Devil's Fruit (21+)

Pangeran Zaghar Sekarat dan Wasiat Terakhirnya



Pangeran Zaghar Sekarat dan Wasiat Terakhirnya

0Fruit 1286: Pangeran Zaghar Sekarat dan Wasiat Terakhirnya     

Ketika pecah kekacauan antara kelompok Jovano dengan gerombolan mutan, tidak disangka-sangka, Walikota Urgo hendak menembakkan serangan berbahaya dia pada Shona.     

Namun, karena Shona lengah karena sedang meladeni serangan banyak mutan yang sedang mengepung dia, maka suaminya—Pangeran Zaghar—segera berteriak sambil maju menerjang ke depan Shona, bertindak bagai tameng istrinya.     

Bzoomm!     

Tembakan aneh dari Walikota Urgo yang sangat ditakuti kawan dan lawannya pun diterima secara langsung oleh tubuh depan Pangeran Zaghar.     

"Za!" Shona berteriak ketika melihat suaminya roboh ke tanah di depan matanya.     

Ketika Walikota itu hendak menembakkan lagi serangan dia ke Shona, Darga lekas menggunakan kekuatan cepat dia untuk berdiri di depan Shona yang sedang menopang suaminya di tanah.     

"Walikota! Hentikan! Kau terlalu mudah dihasut oleh mutan-mutan dengki!" teriak Darga sambil merentangkan kedua tangannya.     

Lekas saja walikota itu mengurungkan serangannya karena ada Darga di depan Shona. Apalagi, Motya dan juga Miloz segera bergegas berdiri di samping Darga, menjadi pendukung.     

"Kalian, minggirlah!" teriak Walikota Urgo pada Darga dan 2 lainnya.      

"Walikota macam apa dirimu yang mudah dihasut tanpa mau mendengarkan dengan seksama penjelasan kami? Apa kau merendahkan kami seperti kelakuan mereka pada kami?" Miloz memberanikan diri meraung ke Walikota.     

"Kau! Kenapa kau-"     

"Jovano dan kelompoknya datang ke alam ini untuk mencari pecahan jiwa ibunya yang terbang ke sini! Mereka tidak ingin mencari keributan di sini! Justru mutan-mutan pecundang dan pendengki yang menghasutmu itulah yang mengganggu Jovano dan kelompoknya terlebih dahulu!" Miloz menyeru dengan mengeraskan air mukanya ke Walikota Urgo.     

"Jika Anda diserang dan ditindas orang lain, apakah Anda akan diam saja? Jika Anda disalahpahami orang lain, apakah Anda hanya menelan saja? Anda bukan kami!" teriak Darga. "Kalau kami … kakak adik ini … ya, kami akan melakukan itu! Akan diam dan menelan semua perbuatan jahat kalian pada kami! Tapi, tidak semua orang seperti kami!"     

"Darga …." Motya meremas lengan Darga, tersentuh dengan ucapan tegas Darga yang bersedia mengakui kelemahannya.      

Walikota Urgo terdiam mematung di tempatnya, tidak lagi memerdulikan apakah warganya masih ada di sana atau mereka telah lari tunggang-langgang. Ia pelan-pelan merenungkan ucapan Darga dan Miloz.     

Sementara walikota sedang mematung, Darga dan Miloz menoleh ke Shona yang masih menopang Pangeran Zaghar sembari menangis.     

"Ohh, tidak, Tuan Zaghar terkena serangan mematikan dari walikota." Darga menatap miris sekaligus ngeri pada bagian diafragma Pangeran Zaghar yang berlubang besar.     

Sedangkan Shona memompa gila-gilaan tenaga Healer dia ke luka berlubang pada suaminya.     

Yang membuat mengerikan adalah, luka itu seakan sedang digerogoti sesuatu dan terus meluas serta melebar secara perlahan-lahan.     

Jovano, Serafima dan Gavin sudah menyelesaikan pemukulan mereka pada para mutan. Beberapa harus dilukai agar sadar diri bahwa mutan-mutan tidak bisa seenaknya menginjak kepala Jovano dan kelompoknya.     

"Sho! Gimana Kak Za?" Jovano langsung merosot bersimpuh di sebelah Pangeran Zaghar yang sekarat. "Kak Za! Bertahan, Kak!"     

"Hiks! Zaghar! Jangan menyerah, kau dengar aku?! Hiks!" Shona mulai meletakkan suaminya pada tanah berumput di sana agar dia bisa mengerahkan tenaga Healer dia dengan dua tangan sekaligus.     

"Kak Za! Kak!" Jovano masih memanggil pangeran Incubus itu. "Sial! Pil penyembuh di cincin ibuku sudah habis! Jovano mendengar decak suara Darga seakan menyesal. "Ga, ini kenapa kira-kira? Kak Zaghar kenapa? Kenapa sepertinya luka dia tidak mengecil tapi justru melebar?" Jovano juga menyadari ini.     

"Hmhh … Jo, kalian harus tahu seberapa ditakutinya Walikota Urgo oleh warga di sini dan juga di kota-kota tetangga." Darga menundukkan kepala, sedih.     

"Memangnya apa dan kenapa dia ditakuti? Apakah ini berkaitan dengan kekuatan dia?"     

