Devil's Fruit (21+)

Hukuman Untuk Sang Walikota



Hukuman Untuk Sang Walikota

0Fruit 1287: Hukuman Untuk Sang Walikota     

Alangkah terkejutnya Jovano dan timnya ketika mereka mendengar wasiat terakhir dari Pangeran Zaghar yang mulai sekarat dan sebentar lagi mungkin tidak bisa bertahan lebih lama.     

"Jagalah Shona untukku, sayangi dia. Gantikan diriku jika memang kau saudaraku, Jo." Demikian wasiat Pangeran Zaghar.     

"Kak …." Jovano tentu saja melongo, mengira dirinya salah dengar.     

"Nona Sera…fima … aku … aku sungguh minta … maaf. Sungguh, tolong maafkan … keegoisanku … ini …." Pangeran Zaghar beralih menatap ke Serafima yang juga mematung seperti Jovano.      

"Aku …." Serafima bingung harus memberikan respon apa untuk sebuah permintaan dari seseorang yang sudah sekarat begitu menyedihkan.      

Dalam hatinya, Serafima ingin menjerit tak terima jika dia harus menyaksikan Jovano membagi perhatian kepada Shona juga selain dirinya.     

Bolehkah dia menjadi egois? Bisakah dia berlaku kejam dan tidak perduli mengenai apapun itu yang dinamakan wasiat. Perduli setan mengenai itu!     

Tapi … Serafima pasti akan dikutuk, dicerca dan disalahkan jika dia bersikap abai mengenai permintaan terakhir orang yang sudah mendekat ke ajalnya.     

Sementara itu, Shona menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus menangis. "Zaghar, jangan katakan hal seperti itu … hiks … kau pasti sembuh! Aku akan berjuang untuk—"     

"Sho … jangan … denial. Aku tahu pasti … waktuku sebentar lagi … tiba. Kumohon, patuhi aku … suamimu … meski ini egoisku …." Suara Pangeran Zaghar makin lemah dan darah terus meleleh keluar dari mulutnya.      

"Zaghar …." Kesedihan Shona semakin tebal hingga membuatnya sesak bernapas.     

"Kak Za …." Jovano tak menemukan kalimat yang tepat untuk mengatakan sesuatu pada Pangeran Zaghar.     

"Kumohon … Jo … kabulkan … permintaan egoisku ini … jaga Sho, sayangi dia seperti aku … menyayanginya … agar aku bisa tenang berjalan … di jalurku … di neraka atau … manapun …." Tangan Pangeran Zaghar menjulur ke Jovano, seakan ingin menyegel wasiatnya pada Jovano.     

"Jangan sentuh dia lagi!" Mendadak, terdengar teriakan dari arah belakang mereka. Itu suara keras Walikota Urgo. Semuanya menoleh ke dia dengan tatapan benci dan sengit. "Kalian, lekaslah menjauh darinya atau virus itu juga akan berpindah ke kalian ketika semua daging dan organ dalam di tubuhnya habis."     

Semua yang masih merubungi Pangeran Zaghar tampak bimbang.      

Namun, sang pangeran paham maksud baik Walikota Urgo dan berkata, "Sho, turunkan aku … turunkan aku dan lepas tanganmu … dariku."     

"Za—"     

"Cepat lakukan!" bentak Pangeran Zaghar dengan sisa kekuatannya sambil melotot ke Shona.     

Gadis Succubus itu terisak lebih mendalam dan terpaksa melalukan yang dikatakan suaminya. "Zaghar … hiks! Za …."     

"Selamat tinggal semuanya, aku begitu … senang bersama kalian … dan … kumohon … sampaikan salam sayangku … ke Abvru … minta dia untuk … lekas berpikir dan bertindak lebih … dewasa … jangan seenaknya mengumbar … emosi …." Pangeran Zaghar tak lupa menyebut adiknya dalam momen sekaratnya.     

Jovano dan yang lainnya semakin sedih ketika mendengar Pangeran Zaghar menyebut Pangeran Abvru, menandakan betapa si kakak itu sangat menyayangi adik kembarnya, dan tidak melupakan bahkan di detik-detik terakhir sisa hidupnya.     

Ketika virus itu sudah melahap habis jantung iblis Pangeran Zaghar, sang Incubus pun menghembuskan napas terakhirnya.     

Rupanya, serangan virus kanibal begitu ganas hingga akhirnya seluruh daging di torsi Pangeran Zaghar pun kini telah habis, demikian juga organ di dalamnya.     

Virus-virus kecil itu pun lekas merambah ke bagian lain tubuh Pangeran Zaghar. seperti leher ke atas dan perut ke bawah. Perlahan-lahan, baju yang dikenakan Pangeran Zaghar mulai mengempis karena tidak adanya lagi daging yang terbungkus di sana.     

Shona mengusap kasar pipinya yang basah. Ia berdiri dan tidak mungkin melupakan keberadaan Walikota Urgo.     

