Devil's Fruit (21+)

Mendapatkan Penjelasan



Mendapatkan Penjelasan

0Fruit 1275: Mendapatkan Penjelasan     

Jovano dan kelompoknya sudah tiba di alam Mutan dan ternyata mereka mendarat di sebuah perkebunan anggur milik dua kakak adik mutan bernama Darga dan Miloz.     

Mereka sempat terlibat salah paham sebelum akhirnya Jovano menjelaskan asal usul mereka.     

Ketika Darga dan Miloz mendengar mereka dari Bumi, dua kakak adik itu langsung membayangkan momen-momen mereka dulunya ketika masih berada di Bumi sebelum dipindahkan oleh Semesta ke alam khusus ini.     

Namun, ketika dua kakak adik itu mulai menyadari bahwa Jovano dan kelompoknya ternyata adalah ras iblis, mana mungkin mereka tidak bersikap waspada.     

Oleh karena itu, Jovano bertanya pada kakak adik mutan itu. "Apakah … sebuah hal yang buruk kalau kami ini keturunan iblis?" tanyanya.     

Miloz sudah ingin maju menyerang, namun Darga mencegah adiknya, dan menjawab Jovano, "Bukan masalah buruk atau tidak buruk, tapi jujur saja, kami sebagai mutan, harus waspada pada seluruh ras iblis."     

"Waspada? Kenapa?" Jovano menemukan ternyata ras dia banyak dijauhi oleh banyak ras lainnya. Selain manusia yang menghujat rasnya, kaum monster hybrid dan mutan pun ternyata juga tidak senang dengan ras iblis.     

"Kami tidak tahu pastinya, hanya mendengar secara turun temurun dari leluhur kami agar kami tidak berhubungan dengan ras iblis." Darga menggeleng. Dia sudah jujur, dari orang tua dan mutan terdahulu, hanya mengatakan bahwa para mutan lebih baik menghindari iblis.     

"Tapi, kami tidak ingin berbuat macam-macam pada kalian. Kami ke alam ini hanya ingin mencari sebuah benda, bukan ingin mencelakai siapapun di sini." Jovano tidak ingin menghimpun kesalahpahaman antara mereka dengan makhluk penghuni alam ini.     

"Benda?" Darga mengernyitkan kening. "Hm, lalu … kenapa harus ada di sini?" Matanya sambil melirik ke arah Mogu dan Hong Wang yang sudah pasti menarik perhatian dia sejak tadi.     

"Oh, kebetulan, kami dari alam Hybrid, seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, dan ketika kami merapalkan mantra perpindahan alam, kami tiba di sini tanpa bisa kami kendalikan. Maaf jika kami mengganggu kalian," jelas Jovano.     

"Ya, kalian memang sudah pasti mengganggu kami!" Miloz masih bersikap sengit pada kelompok Jovano, masih kesal mengenai pencurian hasil kebun mereka oleh Gavin beberapa saat lalu.      

"Maafkan kalau begitu." Jovano menganggukkan kepala sebagai tanda hormat pada kedua kakak adik mutan tersebut. "Kalau begitu, kami akan permisi saja dulu dari sini."     

Jovano dan kelompoknya hendak beranjak dari tempat mereka berdiri, namun Darga mencegah dengan ucapan, "Tidak perlu pergi begitu."      

Jovano dan yang lainnya menoleh ke Darga, merasa heran dengan kata-kata Darga. Miloz pun demikian. Memangnya apa yang sedang dipikirkan sang kakak sampai mencegah kelompok itu dari pergi. Bukankah lebih baik jika Jovano dan yang kelompoknya pergi saja dari tanah mereka?     

"Kenapa?" Jovano tidak bisa menahan keheranan dia.     

"Tinggallah sementara di sini. Di luar belum tentu bisa semudah ini kalian bergerak." Darga menghela napas. "Aku sepertinya sudah salah paham pada kalian, jika memang kalian tidak sengaja mendarat di sini dan sedang mencari sebuah benda."     

"Kak!" Miloz sedikit kurang setuju dengan sikap sang kakak.     

"Miloz, mereka tidak bersalah, hentikan prasangkamu itu." Lalu Darga beralih ke Jovano. "Apakah kalian bisa menjelaskan berbagai hal sampai bisa mendatangi tempat ini? Dan itu … apa itu?" Ia menunjuk ke Mogu dan Hong Wang.     

"Oh, itu Mogu, dia seekor Hippogriff, hybrid percampuran dari elang dan kuda. Dan yang sedang terbang berputar-putar itu Hong Wang, dia burung api Vermilion." Jovano memperkenalkan kedua beast beda ras dan beda asal usul tersebut.      

"Hippogriff? Vermilion?" Darga dan Miloz sama-sama terkejut. Nama-nama yang pernah mereka baca di sebuah literature kuno leluhur mereka, kini ada tepat di hadapan mereka, bagaimana mereka tidak terpana?     

