Devil's Fruit (21+)

Membawa Darga dan Miloz ke Alam Cosmo



Membawa Darga dan Miloz ke Alam Cosmo

0Fruit 1278: Membawa Darga dan Miloz ke Alam Cosmo     

Jovano dan kelompoknya sudah masuk ke kamar masing-masing, kamar yang dibuat Gavin melalui kekuatan elemen kayunya, tahap kenaikan dari kekuatan elemen tanah dia.     

Di kamar Jovano dan Shona, sudah diberi array formasi pelenyapan suara, sehingga orang di luar kamar itu tidak akan bisa mendengarkan apapun yang terjadi pada dua orang di kamar itu.     

Ini sesuai permintaan Gavin yang jomblo agar tidak terlalu mengenaskan saat hanya dia saja yang tidak memiliki pasangan.     

Jika dia mengeluhkan ini di depan Kuro, pasti Kuro akan menegur habis-habisan Gavin dan mengoloknya karena tidak menerima cinta Voindra dulunya.     

Yah, siapa suruh dia tergila-gila pada Ivy hingga mengabaikan kesempatan bagus pada cinta yang ditawarkan Voindra sejak lama.     

-0-0—0—0-0-     

Pagi jam 7, semua orang di rumah kayu bergantian terbangun dan keluar dari sana.      

"Jo, bisa mandi di Cosmo sebentar?" Shona merasa ingin mandi membersihkan seluruh area tubuhnya yang semalam berlumuran cairan milik suaminya.     

"Aku juga!" Serafima muncul menginginkan hal sama. Sepertinya kedua wanita muda itu mengalami malam membara yang sama.     

Menahan tawa dan menampilkan senyum simpulnya, kemudian Jovano pun mengangguk. "Apa ada lagi yang ingin mandi di Cosmo?" tanyanya pada rekan lainnya.      

"Tidak untukku." Pangeran Zaghar menggeleng.     

"Apalagi aku. Aku tidak berkeringat dan mengeluarkan cairan apapun seperti kalian semalam, ya kan?" Gavin ikut menyahut. Jovano terkikik, sedangkan kedua wanita berwajah serba salah. "Lah? Apa aku salah bicara?"     

"Pfftt! Nggak, Gav, enggak, ha ha! Ya ampun, kamu tuh yah, beneran blak-blakan!" Jovano tak bisa lagi menahan tawanya.     

"Gav, kalau kau frustrasi karena jomblo, apa aku harus memanggil Voi ke sini untuk kamu?" Wajah Shona terlihat tak berdaya ketika dia mengatakan itu.     

"E-enggak usah! Nggak usah, Kak Sho! Udah, sana kalian buruan mandi! Bau kalian … ugh … bau Kak Jo ama Pangeran Za." Gavin berlagak menutup hidungnya dan lekas melesat pergi sebelum dicambuk oleh cemeti Shona dan terdengarlah suara Gavin di kejauhan.     

"Ih! Gavin nyebelin!" Shona cemberut.     

"He he, udah, cuekin aja, Sho. Nah, aku kirim kalian ke Cosmo sekarang, yah!" Jovano menggunakan kekuatan pikiran dia dan memindahkan Shona dan Serafima ke Cosmo, tepat ketika Darga dan Miloz keluar dari rumah kakak beradik mutan itu.     

"Ehh, selamat pagi, Darga, Miloz." Jovano menyapa.      

"Pagi, Jovano." Darga membalas.     

"Jo saja, Ga." Jovano mengingatkan.     

"Oh, iya." Darga tersenyum. "Tadi Shona dan Sera ke mana?"     

"Ohh, mereka di alam pribadi ibuku, alam Cosmo." Jovano tidak menutupinya.     

"Apakah setiap iblis memiliki alam pribadi mereka sendiri?" tanya Darga.     

"Sepertinya tidak, Ga, karena alam pribadi ini konon sangat mahal harganya di dunia bawah. Ini milik ibuku yang dibelikan oleh kakekku. Yah, aku juga punya sendiri dan dibelikan kakekku juga, sih!" Jovano tidak masalah jika berkata apa adanya tentang beberapa hal pada Darga dan Miloz karena dia mempercayai dua orang itu.     

"Sepertinya sangat asyik memiliki alam pribadi seperti itu, yah!" Darga tersenyum kecut, seakan dia ingin mengatakan suatu hal namun urung.     

"Kamu ingin mencoba masuk dan lihat-lihat di sana, Ga?" tawar Jovano.     

"Itu boleh?" Darga melongo, tak menyangka mendapatkan tawaran semacam itu.     

"Tentu boleh." Jovano mengangguk lalu beralih ke Pangeran Zaghar dan berkata, "Kak Za, aku akan bawa Darga dan Miloz jalan-jalan sebentar ke Cosmo, yah! Kakak ama Gavin bisa menunggu di sini sebentar, kan?"     

