Devil's Fruit (21+)

Mengungkapkan Kehidupan yang Sulit



Mengungkapkan Kehidupan yang Sulit

0Fruit 1282: Mengungkapkan Kehidupan yang Sulit     

Jovano dengan gamblang menebak bahwa Miloz dan Darga kerap menjadi korban perundungan warga di kota saban mereka keluar dari rumah.     

Miloz tentu saja terkejut. "Da-darimana kau tahu?" Miloz menatap heran pada Jovano.      

"Mudah saja, sih!" Jovano tersenyum santai sambil mengangkat dua bahunya dengan cepat, dan melanjutkan ucapannya, "Pertama, kakakmu nampak cemas waktu kau hendak pergi ke kota, padahal itu ditemani Sho dan Sera. Kedua, yah … aku melihat sendiri mereka mengejekmu ketika kau di toko pertanian. Jujur saja, aku sudah berada di sana untuk beberapa waktu, he he …."     

"Te-ternyata kau sudah mengikuti kami!" Serafima kaget dan menampar kesal lengan Jovano.     

"Ha ha, maaf. Aku hanya ingin mengonfirmasi kecurigaanku setelah menganalisis sikap cemas Darga yang berusaha disembunyikan. Tapi, yah … aku tetap saja tahu. Well, mata elang ini, beb!" Jovano menaik-turunkan alisnya dengan genit ke Serafima.     

Kekasihnya itu hanya menjulurkan lidah ke Jovano dan disambut tawa kecil Jovano.     

"Luar biasa pengamatanmu, Jo." Darga tidak bisa tidak takjub akan mata jeli Jovano. Padahal dia sudah berusaha untuk terlihat santai ketika adiknya hendak pergi ke kota.     

"Yah, hanya kebiasaan mengamati orang-orang dan sekitar saja, Ga." Jovano merendah.     

"Lalu, kalau benar walikota membuat mereka takut dan gentar, kenapa mereka masih merundung kalian?" Pangeran Zaghar bingung dengan konsep aneh ini.     

"Walikota hanya mengatakan bahwa kami tidak boleh diganggu di perkebunan kami, dan yah … celah kalimat itu ditangkap sebagai kesempatan bagi warga lain untuk melakukannya ketika kami berada di luar rumah." Darga tersenyum kecut.     

"Siapa nama walikota kalian?" tanya Gavin.     

"Walikota Urgo." Darga menoleh ke Gavin untuk menjawab.     

"Yah, semoga saja si walikota bisa melindungi kalian dengan benar, jika memang dia serius menganggap ayahmu adalah teman baiknya." Jovano menepuk bahu Darga. "Sepertinya kita tidak bisa terlalu lama di sini, guys! Kita hanya akan merepotkan Darga dan Miloz."     

Yang lainnya mengangguk setuju dengan ucapan Jovano.     

"Apakah kalian hendak mulai pergi mencari Kristal itu?" tanya Darga.     

"Ya, lebih cepat tentunya lebih baik." Jovano mengangguk.     

"Bisakah besok saja kita pergi?" tanya Serafima. "Siapa tahu, besok aroma Shona sudah berkurang."     

"Ahh, ya benar. Tapi, misalpun belum juga hilang, aku bisa mengungsikan Sho ke dalam alam Wadidaw aku." Jovano menoleh ke Shona dan bertanya, "Kau tidak keberatan mengenai itu, kan Sho? Kak Za, tidak apa-apa, kan?"     

"Ya, Jo. Aku bisa percayakan itu padamu. Saat ini, aku sedang tidak memiliki alam pribadi. Aku harus ke Underworld dulu untuk mendapatkan satu." Pangeran Zaghar berkata.      

Maka, ditetapkan bahwa mereka masih akan menginap semalam lagi di perkebunan Darga.      

Pada malam harinya, Shona, Gavin dan Serafima mengobrol dengan Miloz sambil mereka mendirikan api unggun sederhana dan membakar daging beast yang ada di persediaan alam Cosmo.     

"Jadi, mereka kerap mem-bully kamu, Mil? Aku panggil kau begitu saja, tak apa, kan?" tanya Shona ke Miloz.     

"Ya, begitulah." Miloz mengangkat santai bahunya dan meneruskan memanggang daging tebal itu, dan sesekali akan mengiris membuat sayatan pada permukaan daging.     

"Ternyata di dunia mutan begini pun juga ada bullying, yah!" Serafima tak mengira ini.      

"Hal-hal semacam itu akan selalu ada di alam manapun, Aunty." Shona menyahut.     

"Mil, memangnya apa yang kerap mereka ributkan dari dirimu?" Gavin ikut bertanya.     