"Ya, benar, Jo. Berkaitan dengan kekuatan pamungkas dia. Itu … Tuan Zaghar terkena serangan virus brutal."     

"Maksudmu, Ga?"     

"Serangan dari walikota barusan ke Tuan Zaghar adalah tembakan virus yang sangat ditakuti karena … karena virus itu berjumlah ratusan bahkan ribuan dalam sekali tembak, dan jika mengenai tubuh target, virus akan segera memakan tubuh target, akan makan dengan rakus."     

"Itu adalah virus karnivora. Akan memakan apapun selama itu adalah daging makhluk yang masih hidup." Motya ikut menjelaskan. "Virus itu bisa segera merambah ke tubuh korban dan mencari apapun lubang yang dimiliki korban."     

Jovano dan kelompoknya termangu dengan rahang nyaris jatuh ke tanah dan mata membelalak terkesiap.      

Segera, Jovano pun beralih ke Walikota Urgo yang masih diam berdiri di tempatnya, tak bergerak. "Sembuhkan dia. Sembuhkan saudaraku." Suara rendah keluar dari mulut Jovano, menandakan amarahnya yang sedang ditekan kuat-kuat.     

Walikota Urgo menggeleng lemah dengan wajah setengah menunduk dan berkata, "Maafkan aku, itu … itu tidak bisa dihentikan atau dimusnahkan meski olehku yang mengeluarkannya, kecuali korbannya mati kehabisan daging."     

Jovano sudah hendak maju ke depan dengan wajah memerah karena murka ketika Darga menahannya. Darga berkata pada walikota, "Walikota Urgo, aku pikir Anda orang yang bijaksana, namun ternyata penilaianku salah. Aku kecewa, terus terang saja. Kenapa Anda tidak meminta penjelasan dari pihak lain? Kenapa hanya mendengar hanya dari satu pihak saja?"     

"Darga … aku sungguh minta maaf. Aku hanya … hanya terpicu karena melihat wargaku dilukai-"     

"Mereka tidak mati! Hanya dilukai untuk menakut-nakuti mereka, agar mereka lekas pergi!" seru Jovano.     

"A-anu … Darga, itu … kenapa di belakang ada kobaran api?" tanya Gavin setelah dia mencium bau api membakar dari belakang, dari arah kebun anggur dan kopi.     

"Yah, itulah ulah para mutan pecundang itu. Mereka diam-diam menyelinap ke kebunku untuk membakar semua tanamanku." Darga menghembuskan napas kecewa.     

"Astaga! Apakah tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan kebunmu?" Serafima menjerit kaget.     

"Tidak ada, semua sudah musnah, tanaman anggur dan kopi sudah musnah terlahap api dan ledakan dari mereka." Miloz menggeleng sedih. Kebun peninggalan orang tua mereka, sudah lenyap dengan cara mengenaskan.     

"Sekarang, yang penting, bagaimana menyelamatkan Kak Za." Jovano menoleh ke Pangeran Zaghar yang bernapas pendek-pendek, seakan napas itu bisa terputus kapanpun. "Sialnya, pil penyembuh ibuku habis, dan Zizi pun sedang tidur panjang. Dia takkan bisa dibangunkan kalau dalam mode hibernasi." Jovano memikat keningnya dengan sikap gusar.     

"Zaghar … hiks … kumohon bertahanlah, sayank …." Shona terus memacu Healer dia yang hanya bisa keluar sebanyak 20 persen saja. Wajahnya sudah basah kuyup akan air mata.     

"Uhuk! Uhuk!" Pangeran Zaghar tiba-tiba membuka sedikit matanya ketika dia terbatuk. "Ada … ada yang menggigiti organ dalamku, sangat … menyakitkan … uhuk!"     

Jovano dan yang lainnya menatap miris pada Pangeran Zaghar yang tulang-tulangnya mulai terlihat ketika daging di bagian dada dan perutnya mulai menghilang sedikit demi sedikit, terlihat organ dalamnya yang juga mulai digerogoti virus karnivora itu.     

"Kak Za, aku akan bekukan kau saja, yah!" Jovano sendiri tak begitu yakin dengan ucapannya, karena dia tidak memiliki kekuatan es yang kuat. Apalagi, dia hanya akan bisa mengeluarkan sebanyak 20 persen saja.     

"Ja-jangan, Jo … percuma. Biarkan saja begini, uhuk!" Pangeran Zaghar terus batuk darah hitam karena virus sudah mulai menyerang organ-organ dalamnya, itulah kenapa dia terus batuk darah.     

"Zaghar … hiks!" Shona terus menangis.     

"Hei, jangan menangis begini, sayank, kau bisa membuatku sedih."     

"Za …." Shona meraih tangan suaminya yang hendak meraih pipinya.      

Pangeran Zaghar beralih ke Jovano dan berkata, "Jo, kabulkan wasiat terakhirku."     

"Kak Za! Untuk apa bicara se-"     

"Kabulkan!" bentak Pangeran Zaghar dengan suara gemetar seakan itu adalah suara keras terakhir yang bisa dia teriakkan.     

"Ya, Kak." Jovano tertunduk sedih.     

"Jagalah Shona untukku, sayangi dia.. Gantikan diriku jika memang kau saudaraku, Jo."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.