Devil's Fruit (21+)

Kekacauan



Kekacauan

Fruit 1285: Kekacauan     

Alangkah terkejutnya Darga dan Miloz ketika melihat siapa yang ada di rombongan besar para mutan itu. "Walikota Urgo?!"      

Keduanya sangat tidak menyangka akan ada walikota mereka di antara para mutan yang berteriak marah itu.     

"Musnahkan saja mereka!"     

"Hajar sampai mati!"     

"Usir mereka!"     

"Sungguh pengkhianat!"     

Teriakan-teriakan marah para mutan itu berisi sumpah serapah pula. Namun, segera saja ketika Walikota Urgo melihat kehadiran Darga dan Miloz, dia mengangkat tangan memberi kode pada para mutan untuk diam.     

Maka, dalam sekejap, mutan-mutan itu pun terdiam dengan patuh. Ini menandakan mereka memang sangat segan pada Walikota Urgo.      

"Darga, Miloz, kenapa kalian justru bergaul dengan para iblis itu?" Walikota Urgo menampakkan wajah kecewa dia pada dua kakak adik pemilik perkebunan itu.      

Miloz ingin berkata menyahuti perkataan Walikota Urgo , namun kakaknya lebih dahulu bicara sambil menahan dada adiknya agar Miloz tidak maju. "Walikota Urgo, mereka bukan seperti yang kalian bayangkan. Mereka baik dan tidak menimbulkan ancaman."     

"Tidak menimbulkan ancaman?" Mutan di sebelah Walikota Urgo berseru marah. "Lalu, apa matamu buta saat ada banyak mutan yang dipukuli dan dilukai mereka?!"     

"Ya, benar! Mereka iblis yang berbahaya! Mana ada iblis baik? Tidak menimbulkan ancaman? Huh! Pantatmu itu!" teriak lainnya.     

"Bukankah kalian sendiri yang menginginkan pemukulan itu terjadi pada diri kalian?" Jovano menimpali seruan marah para mutan.     

"Apa maksudmu! Berani kau bicara omong kosong, dasar iblis!" Mutan tadi tak terima dia malah dijawab Jovano dengan pandangan mengejek.     

"Kalian lebih mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, ya kan?" Jovano masih bersikap tenang. "Kalian ingin melecehkan temanku dan bahkan kalian beberapa kali mengepung kami dan ingin mencelakai kami. Apakah kalian pikir kami ini sekelompok masokis yang tidak membalas ketika hendak disakiti?"     

Kening Walikota Urgo berkerut, dia bingung, kenapa yang dilaporkan padanya berbanding terbalik dengan yang disampaikan Jovano?     

Namun, belum sempat Walikota Urgo mengatakan apapun, beberapa mutan sudah maju lebih dahulu ke kelompok Jovano. "Serang mereka! Mereka pengacau!"     

"Pengacau!"     

"Iblis pengacau!"     

"Iblis omong kosong!"     

"Hancurkan mereka!"     

"Jangan beri ampun!"      

"Kerahkan semua kekuatan kalian!"     

Teriakan demi teriakan bermunculan sambil para mutan itu mulai maju serempak. Tentu saja keadaan menjadi kacau hingga Walikota Urgo tidak berhasil menenangkan mereka.     

Jovano dan kelompoknya pun tidak tinggal diam saja dan mereka tidak menahan diri lagi setelah identitas mereka ketahuan. Tak perlu bersandiwara sebagai manusia lagi jika nyatanya mutan-mutan itu justru hendak menindas mereka yang dikira manusia biasa.     

Masing-masing dari kelompok Jovano pun menggunakan kekuatan sihir mereka untuk menandingi kekuatan mutan yang membombandir mereka.     

Darga dan Miloz yang tadinya berusaha mencegah, tak bisa berbuat apa-apa dan mundur ke belakang dengan bingung, sebingung wajah Walikota Urgo di depan sana yang juga membeku di tempatnya.     

"Arrghh!" Salah satu mutan terkena serangan tusukan es Shona pada dadanya.      

"Arrkkhh!" Gavin juga memberikan tusukan kayu pada perut salah satu mutan.      

Mereka tidak memiliki pilihan selain melakukan itu untuk mempertahankan diri dari serangan brutal para mutan.     

"Mereka membunuh saudara kita!" seru mutan lainnya. Ini sungguh sebuah provokasi terbuka darinya, membakar amarah mutan yang lain.     

Bahkan, mata Walikota Urgo pun memerah menahan marah. Tadinya, dia masih ingin menyelidiki hal ini dengan lebih mendalam, makanya dia bersedia ikut dengan rombongan mutan ini ke hunian Darga, tapi … ketika melihat warganya ditumbangkan satu demi satu, dia tak bisa tenang lagi. "Beraninya kalian melukai wargaku!"     

