Devil's Fruit (21+)

Aroma Pekat Shona



Aroma Pekat Shona

0Fruit 1279: Aroma Pekat Shona     

Di kota, Shona dan Serafima ikut turun dari mobil dan mengikuti Miloz yang berjalan ke toko pertanian.     

Namun, saat mereka sedang berjalan, banyak mata memandang penuh minat pada Shona dan Serafima yang memang mempesona. Sebuah tatapan bermuatan mesum dan kurang ajar.     

Yah, mau bagaimana lagi? Penampilan dua wanita muda itu memang mempesona, terutama Shona yang berambut pirang terang hampir perak, dengan tubuh molek indah.     

Meski Serafima juga tidak kalah molek, hanya Serafima lebih menyukai dandanan tomboy dan menyembunyikan gundukan penuh dadanya di balik pakaian ala pria.     

Tak pelak, Shona membuat banyak pria mutan di sekitar toko itu meneteskan liur. Mereka pun ikut masuk ke toko tersebut hanya untuk terus bisa memandangi Shona.     

Dimana-mana, perempuan berambut pirang dan bertubuh molek selalu menjadi daya tarik mata siapapun, tidak terkecuali Shona. Apalagi dia memiliki daya pikat seorang Succubus, pesona mana lagi yang bisa kau dustakan?     

Meski Shona sendiri tidak berusaha menampilkan sikap menggoda, namun aura seksi khas Succubus dia sudah cukup membuat banyak pria ingin mendekat.     

Melihat banyak pria yang berusaha mendekat ke dirinya, Shona merasa risih. Ia menempel ke Serafima untuk meminta perlindungan.     

Serafima menoleh dan mendapati banyak pria menatap kurang ajar pada keponakannya. Ia pun bertanya pada Miloz, "Apa masih lama?"     

Miloz menoleh ke Serafima dan menjawab, "Mungkin masih agak lama karena ini menunggu pegawainya mengambil pupuk di gudang mereka. Kenapa?"     

"Hm, aku dan Sho akan berkeliling dulu saja. Nanti kami akan datangi mobilmu kalau sudah selesai." Serafima memutuskan demikian saja dan meraih pergelangan tangan Shona, berkata, "Ayo, Sho."     

Shona menurut saja tangannya ditarik bibinya. Memang lebih baik begitu daripada di tempat cukup sempit begini dan dihimpit banyak pria. Sungguh risih.     

Sekeluarnya Shona dan Serafima dari toko itu, ternyata para pria masih mengejar mereka. Ini sungguh tidak nyaman ketika dua gadis itu ingin melihat-lihat barang yang menarik minat mereka.     

"Nona, apakah kau pendatang di kota ini?"     

"Nona-nona cantik, siapa nama kalian? Apa kekuatan kalian?"     

"Bisakah kita berkenalan?"     

Para mutan pria itu semakin berani dan mengajak bicara Shona seakan mereka tidak puas hanya menatap dan membuntuti saja.     

Shona diam dan menunjukkan wajah kesal pada mereka. Apalagi ketika para mutan pria itu malah mengelilingi dia. Apakah mereka begitu putus asa?     

"Hei! Apa-apaan kalian ini?" teriak Serafima, kesal karena acara jalan-jalan berbelanjanya jadi kacau dan tidak menyenangkan sejak awal. "Apakah kalian ini tidak pernah melihat perempuan sebelum ini, huh?" sindirnya secara gamblang.     

"Perempuan? Tentu saja banyak. Tapi yang secantik dan semolek dia … sangat jarang." Lelaki 1 menyahut Serafima.     

"Hei, kau tomboy, lebih baik minggir dan jangan ganggu kami. Atau kau iri karena temanmu lebih memikat ketimbang kau?" Lelaki 2 malah mulai menghina Serafima.     

"Ayo, Nona pirang, mari kita bersenang-senang sejenak di satu klub yang aku tahu, tempatnya tak jauh dari sini, aku jamin kau pasti suka." Lelaki 3 hendak menggapai tangan Shona.     

Tentu saja Shona menampik tangan itu keras-keras. "Tolong jangan kurang ajar! Apa ini sikap seorang pria pada wanita asing? Menggelikan!"     

Yang Shona tidak ketahui adalah, bahwa aroma Succubus dia ternyata menjadi penyebab kenapa banyak pria di sekitarnya mendadak saja menggila tidak bisa mengendalikan diri.      

Meski aroma itu biasanya hanya akan menimbulkan sikap terpikat lawan jenis, namun jika sampai membuat mereka ingin berbuat lebih dari sekedar terpikat semata, itu pastilah ada aroma yang lebih pekat.     