"Um, yah … hal-hal remeh saja, sih … biasanya … karena aku memiliki tubuh karet, dan itu dianggap aneh dan terlalu rendahan." Miloz kemudian mengulum bibirnya dengan sikap masam, mengingat bagaimana dia biasa diremehkan mutan lainnya.     

"Loh? Kenapa harus begitu, yah! Padahal, menurutku, tubuh karetmu itu keren, loh!" Gavin menyeru. "Aku pasti mau-mau saja jika diberi kemampuan tubuh karet!"      

"Yah, itu kan kalau kamu, Gav." Shona tersenyum melihat antusiasme Gavin.     

"Sungguh, mereka yang mem-bully orang lain bahkan dengan alasan yang sungguh konyol, sebenarnya adalah orang lemah itu sendiri!" tukas Gavin dengan sikap sengit. "Benar, kan? Pem-bully itu biasanya adalah orang yang lemah dan berdalih di balik sikap munafik dia supaya dia terasa hebat dan kuat dari orang lain. Lagi pula, bullying biasanya dilakukan ramai-ramai, kan? Bukankah itu perbuatan pengecut?"     

"Sudah, jangan terlalu semangat seperti itu, bocah!" Serafima menoyor kepala Gavin. "Mil, lalu … kenapa kakakmu juga ikut di-bully? Bukankah kekuatan super cepat yang dia miliki itu tergolong kuat?"     

"Hm, tidak menurut mereka. Yah, di mata mereka, kami berdua adalah mutan lemah yang hanya merusak pandangan saja. Apalagi kami dilindungi oleh walikota, itu membuat dengki mereka makin mendalam." Miloz memeluk lututnya sambil dia menunggu dagingnya matang.     

-0-0—0—0-0-     

Esok harinya, ternyata Darga mendapatkan panggilan dari salah satu pelanggan mereka.     

"Kenapa, Ga?"     

"Mereka berhalangan datang ke sini untuk mengambil hasil kebunku. Makanya, mereka ingin aku mengirimkan hasil itu ke tempat mereka."     

"Oh, kalau begitu, biar aku antar, Ga."      

"Kau yakin, Jo?"     

"Aku juga ingin ikut."      

"Sera?"     

"Kenapa?"     

"Aku juga!"     

"Gavin?"     

Akhirnya, yang tinggal di perkebunan hanyalah Pangeran Zaghar dan Shona saja. Yang lainnya ikut serta menemani Darga dan Miloz mengantarkan anggur hasil panen ke salah satu rumah pelanggan lama.     

"Kalian berdua anggap saja sedang honeymoon di sini, yah!" goda Jovano pada Pangeran Zaghar dan Shona sebelum mobil bak itu membawa pergi mereka berlima.     

Lantas, perjalanan pun dimulai.     

Darga yang menyetir, Jovano di sampingnya dan lalu Serafima. Sedangkan Gavin dan Miloz duduk di bak belakang bersama tong-tong berisi buah anggur yang telah matang ranum.     

Mereka masih membahas percakapan mengenai perundungan yang terjadi pada dua kakak adik mutan itu.      

"Miloz yang kerap mendapatkan bully." Darga mendesah ketika mengatakan itu.     

"Kenapa?"     

"Karena tubuh karetnya."     

"Alasan konyol!"     

"Ya, bagaimana lagi? Di kota ini, tidak ada mutan yang memiliki kemampuan tubuh karet seperti Miloz. Maka dari itu, dia dipandang aneh dan tidak wajar."     

"Sepertinya kehidupan kalian sejak tidak ada orang tua, cukup berat, yah Ga."     

"Begitulah. Selain warga kota merundung kami, terutama adikku, pelanggan kami juga kerap menekan harga."     

"Menekan harga?"     

"Ya, pelanggan-pelanggan lama kami cuma baik ketika orang tua kami masih ada, tapi berubah menjadi penindas ketika orang tua kami tiada. Hanya berkat perlindungan walikota Urgo, makanya perkebunan kami masih baik-baik saja dan tetap beroperasi."     

Di saat Jovano dan yang lainnya sedang menuju ke hunian milik salah satu pelanggan, keadaan sunyi di perkebunan Darga.     

"Sayank, apakah kita bisa melakukan hal-hal menyenangkan hati lagi?" Pangeran Zaghar memeluk pinggang istrinya dengan mata berkabut libido.     

"Kau ini-"     

Dhuarr!     

"Apa itu?!" Pangeran Zaghar dan Shona lekas keluar dari rumah kayu buatan Gavin untuk melihat apa yang terjadi, bunyi ledakan apa itu.     

Ketika mereka tiba di halaman depan, tampak pagar kayu yang sebelumnya dibuat Gavin, sudah hancur oleh perbuatan seseorang, dan sudah ada banyak mutan di sana, memekik heboh ketika melihat Shona.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.