Kemarahan Walikota Urgo tidak bisa dibendung lagi ketika melihat beberapa warganya sudah bergulingan kesakitan di tanah dengan luka berdarah di tubuh mereka.     

Dengan dua tapak tangannya, Walikota Urgo mengeluarkan kekuatan ledakan, Shona dan Gavin adalah sasaran pertamanya.     

Dhuaarrr! Shona menghindar dari serangan ledakan dari Walikota Urgo. Setelah itu, giliran Gavin yang melompat tinggi untuk berkelit dari serangan Walikota Urgo.     

Dhuaarrr!     

Ledakan lain tiba-tiba saja terdengar dari arah belakang.     

"Kebun!" teriak Miloz sambil dia berlari secepatnya ke arah belakang. Darga melesat lebih dulu menggunakan kecepatan mutan dia.     

Ternyata, di area perkebunan di belakang, sudah ada banyak mutan dan mereka semua sedang menghancurkan kebun anggur dan kopi peninggalan orang tua Darga dan Miloz.     

"Apa-apaan kalian!" teriak Miloz penuh emosi melihat banyaknya pohon anggur dan kopi yang sedang dibakar atau diledakkan para mutan di sana. Entah bagaimana caranya mereka bisa masuk ke daerah kebun, mungkin bantuan mutan yang bisa terbang.     

"Kalian pengkhianat ras! Musnah saja kalian!" seru para mutan itu pada Darga dan Miloz.      

Sekitar 20 lebih mutan yang menyerang kebun pun kini hendak menyerang Darga dan Miloz.     

Syuuusshh!     

Mendadak saja, muncul mutan perempuan yang terbang cepat menggunakan kekuatan angin dan tiba di samping Darga.      

Melihat kemunculan mutan perempuan itu, mutan lelaki di sana segera menghardik, "Heh, Motya! Enyah dari sini! Jangan ganggu kami!"     

"Siapa kalian hingga kalian bisa memerintahku?" Mutan perempuan bernama Motya itu malah menaikkan dagunya ke para mutan di depannya. "Tak akan aku biarkan kalian menyakiti Darga dan adiknya!"     

Darga dan Miloz melongo menatap Motya. Perempuan mutan itu memang teman baik Darga, namun kenapa memilih untuk terjun dalam kekisruhan ini?     

"Kau perempuan jelek! Memang pantas bersanding dengan si jelek Darga!" teriak mutan lain sambil mulai berlari maju untuk memberikan serangannya.     

Motya segera saja memunculkan angin badai untuk mengepung mutan itu dan melemparnya jauh-jauh dari tempat itu. Sementara itu, kebun anggur dan kopi mulai ludes termakan api dan ledakan.     

Sementara, di depan sana, Jovano dan kelompoknya sedang berjuang melawan 40 lebih mutan. Meski begitu, karena mereka adalah iblis, sudah tentu walau kekuatan dibatasi hingga 80 persen, mereka masih bisa unggul dengan kekuatan 20 persen mereka.     

Jovano tidak perlu mengeluarkan dua kekuatan destruktif dia, cukup dengan kekuatan api biasa dan tenaga telekinetis, dia sudah bisa menyusahkan banyak mutan.      

Sedangkan Walikota Urgo semakin menggila mengincar Shona dan Gavin.     

Serafima juga berjuang dengan kekuatan bola Nephilim dia yang ditembakkan ke para mutan.      

Jovano ingin mencoba sesuatu. Maka, dia pun mengeluarkan energi api dia, membentuk menjadi cambuk api dan dia gerakkan dengan cepat untuk memukul banyak mutan sekaligus, selain itu telekinesis dia juga berperan banyak menghalau mutan-mutan di sekelilingnya.     

Di dekat Jovano, Shona sedang menghindari serangan ledakan Walikota Urgo. Ini membuat sang Walikota menjadi geram.      

Maka, Walikota Urgo pun mengeluarkan kekuatan paling menakutkan yang dia miliki, kekuatan yang paling membuat gentar banyak warga dan rekan-rekannya.     

Swoosshhh!     

Kekuatan itu berwujud aneh ketika ditembakkan ke arah Shona. Warnanya hitam dan bertekstur tak jelas.      

Shona saat itu sedang mengurusi mutan lainnya. Dia tak sempat melihat adanya tembakan aneh dari Walikota Urgo.      

Namun, Pangeran Zaghar melihatnya. "Awas! Sho!" Pangeran itu melompat ke depan Shona.     

Bzoomm!     

Segera saja, tembakan aneh dari Walikota Urgo menghantam Pangeran Zaghar.     

"Za!" Shona berteriak ketika suaminya tumbang ke tanah usai menerima tembakan yang seharusnya untuk dia..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.