.     

"Ya, sepertinya ini kebun anggur." Shona juga mengedarkan pandangannya ke sekitar dan fokus pada pohon yang berderet rapi, dan buah anggurnya menjuntai dari dahan yang merambat pada sekat khusus.      

"Wuah, anggur!" Gavin bersemangat sampai dia berlari ke arah kebun itu dan mengulurkan tangan untuk memetik anggur yang sudah berwarna merah menggiurkan.     

Namun, belum sempat tangannya berhasil memetik apa yang dia inginkan, mendadak saja ada sesuatu yang bergerak cepat mendorong Gavin hingga pemuda itu terpental mundur beberapa meter dan pantatnya jatuh duluan di tanah berumput.     

Menahan tawanya, Jovano dan yang lain pun segera waspada, terlebih ketika serangan cepat itu menuju ke arah Jovano.     

Dengan cekatan dan siap siaga, Jovano pun menangkap tangan yang hendak mendorong tubuhnya. Namun, kaki pihak lain hendak melayangkan tendangan.     

Itu pun ditangkis Jovano, membuat pihak asing itu menjauh dari Jovano.     

Kini, setelah pihak lain berhenti menyerang, sosoknya terlihat lebih jelas. Dia merupakan sosok seperti manusia lelaki, namun seluruh tubuhnya berwarna ungu gelap.      

"Siapa kau?" tanya Gavin setelah bangkit dari jatuh terjengkangnya.     

"Aku yang harusnya bertanya seperti itu ke kalian, dasar pencuri!" Sosok ungu itu menatap tajam ke Gavin.     

"Enak saja aku dikata pencuri!" Gavin kesal.     

Namun, mendadak saja dari arah lain datang tangan panjang bagai karet yang hendak menampar Gavin.     

Gavin lekas menghindar namun tangan karet lainnya sudah berhasil meninju perutnya sehingga dia jatuh terjengkang untuk kedua kalinya.     

Kali ini, kelompok Blanche tidak bisa menahan tawa geli mereka. Serafima dan Shona tertawa kecil. Bagaimana mungkin Gavin tidak malu serta lebih kesal dari sebelumnya?     

Tapi, tangan karet itu hendak menjangkau anggota Blanche lainnya. Semua pun siaga dan menangkis tangan. Bersamaan dengan serangan tangan aneh bagai karet itu, sosok manusia ungu itu bergerak cepat hendak turut menyerang kelompok Jovano.     

Sayang sekali, untuk urusan cepat, Jovano dan kelompoknya mampu melebihi kecepatan sosok ungu itu. Hanya Serafima saja yang berhasil ditinju punggungnya karena kalah cepat dengan si ungu.     

Jovano lekas menangkap kekasihnya sebelum wajah Serafima menubruk tanah berumput.     

Shona pun menangkap tangan karet dan membekukannya agar tangan itu bisa berhenti melebar lagi. Sedangkan Pangeran Zaghar menangkap si ungu, mengunci pergerakannya.     

"Arrghh! Sakit! Ini sakit! Kalian pencuri jahat! Ingin merampok kebun kami, hah?!" Terdengar suara dari kejauhan. Sepertinya itu dari pemilik tangan karet yang sedang dibekukan Shona.     

"Sho, lepaskan dia." Jovano meminta pada Shona.     

"Tapi nanti dia memukul kita lagi, Jo." Shona menatap Jovano.      

Jovano lekas bicara ke si ungu. "Maafkan kelancangan salah satu anggota kami yang ingin mengambil anggurmu. Dia hanya tak bisa menahan diri melihat anggur luar biasa milikmu." Dia secara yakin menduga bahwa sosok ungu dan si tangan karet adalah pemilik kebun ini. "Kami baru saja tiba di lahan ini dan belum tahu apapun mengenai daerah ini."     

"Kalian berasal dari mana?" tanya si ungu yang tak berkutik dalam kuasa Pangeran Zaghar.     

"Kami berasal dari Bumi, tapi kami baru saja tiba dari alam Hybrid." Jovano menjelaskan secara singkat.     

"Bumi? Maksudmu … Bumi yang ditinggali manusia?" tanya si ungu.     

"Benar. Maka, bisakah kau meminta rekanmu untuk tidak lagi menyerang kami karena ini hanya salah paham. Gav, minta maaf!" Jovano memberi kode pada Gavin.     

"Urgh, iya, iya, maafkan aku." Gavin mau tak mau mengucapkan itu. Ketua kelompoknya sudah memberi perintah, mana bisa dia tidak patuh?     

"Adik, ini hanya salah paham." Si ungu berseru ke sebuah arah.     