Si walikota, mendadak saja merasa menyesal masih tinggal di sana. Melihat tatapan tajam mata Shona yang membawa kebencian luar biasa, bagaimana mungkin dia bisa lolos dari amarah Shona? "Nona, aku … aku sungguh menyesal dan turut berduka cita untuk kekasihmu. Aku—"     

"Diam!" bentak Shona pada Walikota Urgo. "Jo, tembak dia dengan Api Hitam Nerakamu atau Cahaya Surgawimu jika dia hendak kabur!"     

"Huh?" Jovano bingung untuk sesaat akan permintaan Shona. Atau … itu adalah sebuah perintah?     

"Sudah, katakan ya saja!" Shona berteriak tanpa menoleh ke Jovano, pandangannya tetap lekat ke Walikota Urgo.     

"I-iya!" Jovano lekas mengiyakan Shona. Berurusan dengan wanita yang sedang murka itu sungguh berbahaya!     

"Tembak juga dia jika hendak menyerang kita!" teriak Shona lagi.     

"Oke, Sho. Aku mengerti." Jovano kini mulai berdiri dan menyebelahi Shona. Ia benar-benar akan melakukan apapun meski itu pembunuhan yang dikutuk seluruh alam jika walikota di depannya berani melakukan sesuatu yang akan membahayakan mereka.     

Ia takkan ragu-ragu mengambil tindakan, tak perduli itu siapa di alam ini.     

"Jangan biarkan dia menggerakkan satupun anggota tubuhnya!"     

"Baik, Sho!"     

"Awasi dia dengan baik!"     

"Siap!"     

Mendengar itu, wajah Walikota Urgo berubah pucat karena takut. Dia bisa membayangkan akhir hidupnya. Sungguh tidak menyangka, dia yang begitu ditakuti oleh lawan maupun kawan karena kekuatan virus karnivora dia, harus mati di tangan iblis.     

Dulu, banyak mutan yang bertanya-tanya kenapa dia tidak mencoba mencalonkan diri menjadi presiden di alam mutan ini, tapi Walikota Urgo lebih menyukai jabatan walikota saja dengan alasan lebih bisa santai ketimbang jadi presiden.     

Toh, hasil yang dia dapatkan sebagai walikota pun setara dengan yang didapatkan presiden di alam tersebut. Sebagai walikota, tentunya dia tidak akan selalu bertindak bersih.      

Namun, sekarang … dia harus bersiap menerima takdir menyedihkan dia hanya gara-gara salah paham dan gegabah.     

Darga segera berlari ke samping Shona dan berkata, "Sho, aku mohon, lepaskan dia. Jangan bunuh dia. Iya, dia memang salah, tapi kumohon, sudilah kau memandang aku sebagai temanmu, dan beri aku muka—"     

Shona lekas mengangkat tangan ke Darga. Jovano segera menggelengkan kepala ke Darga, memberi isyarat ke pemuda mutan itu untuk tidak lagi berucap apapun dalam situasi macam ini.     

Setelah semua sunyi dan Walikota menutup mata untuk menerima eksekusi mati dari Shona, gadis Succubus itu mengangkat dua tangannya dan uap sangat dingin mulai berkumpul di tapaknya. Mata Shona mulai hitam seluruhnya dengan aura hitam menyelubungi tubuhnya.      

Ini sangat kontras dengan warna biru dari uap pekat dingin yang membungkus tapak tangannya.      

Wosshh!     

Shona melemparkan kekuatan es dia ke arah Walikota Urgo.     

"Aarghh!" Sang walikota menjerit ketika dia merasakan tangan kanan dia membeku terselubungi lapisan es abadi yang kekuatannya lebih dahsyat daripada kekuatan es yang biasanya Shona keluarkan.      

"Haarkkgghh!" Seruan menyayat telinga kembali muncul dari mulut Walikota Urgo ketika kaki kirinya memiliki nasib sama seperti tangan kanannya.      

Beku dan berwarna biru pekat seolah itu adalah es berbentuk tangan dan kaki.      

Yang mencengangkan … ternyata Shona menaruh segel iblis dia ke dalam selimut es abadi di tangan dan kaki sang walikota.     

"Kau takkan bisa mencairkan es abadiku, kecuali aku yang melakukannya, dan kecuali suamiku yang mencairkan dengan lava dia. Namun, karena dia kini sudah kau bunuh, maka aku ucapkan selamat padamu yang akan membawa es-es itu sepanjang hidupmu," ucap Shona dengan suara rendah.     

"Bahkan … meski aku mati sekalipun, tak membuat es di tangan dan kakimu itu bisa mencair. Nikmati kemurahan hatiku." Shona menatap dingin dengan mata hitam penuhnya ke Walikota Urgo.     

Jangan remehkan wanita yang sedang dikuasai amarah murka..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.