Ini mirip dengan aroma yang dimiliki Andrea kala dia berusia 17 tahun. Shona sendiri tidak menyadari aroma itu, bahkan Serafima juga tidak bisa mengendusnya. Mungkin hanya para lelaki saja yang bisa.     

Mendapatkan sikap keras dan tegas dari Shona, mereka makin terprovokasi ingin menyentuh Shona lebih dari yang seharusnya. Mereka mulai menerjang ke Shona.     

Shona dan Serafima kali ini tidak ingin berbasa-basi dan memukul masing-masing dari mereka, hingga para mutan pria itu pun bergelimpangan di tanah dan mengerang kesakitan.     

Itupun Shona dan Serafima tidak memakai kekuatan sihir mereka, hanya dengan kekuatan fisik semata.      

"Csk, lelaki lemah ternyata!" ejek Serafima ketika melihat sebagian besar lelaki yang mengerumuni mereka sudah tergeletak di bawah, kalah.     

"Apa katamu?!" Lelaki yang masih berdiri tidak terima kawan mereka dihina Serafima.      

Ketika mereka hendak mengeroyok Serafima, mendadak saja tengkuk mereka dipukul satu demi satu sehingga mereka rubuh dan tak sadarkan diri.      

"Jo!" pekik Serafima ketika tahu itu adalah kekasihnya yang melakukan pemukulan tengkuk itu.     

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Jovano pada dua wanita itu.     

"Jo, kenapa ke sini?" tanya Shona.     

Ketika Jovano menoleh ke Shona, wajahnya menampakkan keterkejutan. Jovano mendadak merasa berhasrat pada Shona dan dia pun paham itu akibat dari aroma Succubus Shona pastinya!     

Lekas saja, Jovano mengatur napas dan menggosok hidungnya menggunakan dua jari secara melintang, seakan sedang melakukan penyegelan.     

"Jo? Kenapa?" Shona heran.     

"Sho, bau kamu." Jovano berbisik.     

"Hah? Bau?" Shona kaget dan kemudian cemberut. "Apa dia begitu bau hingga Jovano harus berkata seperti itu? Sungguh tidak sopan mengatakan bau badan pada seorang wanita, kan?     

"Maksudku, aroma kamu, Sho. Paham?" Jovano sudah pernah mengetahui ini melalui banyak literature di perpustakaan kakeknya di Underworld, bahwa sekali dalam sekian tahun, kaum Succubi akan mengeluarkan aroma khusus mereka, dari level samar sampai level pekat.     

Kali ini, ternyata masa bagi Shona mengeluarkan aroma pekat itu. Tak heran jika banyak lelaki akan kehilangan kendali mereka, termasuk Jovano jika dia tidak lekas menyadari ini.     

Shona mengangguk saja meski masih bingung. Serafima, apalagi!     

"Ayo kembali ke mobil Miloz," ajak Serafima yang diangguki Shona. Jovano mengikuti mereka untuk menjaga Shona. Dia hanya perlu memukul pelan setiap lelaki yang ingin menjangkau Shona di sepanjang perjalanan.     

Ketika Miloz keluar dari toko dan sedang menaikan beberapa karung pupuk pada bak mobilnya, wajahnya mendadak memerah ketika dia melihat Shona.     

Jovano langsung paham dan mendekat ke Miloz. "Permisi, yah Dik Miloz." Dan Jovano pun mengusap hidung Miloz secara melintang. Setelah itu, Miloz pun kembali normal dan wajah memerahnya hilang berganti dengan warna muka biasa.     

"Ayo kita pulang, cepat!" Jovano tidak ingin menimbulkan lebih banyak kericuhan karena Shona tengah mendapatkan masa pekatnya.     

Mobil pun dijalankan Miloz dengan dua wanita duduk bersama dia di depan dan Jovano duduk santai di atas tumpukan karung pupuk di bak belakang sambil menonton banyak mutan yang terlihat kesal padanya.     

Sesampainya di rumah perkebunan Darga, Jovano lekas mengusap hidung Darga dan juga Gavin agar keduanya tidak terpengaruh aroma Shona.     

"Kak Za, kamu mau diusap juga atau tidak?" tanya Jovano pada Pangeran Zaghar.     

"Memangnya ada apa, Jo?" Pangeran Zaghar bertanya sambil wajahnya menahan sesuatu ketika sang istri berdiri di sebelahnya.     

"He he, lah itu Kak Za pasti sudah merasakan sendiri, kan? Atau kalian butuh masuk dulu ke dalam kamar?" goda Jovano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.