"Jadi ini yang namanya Hippogriff, dan ini … burung Vermilion, sejenis Phoenix." Darga seperti bergumam sendiri ketika menatap kagum pada 2 beast itu.     

"Skriii! Aku bukan Phoenix! Jangan samakan aku dengan dia! Skriii!" Hong Wang selalu saja merasa kesal jika dia masih saja dikaitkan dengan burung Phoenix. Dia dan Phoenix seakan memiliki persaingan kekal sebagai burung nirwana.     

"Ohh, maafkan jika aku salah." Darga mengangguk sopan pada Hong Wang yang galak. "Ohh, bagaimana jika kalian masuk dulu ke rumahku?"     

Miloz ternganga tak percaya kakaknya bisa begitu menerima Jovano dan kelompoknya. Tapi bisa apa dia sebagai seorang adik.      

Jovano dan kelompoknya pun berjalan dipimpin Darga dan Miloz  menuju rumah dua kakak beradik mutan itu.     

"Maaf kalau tempat kami sempit, berantakan, dan terlalu sederhana." Darga menggunakan kecepatan bergerak ala kilat dia untuk lekas membereskan barang-barang yang berantakan di mana-mana di ruang tamu.     

"Ohh, tak masalah. Tempat kami hidup juga bukan tempat yang selalu rapi." Jovano tidak ingin membuat Darga kecil hati.     

Tak berapa lama, Miloz sudah menghidangkan para tamunya dengan secangkir kopi dan beberapa camilan berupa biscuit biasa.     

"Maafkan jika suguhan dari kami hanya ini saja." Darga merasa sedikit gugup karena dia jarang memiliki tamu, apalagi dari alam yang berbeda dan jauh. "Ohh, Miloz, kenapa kau tidak suguhkan juga anggur kita."     

"Kak, kau yakin?" Miloz ragu.     

Darga mengangguk. "Cepat bawa kemari anggur hasil kita yang sudah matang dan manis."     

"Hm, baiklah." Miloz tidak bisa menolak perintah kakaknya.     

"Ahh, Darga, jangan repot-repot! Tidak perlu menyuguhi kami dengan hasil kebun kalian, kok!" Jovano cukup peka untuk mengetahui bahwa Miloz masih memiliki aroma permusuhan dan kewaspadaan pada mereka, apalagi menyuguhkan hal yang menjadikan mereka tadi bertikai sebentar.     

"Tidak apa-apa. Miloz, suguhkan!"     

"Ya, Kak."      

Jovano melihat Miloz pun masuk ke dalam. "Darga, apa kalian hanya hidup berdua saja di sini?"     

"Ya, aku hanya dengan adikku satu-satunya itu. Kedua orang tua kami sudah meninggal beberapa puluh tahun lalu." Darga berkata apa adanya mengenai keadaan dia.     

"Beberapa puluh tahun lalu? Tapi … bukankah kau masih seperti berusia …."     

"Seperti masih muda, begitu kan?" Darga seakan sudah paham apa yang ingin diucapkan Jovano. "Kami, ras mutan, sama seperti makhluk supernatural seperti kalian para iblis atau juga vampire dan monster lainnya. Kami bisa hidup lama dan berusia sangat panjang, kecuali kami bertempur. Yang bisa membuat umur kami berhenti hanyalah kematian karena pertarungan."     

"Ohh! Ternyata begitu!" Jovano baru tahu mengenai ini. "Memangnya, kalian sering bertempur seperti kaum kami?"     

"Ya. Kami para mutan kerap bertarung dan memetik peperangan hanya karena masalah sepele. Mungkin ini hanyalah sebuah perputaran takdir untuk kami yang hidup abadi ini agar populasi kami tidak terlalu meledak." Darga tersenyum kecut. "Aku dan adikku juga berulang kali harus melewati banyak kejadian yang mengancam hidup kami."     

Mendengar Darga, Jovano merasa bangsa mutan sama seperti para iblis. Saling berperang dan hanya itu yang membuat bangsa iblis musnah. Semakin tua umur seorang iblis, maka bisa dikatakan dia begitu kuat atau … selalu berkompromi dan menyembunyikan dirinya dari peperangan agar tidak dimusnahkan.     

Miloz membawa keluar buah anggur di atas piring oval lebar dan dia letakkan di meja, tidak berkata apa-apa.     

Mengabaikan kesengitan sikap Miloz, Jovano bertanya, "Darga, apa kau tahu kenapa kami tidak bisa mengeluarkan seluruh kekuatan kami saat bertarung?"     

TIba-tiba saja, tubuh Mogu bergetar dan seperti ada sinar perak aneh yang masuk melalui dahinya, membuat matanya bersinar sangat terang bagai ada lampu neon di sana.     

"Mogu? Kau tidak apa-apa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.