"Silahkan, Jo." Pangeran Zaghar mengeluarkan Buah Energi Roh untuk sarapan paginya. Jika ini dilihat iblis biasa ataupun monster hybrid, mereka bisa menangis dengan mata memerah memendam iri.      

Maka, dalam sekejap, Jovano memasukkan Darga dan Miloz beserta dirinya sendiri ke Cosmo.     

Darga dan Miloz terpana ketika mereka tiba di alam Cosmo.      

"Ini … aku sungguh tidak mengira yang namanya alam pribadi milik bangsa iblis bisa begini … mengagumkan!" Darga tidak bisa menahan pujiannya pada alam Cosmo. "Ini begitu … asri! Bahkan udaranya saja sangat segar seakan seluruh selku diperbarui hanya dengan menghirup udara di sini saja."     

"He he, ini memang alam pribadi level tinggi, Ga. Ini milik ibuku yang sedang aku pegang." Jovano mengajak keduanya ke area dekat pondok hunian.     

"Apa dia tidak keberatan dengan itu?" tanya Darga. Sedangkan Miloz tetap diam meski di wajahnya terlihat kekaguman akan alam tersebut.      

"Dia … dia adalah alasan kenapa aku pergi menjelajahi banyak alam, seperti alam Hybrid dan juga alam Mutan kalian." Jovano tersenyum kecut.     

"Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Darga tidak bisa menahan penasarannya.     

"Dia … dia dan ayahku sedang … koma."      

"Koma? Bagaimana bisa?"     

"Yeah … akibat kami berperang dengan pasukan lain dan ada iblis lain yang melukai mereka. Pecahan jiwa ibuku tersebar di beberapa alam dan aku harus mendapatkan semuanya agar bisa membangunkan ibuku."     

Seketika, wajah Darga kelam. Dia teringat ibunya sendiri dan merasa sedih. "Aku  bisa mengerti yang kau rasakan, Jo."     

"Terima kasih, Ga." Jovano menepuk singkat lengan Darga. "Ehh, ayo kita ke sana. Itu bukit tempat kami biasa bermain atau berlatih."     

Darga dan Miloz mengangguk dan mengikuti Jovano yang berlari ke sebuah bukit. Tiba di sana, mereka melihat beberapa anak-anak Noir sedang bermain dan bergulung-gulung bersama Mogu.     

"Wah, kalian ada di sini!" seru Jovano pada mereka.     

"Kak Jo!" Anak-anak itu segera menoleh ke Jovano dan berlari menerjang Jovano dengan suka cita dan tertawa senang.     

Miloz sampai tercengang. Itu adalah singa yang memiliki pola bulu seperti harimau! Bagaimana bisa! Ini … terlalu keren! Dia terkagum-kagum dengan anak-anak Noir.     

Tak berapa lama, Jovano dan dua kakak beradik mutan itu keluar dari alam Cosmo, bersama juga Shona dan Serafima.     

"Oh ya, aku harus ke kota untuk beli bahan-bahan untuk kebun." Miloz berkata pada sang kakak.     

"Baiklah. Hati-hati." Darga mengangguk.     

"Apa aku boleh ikut?" tanya Shona. "Hanya ingin jalan-jalan melihat suasana kota. Boleh?" Dia menoleh ke Darga dan kemudian ke suaminya.     

"Tentu, silahkan saja." Darga mengangguk.     

"Tidak masalah, sayank. Kau butuh kutemani?" tanya suami Shona.     

"Tidak usah. Cukup aku dan Aunty Sera saja!" Shona menarik lengan Serafima.      

"Hah?" Serafima terkejut.     

"Ayo Aunty, kita jalan-jalan sebentar ke kota, siapa tahu menemukan baju bagus atau asesoris rambut yang keren!" Shona menatap penuh harap ke bibinya.     

"Um, oke deh! Melihat wajah Jo terus juga membosankan." Serafima menjulurkan lidah ke Jovano yang tertawa.     

"Ha ha ha, bagus, sayank, dengan begitu, sepulang jalan-jalan pasti kau akan kangen padaku." Jovano tidak kehabisan balasan.     

"Mimpi saja." Serafima pun naik ke mobil yang sudah disiapkan Miloz. Ketiganya pun pergi ke kota.     

"Apakah mereka akan baik-baik saja?" tanya Pangeran Zaghar pada Darga.     

"Harusnya memang akan baik-baik saja." Darga menjawab kekhawatiran si pangeran.     

Di kota, Shona dan Serafima ikut turun dari mobil dan mengikuti Miloz yang berjalan ke toko pertanian.     

Namun, saat mereka sedang berjalan, banyak mata memandang penuh minat pada Shona dan Serafima yang memang mempesona.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.