"Huh! Benarkah?" Adik si ungu berteriak dari asalnya berada.     

"Kak Za, lepaskan dia." Jovano ganti memberikan perintah ke Pangeran Zaghar. "Sho, lepaskan dia juga." Ia beralih ke Shona.     

"Hm, baiklah, Jo."     

"Aku percaya saja padamu, Jo."     

Shona dan suaminya pun melakukan seperti yang diperintahkan pada mereka. Keduanya bersama-sama melepaskan dua sosok asing itu. Shona juga menarik kekuatan es dia pada si tangan karet.     

Setelah itu, muncul kaki panjang bagai karet ke dekat Shona, dan akhirnya, sosok asli dari tubuh karet itu pun muncul secara normal di depan kelompok Jovano dan si ungu berdiri menyebelahinya.     

"Perkenalkan, kami kelompok Blanche dari Bumi. Aku Jovano, ini Shona, suaminya, Pangeran Zaghar, yang ini kekasihku, Serafima, dan ini Gavin. Sedangkan ini Mogu, seekor Hippogriff dan itu Hong Wang, seekor burung Vermilion." Jovano memperkenalkan semua anggota dia yang ada di sana.     

"Aku Darga dan ini adikku, Miloz." Si ungu juga memperkenalkan dirinya sekaligus adiknya.      

Miloz mendengus, mungkin masih kesal atas tindakan ngawur Gavin. "Kak, kau terlalu baik." Dia sosok manusia yang berkulit normal seperti manusia, tidak seperti kakaknya. Usianya sepertinya menunjukkan dia masih sekitar awal 20-an dan sang kakak hampir seperti manusia berusia 30 tahun.     

"Biarkan ini menjadi kompensasi atas kesalahan anggotaku." Jovano menyodorkan dua Buah Energi Roh ke Darga dan Miloz.      

Dua mutan itu menatap dua buah di tangan Jovano. Sepertinya mereka meragukan buah tersebut. Meski buah itu berwarna bagai pelangi dan terlihat sangat indah, namun biasanya buah yang berwarna begitu menarik justru yang berbahaya, kan? Itu yang ada di benak mereka.     

Menduga kecurigaan pada buah yang disodorkan, Jovano pun menggigit satu buah di tangannya, mengunyah santai dan berkata, "Lihat, ini tidak berbahaya, apalagi beracun, justru menambah energi. Cobalah." Ia mengambil satu lagi dari cincin ruangnya dan menyodorkan kembali dua buah itu ke kakak adik mutan.     

Darga menerima meski dengan sikap ragu.     

"Kak, jangan!" Miloz mencegah, tapi kakaknya tersenyum dan menggigit buah itu. "Kak! Kau terlalu ceroboh!"     

Setelah beberapa saat Darga mengunyah Buah Energi Roh, matanya mendadak saja mendelik terkejut.     

"Kak!" Miloz mengira respon kakaknya adalah respon bahaya. Ia lekas menoleh ke Jovano. "Kau menipu! Kau memberi kakakku buah berac-"     

"Miloz, tenanglah dulu." Darga menyentuh bahu adiknya yang masih saja temperamen ke Jovano dan kelompoknya.     

"Kak?" Miloz berbalik untuk melihat kakaknya tersenyum dan baik-baik saja.     

"Aku tidak kenapa-kenapa. Seperti yang dia katakan sebelumnya, buah ini benar-benar memberikan energi. Cobalah!" Darga malah menyarankan adiknya untuk memakan Buah Energi Roh yang disodorkan Jovano.     

Ragu tapi penasaran, Miloz pun mengambil buah itu dan menggigit masih dengan pandangan waspada ke Jovano. Namun, dia juga mendelik kaget usai memasukkan buah itu ke tenggorokan. Segera, energi serasa meluap di tubuhnya. "Ini …."     

"He he he, itu namanya Buah Energi Roh, entah apakah kalian mengetahuinya atau tidak. Aku memiliki perkebunannya di alam pribadiku." Jovano terkekeh ramah. "Kalau kalian ingin lagi, katakan saja, aku takkan pelit-pelit memberi ke kalian."     

Mendengar kata alam pribadi, kening Darga berkerut dan bertanya agak ragu, "Kalian … iblis?" Karena yang dia ketahui dari cerita turun temurun, bahwa hanya iblis yang mempunyai kemampuan untuk memiliki alam pribadi di artefak khusus mereka.     

Ketika sang kakak menyebut mengenai iblis, Miloz langsung mulai bersikap lebih waspada dan siaga dengan kuda-kudanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.